Jurnal Enjiniring Pertanian
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Jurnal Enjiniring Pertanian by Issue Date
Now showing 1 - 20 of 83
Results Per Page
Sort Options
- ItemPengaruh Konfigurasi Mesin Penggilingan Padi Rakyat Terhadap Rendemen dan Mutu Beras Giling(Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, 2004-04) Tjahjohutomo, Rudy; Handaka, Handaka; Harsono, Harsono; Widodo, Teguh Wikan; Balai Besar Pengembangan Mekanisasi PertanianRendemen beras giling secara nasional dari tahin ke tahun menunjukkan penurunan kuantitatif dari 70 persen pada decade 70 an, 65 persen pada decade 80 an, 63.3 persen pada akhir decade 90 an dan pada tahun 2000 menjadi 62 persen dan bahkan di tingkat lapangan dapat mencapai di bawah 60 persen. Penurunan rendemen 1 persen per tahun akan menyebabkan kehilangan secara kuantitatif setara $ 117.5 juta US dengan asumsi produksi padi nasional 50 juta ton dengan harga $ 235 US/ton. Oleh karena itu diperlukan studi untuk mengidentifikasi permasalahan berkenaan dengan penurunan rendemen pada tingkat industry penggilingan padi dengan menggunakan metode kombinasi suvei, uji laboratorium dan expert judgement. Analisis deskriptif hasil survey menunjukkan bahwa komposisi komponen penggilingan padi (konfigurasi) berpengaruh terhadap rendemen dan kualitas beras giling. Oleh karena itu bila PPk yang berkonfigurasi sederhana dilengkapi dengan dryer dan cleaner diperkirakan dapat meningkatkan rendemen beras giling sebesar 2.5 persen, sedangkan bila dilengkapi lagi dengan separator, rendemen akan meningkat 4-5 persen. Rehabilitasi konfigurasi PPK akan menimbulkan konsekuensi biaya investasi, dimana penambahanm Dryer dan Paddy Cleaner (alternative pertama) akan menambah pula ongkos giling sebesar Rp. 65.39/ kg; sedangkan bila ditambah Dryer-Paddy Cleaner-Separator (alternative kedua) ongkos giling akan bertambah Rp 78.28/kg. Namun demikian penambahan tersebut dapat ditutup oleh perolehan peningkatan rendemen dan bahkan memberikan tambahan keuntungan sebesar Rp 8.66/kg (alternative pertama) dan Rp. 46.72/kg (alternative kedua)
- ItemPenerapan Visible dan Near Infrared Spectroscopy untuk Analisis Kualitas Tomat Secara Tidak Merusak(Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, 2004-04) Suparlan, Suparlan; Itoh2, Kazhiko; Balai Besar Pengembangan Mekanisasi PertanianNear infrared spectroscopy telah digunakan sebagai metode yang cepat dan tidak merusak dalam penentuan kualitas buah dan sayuran. Model-model kalibrasi dari "Visible Near Infrared (Vis-NIR) spectroscopy" untuk warna dan kandar gula buah tomat utuh segartelah dikembangkan dengan mengunakan analisis regresi "partial least squares" dengan metode "full cross validation". Model kalibrasi dikembangkan dengan menggunakan 150 sampel buah tomat. Model kalibrasi untuk warna tomat dikembangkan dengan menggunakan kisaran panjang gelombang dari 600-700 nm, sedangkan untuk kandar gula dikembangkan dengan menggunakan kisaran panjang gelombang dari 700-1098 nm. Koefisien korelasi (Rc2) dan kesalahan standar (SEC) dari kalibrasi untuk warna, masing-masing adalah 0.97 dan 0.15, sedangkan untuk kadar gula masing-masing adalah 0.96 dan 0.42 Brix. Model-model kalibrasi yang telah dikembangkan kemudian digunakan untuk memprediksi warna dan kadar gula buah tomat yang berasal dari satu set data secara terpisah, yang terdiri dan 104 sampel. Dalam pemprediksian warna tomat dihasilkan nilai-nilai koefisien korelasi, kesalahan standar, dan penyimpangan, berturut-turut adalah 0,92, 0,19 dan 0,09. Sedangkan untuk pemprediksian kadar gula berturut-turut adalah 0,91, 0,49 Brix, dan -0,04 Brix. Berdasarkan hasil ini disimpulkan bahwa "Vis-NIR spectroscopy" yang dilengkapi dengan kabel optic adalah salah satu metode yang sesuai untuk menentukan warna dan kadar gula tomat utuh segar. Jadi teknologi "Vis-Nir spectroscopy" dapat digunakan untuk mengklasifikasikan tomat segar ke dalam kelompok kualitatif yang didasarkan pada penampakan luar (warna) maupun tingkat kemanisannya (kadar gula).
- ItemKajian Traksi Roda Karet raktor Roda Dua Pada Bak Uji Tanah (Soil Bin)(Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, 2004-04) Pitoyo, Joko; Sembiring, E. Namakeln; Desria, Desria; Balai Besar Pengembangan Mekanisasi PertanianTraktor roda dua selama inin digunakan untuk pengolahan tanah di lahan kering dan lahan sawah . Pada pengolahan tanah dilahan kering menggunakan roda karet lebih memberikan kenyamanan dibanding roda besi. Unjuk kerja roda karet pada traktor roda dua selama ini belum banyak diteliti. Unjuk kerja roda karet dapat ditingkatkan tergantung pada cara pengoperasiannya dan kondisi lahan. Untuk mengetahui unjuk kerja roda karet dibangun satu peralatan uji roda berupa bak uji tanah (soil bin test), dengan harapan semua parameter uji dapat dikontrol dan diukur dengan cermat. Soil bin dirancang sesuai untuk satu roda karet traktor roda dua yang berdiameter 40 80 cm dan lebar 15 25 cm. Pengujian unjuk kerja roda karet dilakukan pada dua jenis roda yaitu roda karet jenis normal tanpa sirip (non lug tyre wheel) dan roda karet bersirip (lug trye wheel). Sedangkan tganah yang digunakan didalam soil bin menggunakan dua jenis yaitu: Latosol Darmaga dan Podsolik Jasinga. Salah satu parameter untuk meningkatkan unjuk kerja traksi roda yaitu dengan cara menambah beban berat diatas roda. Hasil percobaan menunjukkan bahwa penambahan beban diatas roda lebih menunjukkan peningkatan unjuk kerja traksi pada tanah Podsolik Jasinga dibandingkan tanah Latosol Darmaga. Penambahan beban diatas roda pada percobaan ini dilakukan pada satu roda bervariasi dari 125 kg samnpai 175 kg. Daya tarik roda mengalami peningkatan dengan adanya penambahan beban tersebut yaitu dari 35 Watt menjadi 65 Watt, disamping itu juga dapat menurunkan slip roda 25 persen menjadi 15 persen.
- ItemPerbandingan Kinerja Mesin Pengering Jagung Tipe Bak Datar Model Segieempat dan Silinder(Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, 2004-04) Widodo, Puji; Hendriadi, Agung; Balai Besar Pengembangan Mekanisasi PertanianPerbandingan kinerja mesin pengering jagung tipe bak datar model segiempat dan silinder. Perbandingan kinerja mesin pengering jagung dimaksudkan untuk mengetahui unjuk kerja mesin pengering tersebut sehingga pengguna mampu menentukan pilihan alsin pengering yang akan digunakan. Uji unjuk kerja mesin pengering terserbut dilakukan untuk mendapatkan parameter uji yang meliputi : suhu pengeringan, tekanan statistik udara, pola penurunan kadar air, laju pengeringan, moisture gradient dan efisiensi pengeringan. Laju pengeringan model segiempat 0,77 persen per jam dan silinder 1,10 persen per jam. Moisture gradient model segiempat 6,40 persen dan model silinder 2,23 persen. Efisiensi panas pengeringan model segiempat 59,00 persen dan 69,64 persen pada model silinder.
- ItemAnalisis Gaya Vertikal pada Sirip Roda Besi Traktor Tangan(Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, 2004-10) Hendriadi, Agung; Salokhe, V.M; Pitoyo, Joko; Balai Besar Pengembangan Mekanisasi PertanianAnallsis gaya vertical yang bekerja pada strip rods besi traktot tangan adalah penting sebagai parameter rancangan alat bantu traksi pada kendaraan yang bekerja di lahan sawah. Penelltian ini dilaksanakan dengan menggunakan satu buah roda besi traktor tangan di soil bin dengan menggunakan special testing rig yang dirancang untuk pencapaina tujuan penelitian. Sebuah transducer dirancang khusus untuk mengeukur besarnya gaya vertical yang bekerja pada sirip roda. Percobaan pengukuran gaya vertical dilahasanakan pada berbagai jumlah strip roda dan berbagai gaya penarikan horizontal. Sebagai tambahan, gaya vertical dinamis terukur dibandingkan juga dengan nilai perkiraan. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa untuk variasi jumlah sirip dan gaya tarik horizontal, pada awalnya gaya vertical dinamis meningkat,sampai nilal tertentu, dan setelah mencapai nilai maksimum tertentu. Nilai-nilai tersebut menurun secara continue sampai ke titik not dan bahkan negative. Untuk variasi gaya penarikan horizontal, nilai maksimum dicapal hampir pada pasial rotasi roda yang sama. Pada watiasi jumlah sisip roda, gaya vertikal dinamis meningkat dengan meningkatnya gaya tarik horizontal. Total gaya vertical dinamis roda dengan jumlah sirip 18 meningkat sangat tajam dengan meningkatnya gaya tarik horizontal dibandingkan roda dengan jumlah sirip 14 dan 16.
- ItemRancang Bangun Alsin Vulkanisasi Semi Otomat untuk Pembuatan Barang Jadi Karet Skala Industri Kecil(Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, 2004-10) Maspanger, dadi R; Wahyudi, Teguh; Balai Besar Pengembangan Mekanisasi PertanianRancang bangun Rancang bangun uji kinerja alsin vulkanisasi barang jadi karet yang sesuai untuk industri kecil telah dilaksanakan di Balai Penelitian Teknologn Karet Bogor. Alsin vulkanisasi tersebut merupakan alat cetak, semi-otornat berukuran keseluruhan panjang 120 cm, lebar 70 cm, tinggi 170 cm, ditengkapi dengan perangkat pengendalian suhu dan tekanan. Komponen kempa digerakkan secara mekarils dengan meng.gunakan dongkrak hidraulik berkekuatan 30 ton. Untuk pemanasan disediakan 2 matras elektrik berdaya 1,5-3 kW yang di kombinasikan dengan sebuah kompor rninyak tanah. Hasil uji coba menunjukkan bahwa alsin vulkanisasi semi otomat ini mampu menghasiikan barang jadi karet yang kualitasnya setara dengan yang dihasilkan oleh alsin vulkanisasi standar industri besar, sedangkan alsin vulkanisasi konvensional industri kecil masih belurn marnpu menghasilkan produk berkualitas tinggi. Dari segi biaya energi, pemakaian alsin vulkanisasi semi otornat sedikit lebih mahal dibanding pemakaian alsin vulkanisasi konvensional Industri kecil namun masih jauh lebih murah dibanding penggunaan alsin vulkanisasi standar Industri besar. Dengan menggunakan alsin vulkanisasl semi-otornat, dalam proses manufaktur berskata produksi. jumlah barang jadi yang cacat lebih sedikit dibanding jika nrienggunakan akin vutkanisasi industri kecil, berdampak menurunkan biaya produksi. Jika digunakan untuk memproduksi diaphraghm seat, alsin vulkanisasi semi- otomat mampu menghasilkan kualitas no ,1 dengan keuntungan sekitar Rp. 12 juta pada kapasitas produksi 300 buah per bulan. Dengan alsin vulkanisasi konvensional industri kecil, hanya mampu menghasilkan kualitas no.2, dimana diperoleh keuntungan sekitar Rp 5 luta. Tampak bahwa penggunaan alsin vulkanisasi semi-otornat lebih menguntungkan dibanding dengan menggunakan alat vulkanisasi konvensional Industri kecil.
- ItemKajian Lingkungan dan Ekonomi Penangannan Sampah Organik Pasar Tradisional di Indonesia(Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, 2004-10) Rahmarestia, Elita; Aye, And Yu; Balai Besar Pengembangan Mekanisasi PertanianSampah pasar tradisional merupakan sumber kedua terbesar sampah perkotaan di Indonesia setelah sampah rumah tangga. Pada kondisi saat ini di mana pengolahan sampah di Indonesia belum dilakukan secara efektif dan efisien, terutama belum adanya pemisahan sampah organic dan non organic langsung dari sumbernya, pengolahan sampah organic yang berasal dari pasar-pasar traditional yang diusahakan pada skala bisnis akan lebih menarik jika dibandingkan dengan pengolahan sampah rumah tangga. Hal ini disebabkan sampah pasar tradisional mempunyai karakteristik komposisi sampah yang lebih seragam, komposisi komponen organiknya lebih tinggi dan kandungan bahan berbahaya dan beracun(limbah B31 kecil. Studi ini bertujuan untuk mengkaji aspek lingkungan dan aspek ekonomi empat scenario pengolahan sampah organic pasar-pasar tradisional di Indonesia. Emnpat scenario yang dikaji adalah 1) Pengkomposan tersebar dengan sistem padat karya, 2) Pengkornposan terpusat dengan menggunakan alsin wheel loader, 3) Degradasi secara anaerobik, gas bio yang dihasilkan dimanfaatkan sebagai sumber pembangkit tenaga listrik, 4) Pernbuatan gas bio di tempat pembuangan sampah (landfill) dimanfaatkan sebagai sumber pembangkit tenaga listrik. Skenarlo sistem pembuangain sampah saat ini, open dumping, dikaji sebagai scenario pembanding (baseline scenario), Aspek lingkungan yang dikaji dengan menggunakan Life Cycle Assessment (LCA) adalah efek rumah kaca (greenhouse effect) dan potensi terjadinya pengasaman (acidification potential). Kajian lingkungan rnenunjukkan bahwa empat scenario tersebut di atas dapat secara signifikan menurjukan efek rumah kaca dan efek pengasaman yang terjadi akibat sistem pembuangan sampah saat ini, Degradasi secara anaerobik rnerupakan cara terbaik dalam memperbalki dampak lingkungan yang terjadi saat ini dibandingkan skenario yang dikaji pada studi ini. Namun hanya pengkomposan yang layak (feasible) secara ekonomi.
- ItemTeknik Pengumpanan Bahan Kimia Komponen untuk Mesin Giling Terbuka(Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, 2004-10) Alam, Agus; Balai Besar Pengembangan Mekanisasi PertanianBersamaan waktu ditemukan proses vulkanisasi karet alam dengan belerang oleh C. Good Year 1858, timbul masalah kelangkaan karat alam, sehingga vulkanisasi didaurulang secara devulkanisasi dengan uap bertekanan yang hingga kini masih lazim digunakan untuk janis karat mahal seperti silikon dan fluorokarbon. Devulkanisasi telah berkernbang pesat diantaranya adalah cara pencampuran serbuk ban dengan bahan kimia kompon geling terbuka yang dilengkapi konveyor apron sebagai alat bantu pengumpan. Ujicoba apron hasil rancangbangun dilakukan pada mesin giling terbuka •rol 10” rol panjang rol 15". friksi: 1:1.25, kecepatan rol (lambat : 12,64 m/merilt, untuk mengumpan 6 kg serbuk ban 30•40 mesh beserta bahan kimia kompan dapat diselesaikan dalam rentang waktu 6 sd 7,5 menit, dengan perolehan hasil kompon daur-ulang devulc yang cukup homogen dan berbentuk lembaran berketebalan 2,2mm. Sifat kuat tank, abrasi clan ketahanan sobek buruk, tetapi babel Janis, kekerasan, dan kepegasan panful sesuai rekomendasi telapak ban pada umumnya.
- ItemUpaya Menurunkan Kontaminasi Aflatoksin B1 pada Kacang Tanah Dengan Teknologi Pasca Panen (Sudi Kasus di lampung)(Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, 2006-04) Paramawati, Raffi; Arief, Ratna Wylis; Triwahyudi, Sigit; Balai Besar Pengembangan Mekanisasi PertanianKacang tanah merupakan komoditas penting di propinsi Lampung, dimana pada umumnya ditanam di lahan kering. Sebagai tanaman di negara tropis dengan suhu dan kelembaban relatif yang tinggi, kacang tanah rentan sekali terhadap kontaminasi aflatoksin yang diakibatkan oleh kapang Aspergillus flavus and A. Parasiticus. Untuk meminimalkan kontaminasi aflatoksin, perlu dilakukan upaya untuk memproses kacang tanah dalam waktu yang relatif cepat. Dalam penelitian ini dilakukan percobaan dengan menggunakan mesin pascapanen kacang tanah dalam rangka mempersingkat waktu proses untuk meminimalkan kontaminasi aflatoksin. Hasil percobaan dibandingkan dengan teknologi yang biasa dilakukan petani. Hasil percobaan menunjukkan bahwa teknologi petani menghasilkan kacang polong kering dengan kontaminasi aflatoksin B1 sangat kecil tetapi kacang kupas (ose) dengan kontaminasi yang relatif tinggi. Sementara itu percobaan percepatan waktu proses pascapanen dengan mesin menghasilkan kacang tanah baik polong maupun ose dengan kontaminasi yang relatif kecil. Penelitian ini juga melakukan sampling ose di beberapa pasar di Lampung. Hasil sampling menunjukkan kontaminasi aflatoksin B1 yang beragam dari 4,4 hingga 205 ppb dengan rata-rata kontaminasi 69,76 ppb. Ose yang dikemas dengan kemasan hermetik masih menunjukkan peningkatan kontaminasi yang cukup tinggi selama penyimpanan dibandingkan polong kering.
- ItemRekayasa dan Pengujian Reaktor Biogas Skala Kelompok Tani Ternak(Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, 2006-04) Widodo, Teguh Wikan; Asari, Ahmad; Nurhasanah, Ana; Wijaya, Elita Rahmarestia; Balai Besar Pengembangan Mekanisasi PertanianTeknologi biogas telah berkembang sejak lama namun aplikasi penggunaannya sebagai sumber energi alternatif belum berkembang secara luas. Beberapa kendala antara lain yaitu kekurangan technical expertise, reaktor biogas tidak berfungsi akibat bocor/ kesalahan konstruksi, disain tidak user friendly, penanganan masih secara manual dan biaya konstruksi yang mahal. Kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan reaktor biogas skala kelompok tani ternak. Reaktor didesain dengan kapasitas 18 m3 untuk menampung kotoran sapi sebanyak 10–12 ekor. Berdasarkan perhitungan disain, reaktor mampu mengahasilkan biogas sebanyak 6 m3/ hari. Produksi gas metana dipengaruhi oleh C/N rasio input (kotoran ternak), residence time, pH, suhu dan toxicity. Suhu digester berkisar 25–27oC dan pH 7–7,8 menghasilkan biogas dengan kandungan gas metana (CH4) sekitar 77%. Penggunaan lampu penerangan diperlukan biogas 0.23 m3/jam dengan tekanan 45 mmH2O dan untuk kompor gas diperlukan biogas 0.30 m3/jam dengan tekanan 75 mmH2O. Analisa dampak lingkungan dari lumpur keluaran dari reaktor biogas menunjukkan penurunan COD sebesar 90% dari kondisi bahan awal dan pebandingan BOD/COD sebesar 0,37 lebih kecil dari kondisi normal limbah cair BOD/COD=0,5. Analisa unsur utama N, P dan K menunjukkan hasil yang hampir sama dengan pupuk kompos (referensi).
- ItemPengaruh Pengukuran Screen Terhadap Kinerja Rumah Tanaman Teradaptasi untuk Budidaya Tomat di Daerah Tropis(Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, 2006-04) Harmanto, Harmanto; Tantau, Hans - J.; Salokhe, Vilas; Balai Besar Pengembangan Mekanisasi PertanianTingginya suhu udara didalam greenhouse dan tingkat serangan hama tanaman merupakan masalah utama dalam budidaya tomat di daerah tropis. Adapted greenhouse adalah suatu konsep rumah tanam dengan bukaan ventilasi sangat besar dan ditutup dengan net tipe UV untuk meningkatkan laju ventilasi, menjaga iklim mikro dan menekan masuknya hama (insect) ke dalam greenhouse. Konsep tersebut telah dikembangkan dan dikaji untuk dievaluasi secara teknis, agronomis and entomologis dengan berbagai ukuran net. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh ukuran net terhadap kinerja dari greenhouse tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa greenhouse yang menggunakan tiga jenis ukuran net (40, 52 dan 78 mesh) untuk dindingnya mempengaruhi secara nyata terhadap suhu dan kelembaban, laju ventilasi, total produksi dan mutunya serta tingkat serangan hama di dalam greenhouse. Laju ventilasi akan turun masing-masing 50% dan 35 % bila menggunakan jenis net yang lebih halus (78 mesh dan 52 mesh) dibanding dengan greenhouse yang menggunakan 40 mesh. Akibatnya suhu udara di dalam juga meningkat antara 1 – 3 °C. Meskipun beda suhu antara di dalam dan luar greenhouse hanya kecil, akan tetapi kelembaban mutlak di dalam greenhouse dengan 78 mesh dua kali lebih besar dari greenhouse dengan 40 mesh net. Secara umum, greenhouse dengan 52 mesh net menunjukkan kinerja yang terbaik ditinjau dari beberapa parameter penting tersebut diatas.
- ItemPengaruh Penyosoh Terhadap Mutu Fisik dan Cemaran Logam Pada Beras Giling(Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, 2006-04) Thahir, Ridwan; Nugraha, Sigit; Sunarmani, Sunarmani; Yulianingsih, Yulianingsih; Balai Besar Pengembangan Mekanisasi PertanianBeras giling dengan penampilan yang putih, bersih dan cemerlang semakin menjadi permintaan konsumen. Untuk memenuhi permintaan tersebut, para penggilingan padi melakukan berbagai modifikasi terhadap alat penyosoh. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat mutu fisik beras giling dan adanya cemaran logam dalam beras yang dihasilkan oleh penggilingan padi. Penelitian dilakukan dengan metode survei terhadap 30 penggilingan padi yang terdiri dari penggilingan padi besar (PPB), menengah (PPM), kecil (PPK) dan keliling (PPKL) di sentra produksi padi di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur pada tahun 2002. Pengamatan terhadap alat penyosoh menunjukkan semua penggilingan padi menggunakan tipe friksi, satu atau dua pass dengan komponen lokal. Beras pecah kulit yang dihasilkan oleh PPB, PPM, PPK dan PPKL masih mengandung butir gabah yang tinggi, berturut-turut 2,60; 3,52; 6,76; dan 39,76 %. PPB menghasilkan mutu beras giling paling baik, rata-rata beras kepala, pecah, menir dan kadar abu berturut-turut 80,75; 18,47; 0,78 dan 0,42 %. PPKL menghasilkan mutu beras giling paling rendah. Kandungan logam, baik logam berat maupun logam nutrien masih dibawah ambang batas dari Badan POM 1989. Kandungan logam berat Pb, Sn, Cd dan Ni pada beras giling berturut-turut 0,80; 0,60; 0,08 dan 0,57 mg/kg, sedangkan logam nutrien Cu, Zn dan Fe berturut-turut 2,80; 13,49; 2,46 mg/kg. Proses penyosohan beras tidak mengakibatkan cemaran logam berat dan logam nutrien, bahkan terjadi pengurangan kandungan unsur logam. Penurunan kandungan logam nutrien yang cukup besar ditemukan pada unsur Fe sebesar 79,94% dari beras pecah kulitnya.
- ItemPengolalaan Sistem Irigasi Mikro untuk Tanaman Hortikultura san palawija(Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, 2006-10) Prabowo, Agung; Wiyono, Joko; Balai Besar Pengembangan Mekanisasi PertanianPenelitian ini dimaksudkan untuk mengembangkan model demonstrasi sistem irigasi lapang yang terdiri dari sistem irigasi drip dan sprinkler. Kegiatan ini dilaksanakan pada kebun percobaan BBP Mektan, Serpong, pada tahun 2005 dimana area percobaan dibagi untuk sistem irigasi drip dan sprinkler, masing masing seluas 2000 m2. Komoditi yang ditanam antara lain adalah cabai, jagung, dan kacang tanah. Untuk tanaman cabai dan jagung diari oleh sistem irigasi tetes (drip). Sedangkan untuk tanaman kacang tanah diari dengan sistem irigasi curah (sprinkler). Analisis neraca air lahan dilakukan untuk memperoleh gambaran kondisi ketersediaan (surplus atau defisit) air pada lahan serta kebutuhan air tanaman yang sedang dibudidayakan. Penentuan koefisien tanaman diperoleh dengan melakukan pengamatan pada 3 buah lysimeter yang ditanami oleh ke tiga komoditi tanaman tersebut. Simulasi data agroklimat, data tanah dan data tanaman menggunakan program CROPWAT FAO. Keluaran hasil simulasi dipergunakan sebagai pedoman pemberian air tanaman. Dari uji lapang diperoleh hasil bahwa tingkat keseragaman irigasi tetes untuk cabai adalah 82,82 % (SU) dan 88.74 % (DU) sedangkan untuk tanaman jagung 83.46 % (SU) dan 88.21% (DU). Untuk sistem irigasi curah pada tanaman kacang tanah diperoleh hasil tingkat keseragamannya mencapai 89.91 % (CU). Hasil tanaman cabai mencapai 4.40 ton/ha, jagung 6.6 ton/ha dan kacang tanah 2.46 ton/ha. Produktivitas air pada masing-masing sistem irigasi adalah 1.22 kg/m3-air untuk irigasi tetes pada tanaman cabai, 1.96 kg/m3-air untuk irigasi tetes pada tanaman jagung dan 0.60 kg/m3-air untuk irigasi curah pada tanaman kacang tanah. Biaya investasi sistem irigasi tetes beserta motor penggerak untuk tanaman cabai adalah Rp.25.137.000,-/ha dan untuk tanaman jagung adalah Rp. 26,167,000,-/ha. Sedangkan biaya investasi sistem irigasi curah dengan motor penggeraknya untuk tanaman kacang tanah adalah Rp.20.677.000,-/ha. Dari hasil analisa ekonomi diketahui bahwa titik impas usaha tani cabai dengan menggunakan instalasi irigasi tetes adalah setelah 3 musim tanam. Untuk usaha tani jagung dengan menggunakan irigasi tetes dan usaha tani kacang tanah dengan menggunakan irigasi curah ternyata tidak menemukan titik impas, dengan kata lain usaha tani jagung dan kacang tidak layak menggunakan irigasi mikro. Dari kegiatan penelitian ini diperoleh beberapa parameter pengembangan sistem informasi untuk perancangan irigasi tetes dan sprinkler antara lain adalah dimensi lahan, tipe tanah, topografi, koefisien tanaman, kebutuhan air tanaman, jarak tanam, dan kondisi sumber air.
- ItemEvaluasi Kinerja Teknis Mesin Pencacah Hijauan Pakan Ternak(Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, 2006-10) Hidayat, Muhammad; Harjono, Harjono; Marsudi, Marsudi; Gunanto, Andri; Balai Besar Pengembangan Mekanisasi PertanianStabilitas usaha ternak ruminansia sangat tergantung pada ketersediaan pakan baik kualitas, kuantitas dan kontinyuitas pakan sepanjang tahun. Ketersediaan hijauan pakan umumnya tidak bisa terpenuhi terutama pada musim kemarau. Jerami padi yang persediaannya cukup melimpah dapat digunakan untuk bahan pakan yang bernutrisi tinggi setelah melalui beberapa proses pengkayaan nutrisi seperti yang telah dilakukan peternak. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa jerami padi yang akan diolah menjadi bahan pakan harus dicacah sepanjang 2 – 5 cm agar pengaruh mikroorganinsme dapat lebih cepat dan merata. Proses pencacahan yang dilakukan petani masih secara manual dengan kapasitas 5 – 6 kg jerami segar/jam. Untuk meningkatkan kapasitas kerja petani telah direkayasa mesin pencacah jerami padi yang mampu untuk mencacah jerami segar maupun jerami kering. Hasil Rancang bangun alat-mesin pencacah jerami terdiri dari 5 komponen utama yaitu rangka utama, unit pengumpan, unit pencacah, unit penyaluran hasil dan sistem penerusan daya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kinerja teknis mesin pencacah jerami untuk bahan pakan ternak. Metode yang dilakukan terdiri dari persiapan bahan uji, instrumen uji, uji unjuk kerja dan analisa hasil. Uji unjuk kerja mnggunakan jerami segar dengan kadar air 55 % dan jerami kering dengan kadar air 23 % masing masing dilakukan 5 kali ulangan. Uji unjuk kerja menghasilkan kapasitas 401,13 kg/jam untuk jerami kering dan 1126,06 kg/jam untuk jerami basah dengan konsumsi bahan bakar rata-rata 1,34 l/jam, efisiensi pencacahan rata-rata 94,33 % dan tingkat kebisingan suara 84 db
- ItemPengaruh Beberapa Komponen Teknologi Proses Pada Penggilingan Padi Terhadap Mutu Fisik Beras(Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, 2006-10) Rachmat, Ridwan; Sudaryono, Sudaryono; Thahir, Ridwan; Balai Besar Pengembangan Mekanisasi PertanianPenelitian untuk mengetahui pengaruh beberapa komponen teknologi proses pada penggilingan padi terhadap mutu fisik beras dilakukan didaerah Subang dan Karawang dari bulan Mei sampai Agustus 2004. Pengamatan dilakukan pada tiga sistem penggilingan yang berbeda, yaitu sistem penggilingan tidak kontinu, semi kontinu dan kontinu. Penelitian dilakukan berdasarkan rancangan acak blok dengan tiga ulangan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi komponen mutu beras yang dihasilkan pada masing-masing unit proses pada penggilingan dengan sistem yang berbeda dan membandingkannya untuk mendapatkan informasi sebagai bahan perbaikan kapasitas dan kualitas beras giling. Sebanyak 1000 kg gabah kering giling diproses ditempat penggilingan padi dengan tiga kali ulangan pada masing-masing sistem penggilingan. Pengambilan sampel untuk analisa dilakukan pada masing-masing output mesin penggiling. Analisa mutu fisik terhadap sampel beras giling dan hasil samping yang diperoleh pada setiap mesin yang ada pada sistem penggilingan dilakukan di Laboratorium Karawang pada Balai Besar Litbang Pascapanen. Parameter pengukuran terdiri dari rendemen giling dan komponen mutu bahan dari output proses penggilingan. Hasil penelitian terhadap sistem penggilingan yang berbeda menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan dalam rendemen giling dan mutu beras giling. Dari analisa dedak menunjukkan bahwa terdapat kandungan beras pecah kecil (menir) yang berbeda yaitu 13,36%, 20,48% dan 5,77% pada masing-masing sistem penggilingan tidak kontinu, semi kontinu dan kotinu.
- ItemEvaluasi Teknis dan Ekonomis Mesin Panen Padi Tipe Sisir (Stripper) Merk Candua(Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, 2006-10) Sulistiadji, Koes; Handaka, Handaka; Balai Besar Pengembangan Mekanisasi PertanianStudi kelayakan terhadap Mesin Pemanen Padi Tipe Sisir dilaksanakan di Kabupaten, Pinrang, Propinsi Sulawesi Selatan. Mesin Pemanen padi Stripper Harvester Gathered (Rancangan IRRI) telah dimodifikasi oleh Bengkel Pengrajin Lokal (Bengkel Usaha Pinrang) yang semula ”Walking Type” menjadi ”Riding Type” dengan kemampuan kapasitas & kualitas kerja yang tidak jauh berbeda namun lebih mudah dioperasikan di berbagai macam jenis lahan. Mesin dengan nama ”Chandue” telah berkembang dan popoler di Propinsi Sulawesi Selatan khususnya Kabupaten Pinrang dan sekitarnya. Dua tipe mesin penyisir padi yang diuji di lapangan adalah : (a) Chandue tipe walking dan (b) Chandue tipe riding. Prinsip Kerja Mesin Penyisir Padi (Stripper Harvester type Gathered) adalah melakukan panen padi dengan cara menyisir tegakan tanaman padi yang siap panen, mengambil butiran padi dari malainya dan meninggalkan tegakan jerami di lapangan. Dari analisa aspek ekonomi, kedua tipe akan mendatangkan keuntungan antara Rp.8,6 juta – Rp.10,4 juta dengan asumsi : (a) Luas cakupan 60 ha per musim ; (b) Pendapatan Rp.90 juta dan (c) Biaya Operasi Rp. 79,6 juta (tipe walking DP 4000) dan Rp. 81,4 juta (tipe riding DP 6000). Mesin Stripper Chandue dan mesin-mesin sejenis hasil modifikasi IRRI-Stripper SG800 merupakan salah satu alternatif pilihan Mesin Panen Padi yang kemungkinan besar dapat dikembangkan di daerah yang langka tenaga kerja di Indonesia, seperti di Luar Pulau Jawa khususnya untuk Lahan Gambut atau Lahan Pasang Surut.
- ItemRekayasa dan Evaluasi Kinerja Alat Pemetik Buah Mangga(Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, 2006-10) Suparlan, Suparlan; Gultom, Reni Yuliana; Widodo, Puji; Supriyanto, Supriyanto; Balai Besar Pengembangan Mekanisasi PertanianPemanenan mangga umumnya masih dilakukan secara tradisional dengan menggunakan alat pemetik tanpa dilengkapi dengan pisau pemotong sehingga tangkai buah mangga terpotong dekat pangkal buah. Hal tersebut menyebabkan getah keluar dan menempel dipermukaan kulit buah sehingga mengakibatkan penampilan buah kurang menarik. Penelitian ini bertujuan untuk merekayasa dan mengevaluasi kinerja alat pemetik buah mangga. Alat pemetik buah mangga dirancang untuk memanen buah mangga dengan memotong tangkai buah sepanjang minimal 10 mm dari pangkal buah. Panjang batang pemetik berkisar antara 2 - 6 meter. Alat pemetik ini dilengkapi dengan pisau pemotong (cutter) yang kedudukannya dapat diatur tinggi rendahnya dan keranjang buah untuk menampung buah yang terpetik. Kapasitas alat pemetik adalah 350 - 480 butir/jam untuk varietas mangga Arumanis dan 320 - 375 butir/jam untuk varietas mangga Indramayu. Panjang tangkai buah hasil pemetikan rata-rata di atas 20 mm. Tingkat kerusakan buah karena tidak bertangkai dan bergetah adalah 4,7 - 6,4%. Biaya pokok pengoperasian alat pemetik mangga adalah Rp 4472/jam atau Rp 37/kg mangga. Pengoperasian alat pemetik menghasilkan B/C ratio sebesar 1,29.
- ItemAnalisis Model Pengolahan Padi (Studi Kasus di Kabipaten Lombok Timur, NTB)(Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, 2007-04) Nugraha, Sigit; Thahir, Ridwan; Lubis, Safaruddin; Sutrisno, Sutrisno; Balai Besar Pengembangan Mekanisasi PertanianAnalisis model pengolahan padi dilakukan di desa Selubung Ketangga, Kecamatan Keruak, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, pada lokasi Proyek Poor Farmer Income Improvement Trough Innovation (PFI3P). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan pendapatan petani melalui perbaikan kualitas beras dan meningkatkan rendemen giling. Kegiatan penelitian dimulai dengan identifikasi lokasi untuk penempatan model pengolahan padi dan pemasangan alat pengering gabah dengan bahan bakar sekam. Tahun 2004 install model pemasangan 1 unit penyosoh ICHI N-70 dan 1 unit mesin penggerak RINO S 115, 24 HP. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengeringan padi menggunakan mesin pengering bahan bakar sekam dapat menghasilkan gabah kering giling lebih baik dengan rendemen giling yang tinggi (65,7 %), sehingga dapat meningkatkan rendemen giling gabah petani antara 2-3 % dibanding dengan rendemen giling petani sebelumnya antara 60-63 %. Penyosohan dengan ICHI N-70 yang dilengkapi dengan pencucian sistem pengkabut air dapat menghasilkan beras yang lebih baik, putih, bersih, cerah, dan dapat meningkatkan harga jual sebesar Rp 300,-/kg. Analisis model penggilingan padi secara menyeluruh dapat meningkatkan pendapatan petani dari kehilangan hasil sebesar 5, 65 %, meningkatkan rendemen giling antara 2- 3 % dan meningkatkan harga jual beras sebesar Rp 300,- /kg. Peningkatan pendapatan petani mencapai Rp 1.630.290,- per hektar.
- ItemKajian Teknis Unit Perlakuan Panas Metode Uap (VHT) untuk Pengendalian Larva Lalat Buah pada Apel(Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, 2007-04) Marsudi, Marsudi; Suroso, H; Rokhani, H; Balai Besar Pengembangan Mekanisasi PertanianAkhir-akhir ini, penggunaan metode perlakuan panas (Heat Treatment) guna mempertahankan kualitas, mengendalikan hama/penyakit pascapanen maupun sebagai teknik karantina terhadap buah-buahan dan sayuran semakin meningkat. Perlakuan tersebut merupakan syarat bagi produk yang akan di ekspor ke Jepang, Amerika dan negara lainnya. Sejak tahun 1988, buah-buahan dari Indonesia diekspor ke Amerika dan Jepang setelah produk tersebut di disinfestasi hama/penyakit. Vapor Heat Treatment (VHT) merupakan metode disinfestasi yang dapat digunakan untuk mengendalikan pertumbuhan hama/penyakit pada produk hortikultura, seperti buah segar, sayuran, ubi-ubian, dan bunga potong. Penelitian ini bertujuan mengkaji secara teknis performansi unit perlakuan panas menggunakan media uap panas dan aplikasinya pada buah apel manalagi. Percobaan dilakukan dengan memberikan media pemanas berupa campuran uap panas dan udara pada suhu 47,5 oC hingga suhu pusat buah mencapai 46,5 oC serta dipertahankan selama 30 menit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa unit perlakuan panas metode VHT efektif untuk melakukan disinfestasi hama/penyakit pasca panen buah apel manalagi. Pencapaian suhu target pusat buah membutuhkan waktu sekitar 135 menit. Apel manalagi toleran terhadap panas sampai 30 menit tanpa kerusakan (heat injury) dan kualitas buah relatif tetap berdasarkan perubahan kadar air, kekerasan bahan serta warna kulit. Populasi cendawan yang dominan terdiri dari Acremonium strictum, Cladosporium cladosporioides dan Gloesporium fructigenum dapat ditekan secara efektif (95,8 – 100%).
- ItemStudi Traktor Tangan Ergonomis untuk Opeartor di Lahan Sawah Kalimantan Selatan(Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, 2007-04) Akbar, Arief RM; Herodian, Sam; Ali, Suriani; Balai Besar Pengembangan Mekanisasi PertanianStudi desain traktor tangan dilakukan dengan menggunakan pemodelan Jaringan Syaraf Tiruan (JST), bertujuan untuk mempelajari dan menentukan parameter-parameter ergonomi yang mempengaruhi produktivitas kerja dan beban kerja pengolahan tanah berdasarkan spesifik kondisi lahan, kondisi agroklimat dan tradisi (kebiasaan). Model JST dapat menentukan hubungan non linier antara faktor-faktor ergonomi traktor tangan, meliputi aspek kesesuaian antropometri (tinggi dan lebar kemudi), usia dan berat badan operator, suhu dan kelembaban lingkungan serta kebisingan traktor terhadap produktivitas kerja pengolahan tanah dan beban kerja operator di areal persawahan Kalimantan Selatan. Hasil pengukuran di lapangan terhadap produktivitas kerja pengolahan tanah dengan implemen bajak singkal berada pada selang 453-1284 m2/jam sedangkan beban kerja pengolahan tanah dengan menggunakan parameter denyut jantung berada pada selang 106 – 169 denyut/menit. Hasil kalibrasi model mempunyai akurasi 89% dan 96% masing-masing untuk parameter output produktivitas kerja dan beban kerja pengolahan tanah. Hasil optimasi terhadap posisi tinggi kemudi traktor berada pada selang 104 cm-112 cm dengan lebar kemudi berjarak 7 cm dari lebar maksimum jangkauan kemudi operator.