Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Berwawasan Agribisnis Mendukung Pembangunan Pertanian Wilayah Kepulauan
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Berwawasan Agribisnis Mendukung Pembangunan Pertanian Wilayah Kepulauan by Issue Date
Now showing 1 - 20 of 87
Results Per Page
Sort Options
- ItemKetahanan Sosial Ekonomi Nelayan pada Usaha Perikanan Tuna Rakyat di Maluku(Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 5-11-22) Hurasan, M Saleh; Edrus, Isa N; Sui, La; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuKetahanan social dan ekonomi dalam era globalisasi diperlukan selain peningkatan efisiensi usaha perikanan dengan memasukan teknologi maju dan peningkatan deverisfikasi usaha serta pengembangan agribisnis komoditas unggulan secara kompetatif sehingga dapat meningkatkan pendapatan nelayan. Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui sejauh mana perilaku dan tingkat keuntungan ekonomi yang diperoleh nelayan tuna yang selanjutnya direkomendasikan dalam dokumen paket teknologi sebagai informasi yang strategis dalam pengelolaan selanjutnya. Data dan informasi diperoleh dari pengkajian yang dilakukan di Kecamatan Banda, Leihitu (Ureng dan Asilulu) Kecamatan Amahai (Aira, Haruo dan Tanjung) Kabupaten Maluku Tengah dan Woprea dan Wamlana Kabupaten Buru dalam bentuk observasi langsung ke lokasi dari bulan Juni s/d Oktober 2004. Data primer dihimpun dari lapangan hasil wawancara berstruktur, diskusi dan dengar pendapat serta data harian nelayan (lock book) dan data sekunder dari instansi lainnya. Pada perikanan tuna rakyat alat tangkap yang digunakan adalah pancing tonda dan umpan sebagai factor pembatas, sementara besaran armada penangkapan (GT) terdiri atas 1 GT, 2GT, 2,5 GT dan 3 GT dengan system motorisasi. Produksi tangkapan tuna yang dihasilkan dengan armada 3 GT adalah 10,25 % lebih tinggi dari ukuran lainnya dengan rata-rata per bulan 4,615 kg. terlihat kesadaran pentingnya pendidikan nelayan cukup tinggi (rata-rata 12 tahun mengikuti pendidikan), sementara kelompok usia nelayan 81,42 % adalah usia produktif (20-50 tahun) dan berdasarkan jumlah anggota keluarga nelayan lebih dominan pada keluarga sedang (4-5 orang). Hasil analisis selanjutnya menunjukkan bahwa sebanyak 75,45 % nelayan lebih mandiri dalam mengatasi keterbatasan biaya operasional dan memiliki sifat usaha sendiri (81,32%) dengan investasi terbesar pada pengadaan mesin temple (33,60%) dari totalnya. Harga ikan tuna hasil tangkapan nelayan sangat ditentukan dari daya awet hasil kisaran harga per kg ikan berkisar antara Rp. 3000 – Rp. 7.500. penggunaan armada 3 GT memberikan pendapatan 12,18 % lebih tinggi dari ukuran armada lainnya. Pendapatan bersih nelayan adalah Rp. 25.491.850 (ketinting) Rp. 32.861.614 (2 GT). Rp. 40.023.430 (2,5 GT) dan Rp. 44.969,86 93 GT). Ratio penerimaan dan biaya-biaya menunjukkan nilai yang fleksibel dan layak untuk dikembangkan pada semua jenis armada (RC-ratio >1) dengan waktu pengembalian modal usaha berkisar antara 0,53 tahun – 0,91 tahun, sementara keuntungan yang didapat dari modal yang diinverstasikan (ROI) arat-rata antara Rp. 69 – Rp. 142 dengan nilai tertinggi pada ukuran armada 2,5 GT
- ItemPengaruh takaran Awal Pupuk Nitrogen terhadap Pertumbuhan dan Hasil Padi Sawah dengan Metode Bagan Warna Daun(Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2005) Razak, Nasarudin; Sirappa, Marthen P; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuPenelitian dilaksanakan di kelurahan Tonyaman, kecamatan Patampanua, kabupaten Pinrang Sulawesi Selatan. Kegiatan ini berlangsung dari bulan Desember 2004 sampai April 2005 pada lahan sawah irigasi mili petani. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh takaran awal pupuk nitrogen berdasarkan bagan warna daun (BWD) terhadap pertumbuhan dan hasil padi sawah. Penelitian menggunakan rancangan Acak Kelompok dengan empat perlakuan dan enam ulangan. Perlakuan yang dikaji adalah atakaran awal pupuk nitrogen yang bersumber dari urea dan ZA, yaitu : 1) N1 = 10 kg N/ha (10 kg N dari ZA), 2) N2 = 20 kg N/ha (masing-masing 10 kg N dari ZA dan urea), 3) N3 = 30 kg N/ha (10 kg N dari ZA dan 20 kg N dari urea, dan 4) N4 = Rekomendasi setempat (100 kg urea). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemupukan nitrogen berdasarkan metode bagan warna daun memberikan pertmbuhan dan hasil padi sawah yang lebih tinggi dibandingkan dengan takaran rekomendasi. Pemupukan nitrogen awal dengan takaran 30 kg N/ha dengan metode bagan warna daun memberikan hasil gabah tertinggi, namun pemupukan awal dengan takaran 20 kg N/ha sudah cukup untuk pertumbuhan dan hasil gabah karena hasil yang diperoleh tidak berbeda nyata dengan takaran awal 30 kg N/ha dan takaran rekomendasi. Diperlukan kajian lebih mendalam untuk mengetahui efisiens pemupukan nitrogen dengan menggunakan metode bagan warna daun pada berbagai takaran awal
- ItemTinjauan Hasil Penelitian Pemanfaatan Pupuk Mikroba Biofosfat(Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2005) Pesireron, Marietje; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuDalam pemantapan kesuburan tanah, teknologi yang tersedia saat ini banyak bertumpu pada konsep-konsep efisiensi yaitu pengelolaan pupuk dan pemupukan. Kesuburan tanah merupakan keseimbangan antara aspek kimia fisika dan biologi tanah. Pada tanah masam dengan kandungan Al dan Fe sangat tinggi, efisiensi pupuk P sangat rendah, kurang dari 10% yang dapat diserap tanaman sedangkan sisanya diikat (difiksasi) oleh Al dan Fe sehingga menjadi tidak tersdia bagi tanaman, sebagai sumber P selain SP36 adalah P-alam (rock phosphate) yang memberikan pengaruh yang sama atau bahkan lebih efektif dari TSP. pupuk P-alam bersifat slow release dan prospeknya cukup baik untuk digunakan di lahan kering masam dengan fiksasi P tinggi. Hara P juga terikat oleh komponen tanah seperti partikel liat, seskuioksida, dan senyawa organik, sehingga diperlukan P tambahan dai pupuk kimia untuk memenuhi kekurangan P dalam tanah. Pengolahan bahan baku pupuk P dari yang kurang aktif menjadi reaktif cukup mahal dan memerlukan bahan aditif kimia. Oleh karena itu, pemanfaatan mikroba yang mampu meningkatkan kelarutan P dalam tanah dapat digunakan sebagai pemecahan masalah tersebut. Asam-asam organic yang dihasilkan oleh mikroba dapat meningkatkan ketersediaan P. Dengan demikian manipulasi aspek biologi tanah merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kesuburan tanah tanpa mencemari lingkungan. Potensi yang besar dari aspek biologi tanah adalah kemampuan mikroba Biofosfat dalam melarutkan atau menyediakan hara sehingga tanaman tumbuh optimal. Hasil penelitian alih teknologi aplikasi biofosfat di lahan petani rata-rata menunjukkan respons positif
- ItemKajian Penggunaan Agrisimba pada Usahatani Padi Sawah Sistem Tabelo di desa Savanajaya. Provinsi Maluku(Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2005) Sirappa, Marthen P; Susanto, Andriko Noto; Rieuwpassa, Alexander J; Bustaman, Sjahrul; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuKajian penggunaan Agrisimba dilaksanaan pada lahan sawah irigasi di desa Savanajaya, kabupaten Buru pada MT 2004, berlangsung dari Juli sampai Nopember 2004. Pengkajian bertujuan untuk melihat pengaruh penggunaan Agrisimba terhadap hasil gabah dan pendapatan petani. Penggunaan Agrisimba dikombinasikan dengan setengah dosis rekomendasi pupuk NPK. Luas lahan yang digunakan sekitar 5 ha dengan melibatkan 9 petani koperator dan sebagai pembanding adalah 6 petani non koperator. Hasil kajian menunjukkan bahwa penggunaan Agrisimba memberikan hasil gabah dan pendapatan petani yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa Agrisimba. Rata-rata hasil gabah kering panen petani koperator yang menggunakan Agrisimba adalah 7,48 t sedangkan petani non koperator 5,30 t/ha. Pendapatan (keuntungan bersih) petani koperator juga lebih tinggi (Rp. 5.003.500/ha) dibandingkan dengan petani non koperator (Rp. 2.676.000/ha) dengan Gross B/C ratio berturut-turut sebesar 2,26 dan 1,73 dan MBCR 9,07
- ItemAnalisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Jamur Kuping (Auricularia sp.) dan Sensitivitas terhadap Perubahan Kurs Dolar ($) US(p, 2005) Widodo, S; Heni, P; Kaliky, Rahima; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuJamur kuping (Auricularia sp) merupakan salah satu andalan petani di kabupaten Sleman, Yogyakarta. Hal ini karena memberikan kontribusi tinggi terhadap pendapatan keluarga. Perkembangan jamur kuping mengalami booming tahun 1998, menurun tahun 2002, dan naik lagi pada tahun 2004-2005. Produksi jamur kuping diekspor ke Jepang, Taiwan, Singapore, Malaysia dan sebagian Negara Asia dan USA. Penelitian dilakukan di Gambretan, Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman, pada tahun 2001, untuk mengetahui factor yang mempengaruhi terhadap produktivitas usaha jamur kuping, dan pada tahun 2005 dilakukan evaluasi untuk mengetahui sensitivitas terhadap perubahan kurs dolar (US). Penentuan lokasi secara sengaja (purposive) dengan alas an bahwa daerah tersebut sebagai sentra pengembangan jamur kuping di Yogyakarta. Penelitian menggunakan data cross-section dengan 30 responden petani jamur kuping. Untuk mengetahui factor produksi (X1=benih), X2=kubung, X3=pengalaman, X4=tenaga kerja, dan X5=pestisida) digunakan analisis regresi dengan metode Ordinary Least Square (OLS), sedangkan untuk mengetahui sensitivitas hanya didekatkan pada perubahan nilai tukar rupiah terhadp dolar US. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) dari tingkat pengaruh variable independen secara bersama-sama terhadap variable dependen (tingkat kesalahan 1% - 10%) nyata pada pemilikan kubung, penggunaan benih dan penggunaan tenaga kerja, dan tidak nyata pada pengalaman serta berpengaruh negative pada penggunaan pestisida, (2) Secara eknomi usahatani jamur kuping layak dengan indicator nilai R/C > 1, yaitu 1,24 (2001) dan 1,58 (2005), (3) Terhadap perubahan nilai tukar uang maka pada OER IOfficial Exchange Rate) ($) US 1,00 ≥ Rp 10.000,- maka investasi ini layak
- ItemPengembangan Investasi Agribisnis di Kapet Seram, Suatu Wilayah Kepulauan di Provinsi Maluku Melalui Pemanfaatan Teknologi Tepat Guna(Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2005) BADAN PENGELOLA KAPET SERAM MALUKU; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
- ItemPemanfaatan dan Peruntukan Senyawa Pestisida serta Metoda Penanganannya Bagi Keselamatan Manusia(Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2005) Saenong, M Sudjak; Rugaya, A; Alfons, Janes Berthy; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuPenggolongan jenis-jenis pestisida yang beredar di pasaran dapat diklasifikasi antara lain adalah insektisida rodentiida, molusisida, avisida, dan mitisida. Sedangkan yang mengendalikan jazad renik antara lain baterisida fungsida, algisida. Selain dari pada itu terdapat senyawa kimia yang sifatnya hanya sebagai pengusir serangga (insect repellent), dan sebalknya ada pula yang justru menarik serangga untuk datang (insect attractant) serta ada yang dapat memandulkan serangga. Tulisan ini membahas database peruntukkan dan pemanfaatan pestisida seta prosedur tatalaksana penangganannya agar aman bagi pengguna dan lingkungan
- ItemPembangunan Pertanian Wilayah Kepulauan di Maluku: Kebijakan. Strategi dan Implementasi(Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2005) Universitas Patimura Ambon; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
- ItemSkrening Fungisida Botanis Khas Maluku terhadap Jamur Patoqen Icnornon Colletotrichum gloeosporiode, dan Sclerotium rolfsii secora In Vitro(Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2005) Amanupunyo, Handry R D; Leatemia, J Audrey; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuPerlindungan tanaman merupakan komponen penting dalam usaha budidaya tanaman sehat yang berperan untuk mengamankan produksi pertanian dari organism pengganggu tanaman (OPT). Dewasa ini para ilmuan mencari pestisida yang ramah lingkungan, tidak membawa dampak negative terhadap lingkungan dapat terurai oleh waktu dan selektif terhadap organism sasaran saja. Salah satu jenis pestisida tersebut berasal dari bahan tumbuhan yang dikenal sebagai pestisida nabati botanis. Daerah Maluku memiliki banyak tanaman tahunan yang biasanya dipakai oleh masyarakat setempat sebagai sumber obat-obatan yang kemungkinan dapat dipakai juga sebagai fungisida botanis. Skrening ekstrak tanaman untuk menguji aktifitanya sebagai fungisida merupakan suatu langkah penting dalam menemukan fungisida btanis yang potensial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas penggunaan ekstrak bahan tanaman khas Maluku: akar “obat sageru” (Gracinnia sp,) kulit batang: pule (Alstonia spectabilis), gayang (Inacarpus fagiferus), kayu manis (Cinnamomum sp.) dan lawang (Cinnamomun culilawan) yang berpotensi sebagai sumber fungisida botanis dalam menekan petumbuhan jamur pathogen tanaman Colletotrichum gloeosporiodes dan Sclerotium rolfsii secara in vitro. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak akar “obat sageru” (Gracinnia sp,) kulit batang: pule (Alstonia spectabilis), gayang (Inacarpus fagiferus), kayu manis (Cinnamomum sp.) efektif dalam menghamabat pertumbuhan jamur Colletotrichum gloeosporiodes in vitro. Ketiga ekstrak tersebut diatas dan juga ekstrak kulit batan gayang efektif dalam menghambat pertumbuhan jamur Sclerotium rolfsii secara in vitro
- ItemKesesuaian Lahan untuk Pengembangan Hortikultura di Dataran Tinggi Napu Sulawesi Tengah(Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2005) Mario, Mulyadi D; Hutahaen, Lientje; Alfons, Janes Berthy; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuDataran tinggi Napu merupakan salah satu wilayah di Sulawesi Tengah yang beragroekosistem spesifik dan berpotensi untuk pengembangan komoditas pertanian khususnya hortikultura. Dalam upaya pengembangan komoditas pertanian untuk mendapatkan produksi yang optimal dan berkesinambungan, harus disesuaikan dengan kondisi biofisik dn sosial ekonomi. Penelitian bertujuan mengidentifikasi dan mengetahui potensi lahan dataran tinggi Napu Suawesi Tengah untuk pengembangan komoditas hortikultura yang sesuai dengan kondisi biofisik dan sosial ekonomi wilayah setempat. Data biofisik dianalisis menggunakan model evaluasi lahan AEZ (Automated Land Evaluation System) yang dikembangkan oleh Puslitbangtanak. Sedangkan indicator untuk menganalisis kelayakan ekonomi usahatani tanaman hortikultura semusim (sayuran) adalah rasio penerimaan atas total biaya produksi (R/C), sedangkan tanaman hortikultura tahunan (buahan) menggunakan analisis financial dengan criteria Net Present Value (NPV), Internal rate of return (IRR) dan rasio pendapatan atas biaya (Net B/C). hasil analisis evaluasi lahan (Program ALES) menunjukkan bahwa potensi pengembangan tanaman hortikultura di lahan kering dataran tinggi Napu seluas 11.796 ha. Untuk tanaman sayuran seperti tomat sayut, kacang panjang dan buncis berada pada kelas S1, sedangkan wortel, kentang, bawang merah, cabe dan kubis berada pada kelas S2 dan S3, dengan factor pembatas utama ketersediaan air, ketersediaan oksigen, temperature dan media perakaran. Kesesuaian lahan untuk tanaman jeruk sebagian besar berada pada kelas S2, dan sebagian kecil S3, dengan faktor pembatas ketersediaan oksigen, media perakaran, dan ketersediaan air. Hal ini menunjukkan bahwa kesesuaian lahan dapat ditingkatkan ke S1 jika drainasenya diperbaiki. Hasil analisis ekonomi dan financial menunjukkan bahwa tanaman hortikultura semusim dan tahunan (jeruk) layak diusahakan di dataran tingi Napu Sulawesi Tenga, karena nilai R/C > 1; NPV > 0; Net B/C > 1; dan IRR > 20%
- ItemPenetapan Batas Kritis Hara K Tanah Dalam Kaitannya Dengan Pemupukan K Pada Tanaman Jagung di Lahan Kering(Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2005) Tandisau, Peter; Sirappa, Marthen P; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuKegiatan ini merupakan bagian dari penelitian kalibrasi uji tanah hara K pada jagung, yang dilaksanakan di desa Pattalossang, kecamatan Bontomarannu, kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan dari bulan Mei 2002 sampai Maret 2003. Tujuan penelitian ini adalah untuk menetapkan batas krisis hara K untuk jagung daam kaitannya dengan aplikasi pemupukan K. Metode yang digunakan dalam penetapan batas krisis hara K adalah metode Grafik Cate-Nelson. Hasil penelitian menunjukan bahwa batas krisis hara K yang diperoleh dengan menggunakan metode Grafik Cate-Nelson untuk masing-masing pengekstrak : NH4OAc pH 4,8 NH4OAc pH 7, Olsen, dan Baray-1 berturut-turut sebesar 0,30 me/100 g, 0,35 me/100 g, 213 ppm, dan 178 ppm. Untuk tanah Altfisols, khususnya Typic Rhodustalfs yang mempunyai kadar hara K yang lebih rendah dari nilai batas krisis perlu dilakukan pemupukan K untuk memperoleh hasil yang tinggi. Batas krisis hara K yang diperoleh dengan metode Grafik Cate-Nelson dapat digunakan sebagai acuan dalam melakukan tindakan pemupukan pada jenis tanah dan varrietas jagung yang relative sama pada lokasi kegiatan
- ItemProspek Pengembangan Pengolahan Minyak Kelapa Murni (Virgin Coconut Oil) di Maluku(Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2005) Lalopua, Vonda A M; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuSelama ini pengolahan kelapa di Maluku masih terbatas pada pengolahan kopra dan minyak kelapa secara tradisiona yang tidak tahan simpan karena tinginya kadar air dan asam lemak bebas menyebabkan bau tengik yang tidak di sukai oleh konsumen. Minyak kelapa murni merupakan diversifikasi olahan kelapa yang memilki nilai tambah tinggi dan merupakan suatu upaya perbaikan mutu minyak kelapa cara tradisional. Minyak kelapa murni memiliki kandungan asam laurat yang tinggi (45-50%) yang membedakannya dengan minyak kelapa biasa (konvensional), kadar air dan asam lemak bebasnya rendah (berturut-turut 0,02-0,03 % dan 0,01 %), tidak berwarna (bening), berbau harum dan daya simpannya cukup lama (6-8 buan). Prospek pengembangan minyak kelapa murni semakin cerah di Maluku, selain mempunyai harga jual dan kuaitas yang tinggi, juga memiliki berbagai keunggulan fungsional untuk industry pangan kosmetika dan farmasi serta proses produksinya sederhana. Keuntungan yang di peroleh dari pengusahaan minyak kelapa murni secara mekanis adalah sebesar Rp. 10.188.000,-/bulan atau sekitar Rp. 122.560.000,-/tahun lebih tinggi dibandingkan dengan cara manual (tradisional) (Rp. 654.000,-/bulan atau sekitar Rp. 7.740.000,-/tahun dan pengembalian modal investasi kurang dari satu tahun
- ItemPembangunan Pertanian di Wilayah Kepulauan Provinsi Maluku(Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2005) KEPALA DINAS PERTANIAN PROVINSI MALUKU; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
- ItemPotensi dan Arahan Penggunaan Lahan untuk Pertanian Tanaman Pangan Lahan Kering di Pulau Selaru. MTB(Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2005) Sirappa, Marthen P; Susanto, Andriko Noto; Rieuwpassa, Alexander J; Waas, Edwen Donal; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuPenelitian ini dilakukan di pulau Selaru, kabupaten Maluku Tenggara Barat pada tahun anggaran 2004. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui potensi lahan dalam kaitannya dengan penggunaan lahan untuk pertanian tanaman pangan kering. Hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi lahan pulau Selaru Maluku Tenggara Barat untuk pengembangan pertanian tanaman pangan lahan kering adalah padi gogo 28.312 ha, jagung 19.330 ha, kacang tanah 19.330 ha, kacang ijo 19.330 ha, ubi jalar 19.330 ha, yams dan cococyams (uwi/kumbili dan keladi/talas) 28.312 ha dengan kelas kesesuaian lahan cukup sesuai (S2) dan sesuai marginal (S3). Faktor pembatas utama penggunaan lahan untuk pertanian tanaman pangan lahan kering antara lain temperature (suhu rata-rata tahunan) tinggi, media perakaran (drainase tanah sedang, solum tanah dangkal, tekstur agak berat), retensi hara (pH tanah agak alkalis sampai alkalis), tingkat bahaya erosi rendah sampai sedang, dan terrain (berombak batuan pada permukaan tanah dan singkapan batuan). Arahan penggunaan lahan untuk pertanian tanaman pangan lahan kering di pulau Selaru, MTB adalah : (1) palawija dan umbi-umbian dengan komoditas utama jagung, kacang hijau, dan uwi/kumbili dan keladi seluas 5.299 ha, (2) padi gogo dan umbi-umbian dengan komoditas utama padi gogo dan uwi/kumbili dan keladi seluas 8.982 ha, dan (3) palawja dengan komoditas utama kacang tanah dan kacang hijau seluas 14.031 ha. Dalam pengelolaan lahan untuk pertanian tanaman pangan lahan kering perlu memperhatikan fungsi kelestarian sumberdaya lahan agar tetap lestari dan berkelanjutan
- ItemLiputan Pemetaan SDL di wilayah kepulauan (Prospek, strategi dan tantangannya)(Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2005) Rektor Universitas Kristen Maluku (UKIM); Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
- ItemJejaring Pemasaran Salak Pondoh di Pulau Jawa(Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2005) Kaliky, Rahima; Sudaryanto, B; Hidayat, Nur; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuSemakin panjang lembaga pemasaran yang membentuk jejaring pemasaran maka akan semakin memperbesar marjin pemasarannya. Tujuan penelitian untuk menganalisis jejaring, system dan marjin pemasaran salak pondok di Daerah Istimewa Yoyakarta (DIY). Penelitian ini dilaksanakan d Kec. Tempel dan Turi serta Moyudan dan Ngemplak kabupaten Sleman. Disamping itu juga dilakukan di wilayah kabupaten Bantul, Kulonprogo dan kota Yogyakarta serta kota-kota besar di Jawa yakni Surabaya, Semarang, Bandung dan Jakarta, Penentuan lokasi kecamatan secara purposive sedangkan lokasi desa dan sampel petani dengan metode random. Dilain pihak lokasi dan sampel pedagang di tentukan secara purposive. Penelitian dilakukan pada bulan Juni-Desember 2003. Jumlah sampel petani sebanyak 124 responden dan pedagang 30 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa system pemasaran salak pondok di DIY berbeda antara sentra dengan non sentra produksi. Marjin pemasaran salak pondoh pada panen raya (November-Januari adalah Rp. 177/kg, panen selingan (Pebruari-April dan Agustus-Oktober) Rp. 602/kg dan panen walikan (Mei-Juli) Rp. 777/kg. sedangkan marjin pemasaran di kota besar di pulau Jawa pada panen raya Rp. 843/kg, panen selingan Rp. 2.102/kg dan panen walikan Rp. 1.777/kg. Terdapat praktek pengambilan keuntungan secara tidak wajar oleh para pedagang pengumpul dari para petani, khususnya di kawasan sentra produksi, dengan menerapkan konvensi (kesepakatan tidak tertulis) bebas beli (free buying), petani diwajibkan menyerahkan 1 kg per kelipatan 12 kg buah salak yang di jual petani (8,3%) kepada pembelinya (pengumpul desa)
- ItemProspek dan Strategi Usaha Agribisnis Komoditas Unggulan di Wilayah Kepulauan Provinsi Maluku(Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2005) UNIVERSITAS DARUSALAM AMBON; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
- ItemPengembangan Investasi (Pertanian. Perikanan dan Kehutanan) dalam Pembangunan Wilayah Kepulauan Provinsi Maluku(Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2005) BAPPEDA PROVINSI MALUKU; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
- ItemHasil Jagung (Zea mays L.) dan Efisiensi Pupuk Fosfat Akibat Pemberian Pupuk SP-36 dengan Amelioron pada Inceptisols Sukabumi(Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2005) Kaya, Elisabeth; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuPenelitian ini telah dilaksanakan dengan tujuan : untuk meningkatkan hasil jagung ada efisiensi pemupukan P, serta menurunkan dosis optimum pupuk P melalui pemberian pupuk P (SP-36) dengan ameliorant berupa kapur kalsi dan bahan organik pupuk kandang sapi yang diberikan secara bersama-sama. Rancangan percobaan yang digunakan pada percobaan ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian amelioran (campuran kapur dan pupuk kandang) bersama-sama SP-36 dapat meningkatkan hasil pipilan kering jagung, efisiensi pemupukan P dan hasil maksimum jagung, sedangkan dosis optimum pemupukan P menurun.
- ItemEtnobotani Pulau Buru dalam Pembangunan Pertanian Kepulauan Berwawasan Agribisnis(Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2005) Pattinama, Marcus J; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuKomitmen bahwa Provinsi Maluku adalah profinsi kepulauan seyogyanya di dukung dengan dasar yang lengkap meliputi informasi pulau besar dan kecil, pulau berpenghuni dan belum berpenghuni, serta pulau dengan nama anonym. Data di maksud di peroleh dengan melakukan studi monograf pada setiap pulau. Idealnya pendekatan kebijakan Ambon tidak bisa di jadikan acuan umum untuk di terapkan pada pulau yang lain. Studi monografi yang kami lakukan adalah studi etnobotani pulau Buru, menggunakan konsep etnologi dan botani. Kedua pendekatan ini menginformasikan pemahaman masyarakat asli Buru, rang Bupolo, hubungannya dengan lingkungan alam. Makalah akan menyajikan salah satu studi etnobotani pulau Buru yaitu eksploitasi dan system pengelolaan sumberdaya lingkungan alam seperti berburu, memancing dan bertani. Kegiatan pertanian dalam arti luas yaitu pengetahuan orang Buru mengelola komoditi utama seperti kacang tanah (warahe, Arachis hypogaen L) hotong(feten, Setaria itallica), padi (hala, Oryza sativa L), jagung (biskutu, Zea mays), kentang (manasulut, Solanum tuberosum L), dan ketela pohon (kasbi, Manihot esculenta Crantz). Komoditi lainnya sagu (bialahin, Metroxylon sagu), kayu putih (gelan, Melaleuca leucadendron L) dan dammar kaumobo, Agathis dammara). Makalah in dilengkapi pula diskripsi kelompok social, organisasi territorial, ruang dan waktu. Kemudian bagaimana memahami strategi orang Buru mengepung pengaruh pelaku ekonomi modern yang senantiasa mengganggu kestabilan hidup mereka orang Buru sebagai petani tradisional telah melakukan sendiri fungsi produksi (agronomi agroindustri) dan fungsi pemasaran (agroniaga). Mereka menguasai teknologi sederhana, salah satunya menyuling daun kayu putih. Semua keterampilan yang mereka kuasai seyogyanya di pahami pelaku ekonomi modern dimana hanya dengan sedikit sentuhan inovasi teknologi baru, maka tidak menimbulkan gangguan terhadap apa yang sebelumnya mereka kuasai. Komponen agronomi, agroindustri dan agroniaga adalah komponen bebas yang di dalam pertanian modern sudah dilakukan institusi khusus yang di kendalikan oleh Negara sehingga seluruhnya terkait secara rapih dan saling mempengaruhi dengan komponen lain. Perubahan di salah satu komponen akan membawa dampak kepada yang lain. Seluruh mata rantai ini disebut agribisnis. Dari kearifan menguasai lingkungan alam, orang Buru dapat berpartisipasi membangun dengan kokoh pilar pembangunan pertanian yang berwawasan agribisnis