Prosiding Seminar dan Kongres Sumber Daya Genetik
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Prosiding Seminar dan Kongres Sumber Daya Genetik by Issue Date
Now showing 1 - 20 of 66
Results Per Page
Sort Options
- ItemKarakterisasi dan pengelompokkan padi lokal Pandeglang berdasarkan sifat morfologi(BB Biogen, 2012-12) Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianKeanekaragaman genetik tanaman sangat diperlukan dalam perakitan varietas tanaman. Padi lokal banyak memiliki karakter unggul yang diperlukan untuk memperbaiki varietas tanaman. Pengelompokan padi lokal perlu diketahui untuk mengetahui jarak kekerabatan antar varietasnya. Uji karakterisasi morfologi 18 padi lokal Pandeglang menggunakan analisis kluster skala 0,75 diperoleh 9 kelompok padi lokal yang memiliki sifat berbeda satu sama lainnya. Berdasarkan analisis jarak rata-rata hubungan kekerabatan, padi lokal yang memiliki tingkat ketidaksamaan tertinggi adalah padi lokal Ketan Nangka dengan Gebang disusul dengan Pendok dengan Lempuk. Sedangkan yang memiliki kemiripan tertinggi adalah Tambleg dengan Padi Paray.
- ItemPerkembangan sistem usahatani padi sawah di daerah irigasi simodong Sumatera Utara(BB Biogen, 2013-12) Siagian, Viktor; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianTujuan dari kajian ini adalah:1) Mengetahui luas sawah terairi, Indeks Pertanaman Padi, 2) Mengetahui produktivitas padi sawah, dan sebaran varitas padi sawah, 3) Mengetahui tingkat konsumsi beras /kapita/tahun, dan neraca pangan 4) Mengetahui pendapatan rumah tangga petani penerima manfaat proyek. Metoda pengambilan contoh menggunakan stratified random sampling dengan jumlah 60 responden. Metode analisis menggunakan analisis deskriptif. Hasil dari kajian adalah: 1) Luas areal sawah terairi baru 1.855 ha (70% dari target proyek) dan IP Padi sudah 200%, 2) Produktivitas padi sawah sebesar 4,43 ton gkp/ha pada MH 2007/2008 dan 4,39 ton gkp/ha pada MK-I 2007, lebih rendah 11,4% (MH) dan 12,2% (MK-I) dibandingkan dengan target proyek, varitas padi dominan adalah Ciherang dan IR-64, 3) Tingkat konsumsi beras 154,3 kg/kapita/tahun, dan neraca pangan surplus sebesar 19.345,9 ton gkp, 4) Pendapatan rumah tangga petani saat ini adalah Rp 18.850.871 lebih rendah 12,2% dari target proyek. Untuk meningkatkan produksi perlu peningkatan produktivitas padi sawah dan IP padi, maka pembangunan Jaringan Irigasi harus segera diselesaikan dan difungsikan.
- ItemKeragaan galur/varietas kedelai pada dua musim tanam di lahan kering pasar miring, kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara(BB Biogen, 2013-12) Akmal; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianPenelitiandilakukandi kebun Percobaan Pasar Miring, kecamatan Pagar Merbau kabupaten Deli Serdang pada dua musim tanam, yaitu musim kering (MK) dan Musim Hjan (MH), berlangsung dari bulan Maret sampai Desember 2010. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan perlakuan 12 galur/ varietas kedelai dan ulangan 3 kali. Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan galur/varietas kedelai yang beradaptasi luas dan berpotensi hasil tinggi pada lahan kering di kabupaten Deli Serdang.Hasil penelitian pada musim kemarau (MK) didapat 6 galur/varietas yang berproduksi tinggi yaitu Galur/varietas; Kaba (2,46 ha-1), G 100 H/KW-D-12 (2,33 t ha-1), P/I/P-10 (2,33 t ha-1), G 100H/P//P-15 (2,31 t ha-1), Aochi/Wil-60 (2,26 t ha-1). ), sedangkan pada musim hujan (MH)didapat lima galur yang berproduksi tinggi, tetapi tidak berbedanyata dengan varietas pembanding menurut uji statistik yaitugalur; G 100H/9305-II-CIV-1 (2,46 ha-1), Aochi/wil-62 (2,43), G 100 H/KW-D-12 (2,40 t ha-1), P/I/P-12 (2,31 t ha-1), dan G 100H/P//P-15 (2,26 t ha-1
- ItemKeragaan beberapa varietas padi dan preferensi responden pada display varietas unggul baru di kabupaten Karawang(BB Biogen, 2013-12) Rohaeni ...[at al], Wage Ratna; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianDisplay varietas unggul baru berfungsi untuk memperkenalkan varietas yang baru dirilis oleh BB Padi. Petani yang merupakan sasaran utama dalam menyebaran varietas unggul baru memiliki hak untuk mengetahui keragaan varietas secara langsung sebelum akhirnya petani memutuskan untuk mengadopsi atau tidak. Oleh sebab itu display VUB perlu dilakukan dan karakteristik VUB perlu didata untuk spesifik disuatu lokasi. Pengkajian bertujuan untuk mengetahui keragaan VUB dan mengetahui preferensi khalayak pengguna terhadap VUB. Pengkajian dilakukan berupa display VUB yang dilaksanakan pada bulan Maret-oktober 2012 di Desa Karangsari, Kec. Purwasari-Karawang. Display dibuat dengan metode partisifatif dengan petani. Varietas yang diperkenalkan adalah Inpari 13, 14, 15, 20, Sidenuk, dan Ciherang Jumbo (kontrol). Teknik budidaya dengan pendekatan PTT yang disesuaikan dengan aspirasi petani. Penanaman dilaksanakan dengan menggunakan sistem tanam legowo 2:1. Pengkajian menunjukkan bahwa varietas paling genjah adalah Inpari 13 (112 HSS) dan umur paling dalam adalah Inpari 14 (137 HSS). Provitas VUB paling tinggi adalah Inpari 14 (7,73 ton/ha) dan yang paling rendah adalah Inpari 13 (6 ton/ha). Khalayak pengguna lebih banyak menyukai VUB Inpari 14.
- ItemEksplorasi dan karakteristik padi lokal kamba di Sulawesi Tengah(BB Biogen, 2013-12) Padang ...[at al], Irwan S.; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianKamba merupakan salah satu plasma nutfah padi yang dimiliki oleh Sulawesi Tengah. Padi ini memiliki aroma wangi dan pulen sehingga tetap dibudidayakan oleh masyarakat. Jenis tanaman ini telah lama diusahakan oleh petani di daerahdaerah yang terisolir yakni di daerah Lindu, Dataran Lore dan Bada’ Sulawesi Tengah dan menjadi bahan makanan pokok masyarakat setempat, namun produksinya masih rendah (<1,5 t/ha GKP). Hal ini disebabkan oleh cara budidaya yang dilakukan masih bersifat konvensional. Selain itu juga diduga keberadaan padi ini sudah langka sehingga diperlukan usaha eksplorasi dan kajian karateristik agar diperoleh informasi lokasi keberadaan varietas lokal ini dan karakteristik yang dimilikinya. Metode yang digunakan adalah survey dan wawancara. Survey dilakukan pada dua kabupaten, yaitu Kabupaten Sigi dan Poso. Hasil eksplorasi dn karakteristik yang diperoleh Hasil eksplorasi dan karakterisasi padi lokal Kamba menunjukkan bahwa padi jenis ini masih dibudidayakan di dua kabupaten, yaitu Kabupaten Sigi (Kecamatan Lindu) dan Kabupaten Poso (Kecamatan Lore Utara, Lore Barat, Lore Selatan dan Lore Tengah). Karena memiliki umur yang relatif panjang (5-6 bulan), menyebabkan padi lokal Kamba keberadaannya hamper punah. Padi lokal Kamba memiliki karakter morfologi yang spesifik, mulai dari daun, batang, malai hingga gabah dengan rasa nasi pulan dan wangi.
- ItemPotensi jeruk borneo prima untuk pengembangan kawasan hortikultura di Kalimantan Timur(BB Biogen, 2013-12) Hidayanto, Muhamad; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianPada tahun 2007, petani jeruk di Kalimantan Timur dikenalkan dengan varietas baru jeruk keprok lokal yang dapat tumbuh dan menghasilkan buah dengan warna orange (tidak seperti biasanya jeruk keprok dataran rendah yang berwarna hijau) di dataran rendah pada ketinggian ± 50 m di atas permukaan laut. Daerah asal jeruk keprok lokal yang diberi nama Jeruk Borneo Prima adalah Kecamatan Rantau Pulung, Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur. Jeruk Keprok Borneo Prima ini merupakan buah-buahan endemik yang hanya terdapat di Kabupaten Kutai Timur, sehingga jika tidak dilestarikan, tanaman ini akan cepat punah, padahal potensi tanaman ini cukup besar untuk bisa mendukung program pengembangan buah-buahan nasional. Ciri khas jeruk ini adalah warnanya kuning, tekstur daging buahnya yang empuk, dan rasanya sedikit lebih asam sehingga menimbulkan kesegaran yang lebih dibandingkan jeruk siam atau jenis jeruk lainnya. Kesesuaian lahan di Kecamatan Rantau Pulung untuk tanaman jeruk termasuk kurang sampai cukup sesuai. Jeruk Borneo Prima sampai saai ini telah dikembangkan di berbagai wilayah, terutama dalam rangka mendukung program pengembangan kawasan hortikultura di Kalimantan Timur. Jeruk Borneo Prima juga telah dikembangkan dalam areal cukup luas di Kabupaten Paser, di lokasi pengembangan Kawasan Hortikultura. Untuk mendukung pengembangan tanaman kawasan hortikultura terutama tanaman jeruk borneo prima di Kalimantan Timur, juga dilakukan pendampingan oleh oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Timur melalui kegiatan model Pengembangan Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (m-P3MI).
- ItemRespons pertumbuhan dan produksi kedelai (glycine max (l.) Merril) varietas grobogan dengan pemberian asam askorbat pada tanah salin(BB Biogen, 2013-12) Sitinjak ...[at al], Elprin Niwita; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianPeningkatan produksi kedelai dapat dilakukan dengan memanfaatkan tanah-tanah marginal seperti tanah salin akibat semakin sempitnya lahan pertanian melalui pemanfaatan kedelai toleran garam dan pengelolaan nutrisi tanaman. Salah satunya dengan pemberian asam askorbat sebagai antioksidan bagi tanaman untuk meminimalkan efek stress garam. Penelitian dilakukan di Lahan PercobaanDesa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang dengan ketinggian tempat ±1.5 m dpl, yang dilaksanakan pada bulan April 2012 hingga bulan Juli 2012. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Non Faktorial yang terdiri dari 4 taraf perlakuan asam askorbat, yaitu 0 ppm (kontrol), 200 ppm, 400 ppm dan 600 ppm, perlakuan diulang delapan kali. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dan dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%.Hasil analisis data menunjukkan bahwa perlakuan asam askorbat berbeda nyata terhadap parameter tinggi tanaman 3 MST dan 4 MST, jumlah cabang 5 MST, jumlah polong berisi pertanaman, jumlah biji pertanaman, bobot biji pertanaman, bobot 100 biji, jumlah klorofil a, klorofil b dan total klorofil. Perlakuan yang tidak berpengaruh nyata adalah jumlah cabang 3 MST, 4 MST, umur berbunga, umur panen dan jumlah polong hampa pertanaman.
- ItemPemanfaatan sumber daya genetik tanaman pakan untuk ternak ruminansia(BB Biogen, 2013-12) Sirait, Juniar; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianTanaman pakan ternak (TPT) merupakan tanaman yang sengaja dibudidayakan untuk digunakan sebagai pakan ternak. Secara strategis hijauan pakan merupakan buffer stock pakan yang dominan terutama bagi peternak tradisional. Kekurangan hijauan pakan, terutama saat musim kemarau, berpengaruh terhadap performa pertumbuhan ternak. Penyediaan hijauan menjadi hal penting yang harus dipertimbangkan dalam pemeliharaan ternak ruminansia. Keanekaragaman sumber daya genetik (SDG) hayati yang terdapat di Indonesia memberikan potensi dan peluang untuk dikelola dan dimanfaatkan sebagai pakan ruminansia. Rumput Stenotaphrum secundatum dan leguminosa Indigofera zollingeriana telah dibudidayakan dan dimanfaatkan untuk pakan ternak kambing. Rumput Stenotaprum merupakan rumput yang tumbuh baik pada lahan naungan dengan produksi segar 46,7 hingga 53,7 t/ha/tahun. Rumput ini memiliki nilai nutrisi yang lebih tinggi dibanding rumput alam pada umumnya dan disukai oleh ternak kambing. Indigofera tumbuh dengan baik di dataran rendah beriklim basah Sei Putih dengan produksi segar 52 t/ha/tahun atau setara dengan 11,42 ton bahan kering dan kandungan protein kasar 24,17%. Palatabilitas Indigofera relatif sebanding dengan Leucaenaleucocephala dengan rataan konsumsi segar masing-masing sebanyak 853 dan 763g/e/h. Indigofera dapat diberikan sebagai pakan basal pengganti rumput hingga taraf 75%, utamanya pada saat musim kemarau dimana ketersediaan rumput sangat terbatas. PBHH ternak kambing pada pemberian 75% Indigofera sebesar 41 g/e/h dan mencapai 81 g/e/h pada pemberian Indigofera dengan tambahan konsentrat. Perlu dilakukan penelitian dan eksplorasi SDG lainnya seperti rumput gajah kerdil (Pennisetum purpureum cv. Mott) untuk dimanfaatkan sebagai pakan kambing.
- ItemPenampilan keragaan beberapa varietas ubi jalar terhadap pertumbuhan dan komponen hasil di babupaten Dairi(BB Biogen, 2013-12) Helmi ...[at al]; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianPengujian beberapa varietas ubijalar dilakukan di Desa Sidiangkat, Kecamatan Sidikalang, Kabupaten Dairi,. Tingi tempat dari permukaan laut 1.400 m. Jenis tanah Andosol. Pertanaman dilakukan pada bulan Maret sampai Agustus 2007. Type Iklim B1. Lebar dasar guludan 1 meter dengan tinggi guludan 40 cm. Penanaman dilakukan satu baris dalam satu gulud, jarak tanam dalam baris 25 cm. Pupuk yang diberikan 100 kg urea + 100 Kg SP 36 + 100 kg KCl + Pupuk Kandang 2 ton per hektar. Pupuk kandang ditaburkan diatas guludan sebelum tanam. Pupuk an Organik diberikan 2 kali : Pertama, yaitu ½ dosis pupuk Urea dan KCl serta seluruh SP 36 diberikan bersamaan dengan tanam, dan sisanya ½ lagi dosis pupuk Urea dan KCl diberikan pada umur 1,5 bulan setelah tanam. Pengkajian ditata berdasarkan rancangan acak kelompok dengan 10 perlakuan dan 3 ulangan. Uji Lanjutan dengan Duncan,s new Multple Range Test (DNMRT). Perlakuan yang diuji terdiri dari satu faktor yaitu penggunaan varietas unggul ubi jalar, perlakuan adalah sebagai berikut: (1) Beni Azuma, (2) Ubi Ungu, (3) Ubi Taiwan, (4) Cangkuang, (5) Kidal, (6) Sukuh, (7) Sari, (8) Sawentar, (9) Papua Solossa, dan (10) Papua Pattipi. Hasil penelitian menunjukkan 1). Ada 7 (tujuh) Varietas yang memiliki daya adaptif baik di Kabupaten dairi yaitu Varietas Ubi Ungu, Kidal, Cangkung, Sawenter, Papua solossa, Sukuh, dan Beni azuma. 2). Varietas Ubi Jalar yang memiliki hasil diatas 25 ton per hektar adalah Varietas Ubi Ungu, Kidal, Cangkuang, Sawentar, Papua Solossa, Sukuh dan Beni Azuma masing-masing 31,29 t/ha; 30,43 t/ha; 30, 23 t/ha; 28,48 t/ha; 28,42 t/ha; 27,25 t/ha dan 26,20 t/ha.
- ItemPlasma nutfah dan pelestarian sapi Aceh(BB Biogen, 2013-12) Mirza ...[at al], Iskandar; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianSebagai salah satu negara yang telah meratifikasi Kesepakatan Pelestarian Bumi, maka Indonesia secara hukum telah terikat akan hak dan kewajiban dalam pengelolaan sumber daya ternak dan sekaligus menunjukkan kepedulian Indonesia terhadap masalah lingkungan hidup dunia. Indonesia memiliki potensi sumber daya genetik yang dapat direkayasa untuk pembentukan bibit ternak unggul yang sesuai dengan kondisi tropis dan secara sosial budaya dapat diterima peternak, salah satu diantaranya melalui bioteknologi. Pandangan bahwa ternak adalah sumber daya yang tidak memerlukan perhatian, harus diubah menjadi pandangan perlunya pengembangan dan pelestarian sumberdaya ternak potensial dalam rangka menghadapi persaingan pasar global yang semakin ketat. Indonesia memiliki berbagai bangsa ternak sapi potong yang informasi genetiknya masih terbatas khususnya pada sapi Aceh, Bali, Madura, Pesisir dan Katingan. Bangsa ternak sapi potong lokal tersebut memiliki potensi yang sangat besar karena sebagai sumber daya genetik lokal yang dimiliki oleh bangsa Indonesia dan tidak dimiliki oleh bangsa lain. Sapi Aceh merupakan satu dari empat bangsa sapi lokal utama yang berasal dari Indonesia.
- ItemKarakterisasi morfologis salak Sumatera Utara (salacca sumatrana becc.) di beberapa daerah kabupaten Tapanuli Selatan(BB Biogen, 2013-12) Harahap ...[at al], Hilda Mei Yeni; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianTujuan penelitian untuk mengidentifikasi karakter morfologis dan hubungan kekerabatan Salak Sumatera Utara (Salacca sumatrana Becc.) di beberapa daerah Kabupaten Tapanuli Selatan. Penelitian dilaksanakan di beberapa daerah Kabupaten Tapanuli Selatan yaitu Desa Sibio-bio Kecamatan Angkola Timur dengan ketinggian tempat + 1100 mdpl, Desa Siamporik Kecamatan Angkola Selatan dengan ketinggian tempat + 900-1100 m dpl, dan Desa Parsalakan Kecamatan Angkola Barat dengan ketinggian tempat + 1200 m dpl mulai dari bulan Juni 2012 sampai dengan Agustus 2012. Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah dengan menggunakan metode deskriptif kemudian dilanjutkan metode cluster untuk melihat hubungan kekerabatan antar salak di beberapa desa di Kabupaten Tapanuli Selatan. Hasil penelitian dari tiga desa diperoleh beberapa karakter morfologis yang cirinya sama antara lain bentuk batang, bentuk daun, warna daun, warna pelepah daun, warna duri, warna bunga jantan dan hermafrodit dan warna seludang bunga. Bedasarkan hasil dendogram hubungan kekerabatan salak yang dilakukaan di tiga desa di Kabupaten Tapanuli Selatan diketahui bahwa pada tingkat kemiripan 63,77% sampel dapat dikelompokkan kedalam 2 kelompok. Tingkat kemiripan tertinggi pada salak desa Parsalakan yaitu pada sampel C6 dengan C9 sebesar 98,65%, sedangkan tingkat kemiripan terendah pada salak desa Sibio-bio yaitu pada sampel A1 dengan A2 sebesar 63,77%.
- ItemSistem kelembagaan perbenihan padi di Sumatera Selatan(BB Biogen, 2013-12) Siagian ...[at at], Viktor; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianTelah dilakukan kajian Sistem Kelembagaan Perbenihan Padi di Sumatera Selatan (Sumsel). Tujuan dari studi ini adalah: 1) Mengetahui kelembagaan perbenihan mulai dari sub system pengadaan sampai sub system pemasarannya, 2) Mengetahui potensi dan prospek pengembangan produksi benih di Sumsel. Metode yang digunakan adalah metode survei, dengan responden sebanyak 120 petani, 10 penangkar benih dan 10 pedagang di lima kabupaten. Metode analisis menggunakan analisis kualitatif tabulasi deskriptif. Hasil kajian adalah: 1) Persentase petani yang menggunakan benih berlabel sebanyak 62% dengan tingkat penggunaan 47,0 kg/ha. Produsen utama benih sebagian besar adalah PT. Pertani dan PT. Sang Hyang Seri dan sebagian kecil penangkar kelompok tani yang menjual benihnya melalui pedagang kabupaten dan provinsi, 2) Industri perbenihan padi memiliki prospek yang bagus di Sumsel karena menguntungkan dengan B/C rasio 4,1 dan masih kekurangan benih sebanyak 33.396 ton. Pemerintah masih perlu memberikan bantuan benih gratis kepada petani dan mendukung usaha penangkaran benih di tingkat petani dan swasta.
- ItemAdaptasi beberapa varietas unggul padi sawah di Nanowa kecamatan teluk dalam, Nias Selatan(BB Biogen, 2013-12) Sebayang ...[at al], Lukas; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianNias Selatan merupakan kabupaten baru yang memiliki potensi pengembangan pertanian yang cukup tinggi, khususnya padi sawah. Sejauh ini, usahatani padi sawah di wilayah Nias Selatan masih menggunakan varietas lokal dengan produktivitas yang masih rendah yaitu sekitar 3,2 t/ha. Dengan kondisi demikian, daerah ini belum mampu memenuhi kebutuhan pangan sendiri dimana sampai saat ini sekitar 60% kebutuhan beras didatangkan dari daratan Sumatera. Oleh karena itu perlu dilakukan penyebarluasan inovasi teknologi yang dapat meningkatkan produktivitas padi sawah, termasuk introduksi varietas unggul baru yang mempunyai potensi hasil tinggi melalui uji adaptasi. Kegiatan ini bertujuan untuk melihat daya adaptasi beberapa varietas unggul padi sawah dan dilakukan di Desa Nanowa, Kecamatan Teluk Dalam, Kabupaten Nias Selatan. Varietas yang diuji adalah Ciherang, Sunggal, Kapuas, Cilosari dan Banyuasin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas Ciherang memberikan hasil 6,7 t/ha, Sunggal 6,1 t/ha, Kapuas 5,9 t/ha, Cilosari 5,8 t/ha dan Banyuasin 5,6 t/ha; dibandingkan varietas lokal Sabuso 3,2 t/ha
- ItemKeragaan Sifat Morfologi Plasma Nutfah Gembili (Dioscorea Spp.) di Papua(BB Biogen, 2013-12) Rauf ...[at al], A. Wahid; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianYam (Dioscorea spp.) are important crop plants widely cultivated in Papua Province, where farmer maintain many named landraces. Nevertheless, little is known about their diversity and species identity. The study was to identify of morfological character of yam germplasm in Papua. Fourty two accession of yam germplasm collection were planted at Merauke and Jayapura Experimental Station of Papua Assesment Station for Agricultural Technology from September 2008 to June 2009. Result showed that the diversity of stem cross-section shape at base was dominated by round and quadrangular with 29 and 9 accession, respectively, whereas the stem cross-section shape at base of square and octagonal each two accession. Twining direction of stem dominated by climbing to the left or clockwise. Leaf shape dominated by cordate with 23 accession, petiole colour dominated by green and brownish green consist of 18 and 8 accession, resvectively. Petiole colour which all green with purple both end, consist of five accession. Distance between lobes commonly intermediate and six accession which have not measurable distance.
- ItemProspek Pengembangan dan Penyediaan Bibit Tanaman Nenas(BB Biogen, 2013-12) Elfiani ...[at al]; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianNenas merupakan salah satu buah tropika yang banyak diminati masyarakat dan berpotensi menjadi komoditas ekspor andalan Indonesia. Buahnya yang memiliki nilai ekonomis yang relatif tinggi dapat diolah menjadi berbagai macam makanan dan minuman. Tanaman nenas dapat diperbanyak secara generatif dan vegetatif, tetapi umumnya dilakukan secara vegetatif karena biji yang dihasilkan sedikit, sulit tumbuh, dan sering terjadi segregasi. Perlu dilakukan analisis bagaimana prospek pengembangan tanaman nenas di Indonesia dan teknik pengadaan bibit yang baik sehingga kebutuhan akan bibit dapat terpenuhi. Nenas berpotensi menjadi komoditas ekspor andalan Indonesia. Indonesia merupakan wilayah yang sesuai untuk pengembangan nenas, ketersediaan lahan yang cukup luas, terutama di daerahdaerah yang belum termanfaatkan secara optimal, sehingga Indonesia berpeluang besar untuk meningkatkan suplai nenas di pasar global. Metode perbanyakan bibit tanaman nenas yang tepat adalah secara vegetatif dengan teknik konvensional dan kultur jaringan. Sumber bahan perbanyakan berasal dari tunas batang, tunas akar, tunas leher buah, tunah mahkota, mahkota, batang, potongan daun, potongan batang, dan planlet kultur jaringan.
- ItemPengujian ketahanan varietas-varietas unggul padi terhadap isolat bakteri xanthomonas oryza pv oryza patotype III, IV, dan VIII(BB Biogen, 2013-12) Susanto ...[at al], Untung; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianPenyakit hawar daun bakter (HDB), yang disebabkan bakteri Xanthomonas oryzae pv oryzae (Xoo) merupakan salah satu kendala utama produksi padi di Indonesia. Varietas tahan merupakan salah satu teknologi pokok dalam upaya pengendalian penyakit tersebut. Namun, ketahanan varietas tersebut sering kali tidak dapat bertahan lama karena dinamisnya pathotype Xoo di lapang. Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan mengevaluasi ketahanan varietas unggul yang telah di lepas dalam kurun waktu dari 1963-2011 terhadap bakteri Xoo dominan di Indonesia, khususnya pathotype III, IV, dan VIII. Penelitian dilaksanakan di musim kemarau (MK) tahun 2011 di KP Sukamandi Balai Besar Penelitian Tanaman padi. Genotip yang digunakan adalah 114 varietas yang ditata dalam rancangan augmented empatblok beserta Ciherang, Inpari 13, Fatmawati, Cisantana, dan Angke sebagai cek yang diulang di tiap bloknya. Inokulasi terhadap materi penelitian dilakukan menggunakan metode pengguntingan (clipping) menggunakan isolat Xoo pathotype III, IV dan VIII. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua varietas yang diuji bersifat agak tahan terhadap Xoo pathotype III (skor 3). Varietas Cibodas agak tahan terhadap Xoo pathotype IV, sedangkan Inpari 6 JETE, Ciliwung dan Walanai agak tahan terhadap Xoo pathotype VIII. Hal tersebut menunjukkan bahwa varietas-varietas yang dilepas telah memiliki ketahanan terhadap Xoo pathotype III. Namun demikian, jumlah varietas yang relatif tahan terhadap Xoo pathotype IV dan VIII masih kurang. Terungkap pula adanya penurunan tingkat ketahanan varietas yang diuji terhadap penyakit HDB khususnya pathotype IV dan VIII antara ketahanan ketika dilepas dengan ketahanan aktual ketika diakukannya penelitian ini. Sempitnya variabilitas genetik sifat ketahanannya terhadap HDB diuga menjadi penyebab cepat patahnya ketahanan tersebut. Oleh karena itu, peningkatan ketahanan dan variabilitas sumber gen varietasvarietas yang dirakit perlu untuk ditingkatkan.
- ItemEksplorasi dan karakterisasi plasma nutfah padi di provinsi Banten(BB Biogen, 2013-12) Saryoko ...[at al], Andy; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianProvinsi Banten sebagai salah satu sentra produksi padi masih memiliki potensi plsama nutfah ditengah gencarnya penggunaan varietas unggul. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan karakterisasi plasma nutfah padi asal Provinsi Banten. Karakterisasi 51 aksesi hasil eksplorasi dilakukan di KP Singamerta BPTP Banten sejak Bulan Juli hingga November 2012. Data yang dikumpulkan meliputi karakter kuantitatif dan kualitatif dari karakter agronomi dan morfologi, berpedoman pada Panduan Sistem Karakterisasi dan Evaluasi Tanaman Padi. Hasil penelitian menunjukkan: 1) Aksesi yang berhasil dikoleksi berjumlah 51, yang berasal dari Kabupaten Lebak (22 aksesi), Pandeglang (22 aksesi) dan Serang (7 aksesi); 2) Hasil analisis gerombol menunjukkan adanya 5 kelompok, dengan tingkat kemiripan sebesar 81,66%. Kelompok I teridiri atas 15 aksesi, kelompok II terdiri atas 9 aksesi, kelompok III terdiri atas 16 aksesi, kelompok IV terdiri atas 10 aksesi dan kelompok V terdiri atas 1 aksesi, 3) Aksesi dari kelompok V (Ketan Bebek) memiliki kemiripan paling rendah yaitu sebesar 61,23% dengan aksesi dari kelompok 4. Aksesi dengan tingkat kemiripan tertinggi adalah Ketan Putridan Capung dengan tingkat kemiripan 97,13%.
- ItemKajian Keragaman Plasma Nutfah Keladi (Xanthosoma Spp. & Colocasia Spp.) di Beberapa Kabupaten di Provinsi Maluku(BB Biogen, 2013-12) Alfons ...[at al], J.B.; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianCocoyams (Colocasia spp. dan Xanthosoma spp.) telah digunakan oleh masyarakat di Maluku sebagai sumber utama makanan pokok oleh berbagai generasi. Tanaman ini memiliki potensi yang besar untuk mendukung ketahanan pangan di pulaupulau. Namun, sampai saat ini informasi plasma nutfah talas yang terdokumentasi yang berasal dari daerah-daerah di Maluku sangat sedikit. Suatu studi lapangan telah dilakukan untuk mengumpulkan dan mengidentifikasi sejumlah plasma nutfah cocoyams di Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Maluku Tenggara, dan Maluku Tengah dari bulan September sampai dengan Oktober 2007. Survey ini mencatat bahwa di Maluku Tenggara Barat dijumpai 4 aksesi cocoyams. Di Maluku Tengah terdapat 6 aksesi cocoyams. Hasil karakterisasi awal menunjukkan bahwa aksesi cocoyams memiliki keragaman yang cukup besar dalam warna, bentuk dan ukuran umbi. Setelah itu, plasma nutfah talas tersebut disimpan di Kebun Percobaan Makariki, Maluku Tengah untuk karakterisasi, seleksi dan evaluasi lebih lanjut.
- ItemKeragaan pertumbuhan dan hasil varietas Unggul baru padi hibrida di provinsi Papua(BB Biogen, 2013-12) Djufry ...[at al], Fadjry; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianSalah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas tanaman padi di Papua khususnya Kota Jayapurayaitu dengan introduksivarietas unggul baru (VUB) padi hibrida untuk menggantikan varietas yang sudah lama ditanaman petani dan produksinya sudah mengalami penurunan. Pemerintah Daerah berkeinginan untuk dapat mengembangkan varietas unggul baru padi hibrida yang berdaya hasil tinggi yang sesuai dengan tanah dan agroklimat di Papua, maka BPTP dan Dinas Pertanian bekerja sama melakukan pengujian sejumlah varietasvarietas unggul baru padi hibrida spesifik lokasi. Penelitian ini dilaksanakan di Koya Barat Kecamatan Muaratami Kotamadya Jaya pura mulai bulan Juni-November 2011. Penelitian menggunakan Rancangan Acak kelompok dengan tiga ulangan. Adapun varietas hibrida yang diuji yaitu, varietas Maro, Hipa 8, Hipa 10, Hipa 11, Mapan, TEJ, WM4, SL-8SHS, H6444, dan Inpari 13 sebagai pembanding. Hasil pengkajian memperlihatkan bahwa produksi tertinggi dapat dihasilkan 2 varietas yang memiliki daya hasil lebih tinggi yaitu Hipa 11 dan TEJ masingmasing (5,41 t/ha dan 5,76 t/ha),kedua varietas tersebut sangat berpotensi dikembangkan karena produktivitas cukup tinggi dan disukai petani. Selain itu salah satu kelebihan dari varietas tersebut adalah agak tahan sampai tahan terhadap penyakit tungro dan tahan terhadap penggerek batang padi.
- ItemKajian dampak sosio ekonomi pelestarian sumber daya genetik lokal di provinsi Riau(BB Biogen, 2013-12) Anggraini ...[at al], Rizqi Sari; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianSalah satu basis pertumbuhan ekonomi di Provinsi Riau adalah sektor pertanian, yang melibatkan mayoritas penduduk. Satu hal yang cukup disayangkan, Provinsi Riau sebagai pusat keragaman hayati dunia bergeser menjadi wilayah yang paling agresif pemusnahan Sumber Daya Genetiknya. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui dampak sosio ekonomi terkait usaha pelestarian Sumber Daya Genetik Lokal di Provinsi Riau. Metode yang digunakan adalah deskriptif dan study perpustakaan. Berdasarkan analisa yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan Kegiatan pelesatarian Sumber Daya Genetik di Provinsi Riau tidak lepas dari usaha pemerintah daerah untuk menyelenggarakan pembangunan yang berkelanjutan, berdaya saing dan mewujudkan lingkungan yang lestari. Walaupun belum memberikan hasil yang memadai bagi pengendalian dan penanggulangan kerusakan dan penurunan kualitas lingkungan, namun dapat dicatat telah dilakukan berbagai upaya menuju terwujudnya kualitas lingkungan yang lebih baik di Provinsi Riau. Beberapa upaya ke arah lingkungan yang lestari antara lain dilaksanakan melalui pengelolaan tata guna lahan dan tata guna air; pengendalian pencemaran terhadap badan perairan; peningkatan kesadaran dan peran serta masyarakat dan dunia usaha dalam menjaga kelestarian lingkungan; serta peningkatan kapasitas kelembagaan pengelolaan lingkungan hidup.