Prosiding Seminar Nasional Pemanfaatan Bioteknologi untuk Mengatasi Cekaman Abiotik pada Tanaman
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Prosiding Seminar Nasional Pemanfaatan Bioteknologi untuk Mengatasi Cekaman Abiotik pada Tanaman by Issue Date
Now showing 1 - 6 of 6
Results Per Page
Sort Options
- ItemSeleksi In Vitro untuk Toleransi terhadap Faktor Abiotik pada Tanaman Padi dan Kedelai(BB Biogen, 2006-12) Mariska ...[at al], Ika; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianSalah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan padi dan kedelai nasional adalah dengan melakukan ekstensifikasi penanaman ke lahan marjinal (masam dan kering) yang tersedia cukup luas di Indonesia. Keragaman genetik varietas yang toleran lahan marjinal masih sangat sempit. Sumber ketahanan terhadap lahan masam dan kering masih terbatas. Untuk mengatasi masalah tersebut maka dapat dilakukan melalui seleksi in vitro. Teknologi tersebut merupakan salah satu metode keragaman somaklonal namun lebih efektif dan efisien karena perubahan diarahkan kepada sifat yang diinginkan. Seleksi in vitro pada tanaman kedelai dilakukan pada kalus embriogenik yang diinduksi dari embrio zigotik muda varietas Slamet, Sindoro, dan Wilis kombinasi dengan radiasi sinar gamma 400 rad. Seleksi dilakukan dengan AlCl3.6H2O (0-500 ppm) dan pH media 4. Media MS dimodifikasikan untuk unsur NH4NO3, CaCl2.H2O, KH2PO4 dan Fe tidak dichelat oleh EDTA. Regenerasi dilakukan pada media seleksi melalui jalur embriogenesis somatik. Benih somatik hasil seleksi diuji dengan tanah masam di rumah kaca, dan selanjutnya untuk generasi ke-2 sampai dengan generasi ke-4 diuji di lahan masam di Gajrug (Banten) dan Jasinga (Kabupaten Bogor). Untuk tanaman padi, kalus embriogenik berasal dari embrio zigotik varietas IR64 kombinasi dengan radiasi sinar gamma (0-700 rad). Seleksi dilakukan dengan PEG (BM6000) = 0-20%. Regenerasi dilakukan pada media seleksi. Biji generasi kedua yang berasal dari somatik kemudian diuji kembali dengan PEG 20%, daya tembus akarnya dengan campuran parafin : vaselin = 60-40% dengan ketebalan 3 mm. Di samping itu diuji kandungan prolinnya serta produksinya dalam kondisi cekaman kekeringan (60% dari kapasitas lapang). Hasil penelitian pada tanaman kedelai menunjukkan adanya kemampuan penurunan daya regenerasi dengan semakin meningkatnya konsentrasi Al. Benih somatik varietas Slamet umumnya mempunyai struktur yang tidak sempurna. Setelah aklimatisasi padi varietas Sindoro dan Wilis diperoleh 39 nomor. Dari 39 nomor tersebut diperoleh 12 nomor dari varietas Sindoro (Al 1000 ppm + 100 rad) yang mampu berproduksi. Generasi ke-2 dari nomor tersebut kemudian diuji di lahan masam. Pengujian di empat lokasi pada empat generasi menunjukkan adanya potensi yang besar untuk mendapatkan galur-galur harapan kedelai yang toleran Al dan pH rendah (lahan masam). Hasil seleksi in vitro pada tanaman padi diperoleh bahwa tidak semua kalus embriogenik dapat beregenerasi membentuk tunas adventif. Setelah dilakukan pengujian di rumah kaca diperoleh 13 somaklon IR64 yang diduga tahan kekeringan berdasarkan uji PEG dan uji daya tembus akar serta kandungan prolin yang tinggi. Setelah diuji lanjut dengan mengevaluasi produksi bulirnya maka diperoleh 8 somaklon yang toleran kekeringan dan produksi bulirnya tinggi, sedangkan kontrolnya tidak dapat berproduksi pada kondisi diberi cekaman kekeringan. Terdapat korelasi antara 3 karakter yang diuji (PEG, daya tembus akar, prolin) dengan toleransi terhadap kekeringan.
- ItemCekaman Abiotik Utama dalam Peningkatan Produktivitas Tanaman(BB Biogen, 2006-12) Makarim, Abdul Karim; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianKebutuhan berbagai komoditas pertanian terus meningkat baik dalam jumlah maupun dalam kualitas sejalan dengan meningkatnya permintaan pasar dan kebutuhan konsumsi penduduk. Upaya peningkatan tersebut baik berupa perluasan areal maupun peningkatan produktivitas akan menghadapi besar dan beragamnya cekaman abiotik lahan-lahan pertanian yang bahkan dapat menggagalkan panen. Kendala abiotik utama adalah kekeringan, yang diduga akan semakin parah karena besarnya kebutuhan air dari sektor nonpangan dan menurunnya daya tanah menahan air, serta menurunnya kualitas lingkungan. Pembukaan lahan pertanian baru sebagian besar berupa lahan kering masam dan lahan rawa pasang surut merupakan lahan-lahan yang memiliki kendala abiotik seperti keracunan Al, Mn, Fe, sulfat, Na, Cl, kahat N, P, K, Ca, Mg, Mo, pH masam, dan pH alkalin merupakan sejumlah kendala yang perlu diatasi. Cekaman abiotik lainnya seperti timbulnya lahan salin atau lahan terintrusi air laut, atau lahan keracunan besi, lahan reduktif merupakan perkembangan dari degradasi lahan yang juga meluas. Oleh karena itu, upaya perakitan varietas-varietas baru yang selama ini terbukti efektif, efisien, dan mudah diadopsi petani untuk memecahkan cekaman abiotik sangat diperlukan. Penanggulangan secara pengelolaan tanah-tanaman terpadu dapat mengatasi permasalahan tersebut hanya pada batasbatas tertentu saja.
- ItemEksplorasi Gen-gen Toleran Cekaman Abiotik pada Tanaman(BB Biogen, 2006-12) Suharsono; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian
- ItemParthenocarpy, a Strategy for Fruit Development under Adverse Environmental Conditions(BB Biogen, 2006-12) Falavigna, Agostino; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian
- ItemPengembangan Produk Rekayasa Genetika Berorientasi Komersial: Prospek dan Tantangan(BB Biogen, 2006-12) Saragih, Edwin; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian
- ItemFunctional Genomic Approaches to Plant Stress Resistance(BB Biogen, 2006-12) Pancoro, Adi; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian