Browsing by Author "Yani, Alvi"
Now showing 1 - 11 of 11
Results Per Page
Sort Options
- ItemCendawan Penghasil Okratoksin Pada Kopi dan Cara Pencegahannya(Buletin Teknologi Pasca Panen, ) Yani, Alvi
- ItemMODEL PENGELOLAAN ALAT DAN MESIN PERTANIAN DI GAPOKTAN SUBUR ASRI, DESA REJO ASRI, SEPUTIH RAMAN, LAMPUNG TENGAH(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2017-10) Slameto; Yani, Alvi; Asropi; Balai Pengkajian Teknologi PertanianSalah satu kendala dalam mempercepat peningkatan produksi tanaman panganadalah semakin terbatasnya jumlah tenaga kerja. Kegiatan pertanian perdesaan masihsangat mengandalkan tenaga kerja manusia. Alat dan mesin pertanian dapat membantumemecahkan masalah ketersediaan tenaga kerja di pedesaan. Mekanisasi pertanianmampu membuat usahatani lebih efisien dan produktif. Kajian ini bertujuan mengetahuimodel pengelolaan alat dan mesin pertanian yang dilakukan oleh gabungan suatu kelompok tani. Lokasi kajian di Desa Rejo Asri, Kecamatan Seputih Raman, KabupatenLampung Tengah. Kajian dilakukan pada tahun 2016. Metode pelaksanaan kajiandengan cara melakukan wawancara secara mendalam (in-depth interview) dengan 30anggota gabungan kelompok tani Subur Asri. Anggota yang diwancarai meliputipengurus gapoktan, anggota gapoktan, dan operator alat dan mesin pertanian gapoktan.Data yang diambil adalah berupa informasi mengenai cara dan model pengelolaan alatdan mesin pertanian, sistem bagi hasilnya dari alat dan mesin pertanian. Analisisdilakukan secara deskriptif. Penyajian hasil secara deskriptif-naratif. Hasil kajianmenunjukkan bahwa model pengelolaan alat dan mesin pertanian dlilakukan olehoperator yang telah dipercaya oleh anggota dan pengurus gapoktan. Pengoperasian alatdan mesin dilakukan dengan cara menawarkan jasa kepada pihak yang membutuhkan. Sistem biaya jasa alat mesin dibedakan menjadi 2 yaitu anggota gabunagn kelompokdan non anggota kelompok. Bagi pemanfaat jasa alat dan mesin pertanian darikelompok mendapat keringanan biaya sekitar 30%.
- ItemMODEL PENGELOLAAN ALAT DAN MESIN PERTANIAN DI GAPOKTAN SUBUR ASRI, DESA REJO ASRI, SEPUTIH RAMAN, LAMPUNG TENGAH(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Lampung, 2017-10) Slameto; Yani, Alvi; Asropi; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian LampungSalah satu kendala dalam mempercepat peningkatan produksi tanaman pangan adalah semakin terbatasnya jumlah tenaga kerja. Kegiatan pertanian perdesaan masih sangat mengandalkan tenaga kerja manusia. Alat dan mesin pertanian dapat membantu memecahkan masalah ketersediaan tenaga kerja di pedesaan. Mekanisasi pertanian mampu membuat usahatani lebih efisien dan produktif. Kajian ini bertujuan mengetahui model pengelolaan alat dan mesin pertanian yang dilakukan oleh gabungan suatu kelompok tani. Lokasi kajian di Desa Rejo Asri, Kecamatan Seputih Raman, Kabupaten Lampung Tengah. Kajian dilakukan pada tahun 2016. Metode pelaksanaan kajian dengan cara melakukan wawancara secara mendalam (in-depth interview) dengan 30 anggota gabungan kelompok tani Subur Asri. Anggota yang diwancarai meliputi pengurus gapoktan, anggota gapoktan, dan operator alat dan mesin pertanian gapoktan. Data yang diambil adalah berupa informasi mengenai cara dan model pengelolaan alat dan mesin pertanian, sistem bagi hasilnya dari alat dan mesin pertanian. Analisis dilakukan secara deskriptif. Penyajian hasil secara deskriptif-naratif. Hasil kajian menunjukkan bahwa model pengelolaan alat dan mesin pertanian dlilakukan oleh operator yang telah dipercaya oleh anggota dan pengurus gapoktan. Pengoperasian alat dan mesin dilakukan dengan cara menawarkan jasa kepada pihak yang membutuhkan. Sistem biaya jasa alat mesin dibedakan menjadi 2 yaitu anggota gabunagn kelompok dan non anggota kelompok. Bagi pemanfaat jasa alat dan mesin pertanian dari kelompok mendapat keringanan biaya sekitar 30%.
- ItemMODEL PENGELOLAAN ALAT DAN MESIN PERTANIAN DI GAPOKTAN SUBUR ASRI, DESA REJO ASRI, SEPUTIH RAMAN, LAMPUNG TENGAH(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2017-10) Slameto; Yani, Alvi; Asropi; Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi PertanianSalah satu kendala dalam mempercepat peningkatan produksi tanaman pangan adalah semakin terbatasnya jumlah tenaga kerja. Kegiatan pertanian perdesaan masih sangat mengandalkan tenaga kerja manusia. Alat dan mesin pertanian dapat membantu memecahkan masalah ketersediaan tenaga kerja di pedesaan. Mekanisasi pertanian mampu membuat usahatani lebih efisien dan produktif. Kajian ini bertujuan mengetahui model pengelolaan alat dan mesin pertanian yang dilakukan oleh gabungan suatu kelompok tani. Lokasi kajian di Desa Rejo Asri, Kecamatan Seputih Raman, Kabupaten Lampung Tengah. Kajian dilakukan pada tahun 2016. Metode pelaksanaan kajian dengan cara melakukan wawancara secara mendalam (in-depth interview) dengan 30 anggota gabungan kelompok tani Subur Asri. Anggota yang diwancarai meliputi pengurus gapoktan, anggota gapoktan, dan operator alat dan mesin pertanian gapoktan. Data yang diambil adalah berupa informasi mengenai cara dan model pengelolaan alat dan mesin pertanian, sistem bagi hasilnya dari alat dan mesin pertanian. Analisis dilakukan secara deskriptif. Penyajian hasil secara deskriptif-naratif. Hasil kajian menunjukkan bahwa model pengelolaan alat dan mesin pertanian dlilakukan oleh operator yang telah dipercaya oleh anggota dan pengurus gapoktan. Pengoperasian alat dan mesin dilakukan dengan cara menawarkan jasa kepada pihak yang membutuhkan. Sistem biaya jasa alat mesin dibedakan menjadi 2 yaitu anggota gabunagn kelompok dan non anggota kelompok. Bagi pemanfaat jasa alat dan mesin pertanian dari kelompok mendapat keringanan biaya sekitar 30%.
- ItemPENGARUH IRISAN KERIPIK TERHADAP PREFERENSI KONSUMEN PADA PEMBUATAN KERIPIK PISANG MANIS(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Lampung, 2017-10) Yani, Alvi; Rumbaina, Dewi; Utomo, Joko Susilo; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian LampungTujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh bentuk irisan terhadap preferensi konsumen pada proses pembuatan keripik pisang manis. Penelitian dilakukan di Desa Way Isem, Kabupaten Lampung Utara, Lampung, yang merupakan lokasi kegiatan program Model Kawasan Rumah Pangan Lestari dan di laboratorium BPTP Lampung padabulan September – Oktober 2013. Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 2 perlakuan yaitu bentuk irisan keripik yaitu melintang (IG) dan irisan membujur (IB) terhadap rasa keripik pisang manis dengan ulangan 20 (panelis). Preferensi konsumen dilakukan dengan menggunakan uji organoleptik yang meliputi parameter rasa, warna, aroma, kerenyahan dan penampilan. Skor kesukaan yaitu 1 s/d 5, dimana 1 = sangat tidak suka, 2 = tidak suka, 3 = biasa/netral, 4 = sukadan 5 = sangat suka. Analisis mutu (proksimat dan kadar gula total) dilakukan menggunakan dari hasil uji organoleptik diketahui bahwa tidak ada perbedaan antara IG dengan IB pada atribut aroma, warna, kerenyahan dan penampilan, tetapi berbeda pada atribut rasa. Panelis lebih menyukai rasa keripik pisang dengan irisan IG (4,58) dibanding IB (4,10). Hasil analisis proksimat menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara IG dan IB, sedangkan analisis kadar gula IG (32,4%) lebih tinggi dibanding IB(30,1%).
- ItemPENGARUH IRISAN KERIPIK TERHADAP PREFERENSI KONSUMEN PADA PEMBUATAN KERIPIK PISANG MANIS(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2017) Yani, Alvi; Rumbaina, Dewi; Utomo, Joko Susilo; Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi PertanianTujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh bentuk irisan terhadap preferensi konsumen pada proses pembuatan keripik pisang manis. Penelitian dilakukan di Desa Way Isem, Kabupaten Lampung Utara, Lampung, yang merupakan lokasi kegiatan program Model Kawasan Rumah Pangan Lestari dan di laboratorium BPTP Lampung padabulan September – Oktober 2013. Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 2 perlakuan yaitu bentuk irisan keripik yaitu melintang (IG) dan irisan membujur (IB) terhadap rasa keripik pisang manis dengan ulangan 20 (panelis). Preferensi konsumen dilakukan dengan menggunakan uji organoleptik yang meliputi parameter rasa, warna, aroma, kerenyahan dan penampilan. Skor kesukaan yaitu 1 s/d 5, dimana 1 = sangat tidak suka, 2 = tidak suka, 3 = biasa/netral, 4 = sukadan 5 = sangat suka. Analisis mutu (proksimat dan kadar gula total) dilakukan menggunakan dari hasil uji organoleptik diketahui bahwa tidak ada perbedaan antara IG dengan IB pada atribut aroma, warna, kerenyahan dan penampilan, tetapi berbeda pada atribut rasa. Panelis lebih menyukai rasa keripik pisang dengan irisan IG (4,58) dibanding IB (4,10). Hasil analisis proksimat menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara IG dan IB, sedangkan analisis kadar gula IG (32,4%) lebih tinggi dibanding IB(30,1%).
- ItemTeknologi Budidaya Kakao(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2008) Firdausil AB; Nasriati; Yani, AlviKakao (Theobroma cacao) adalah tanaman perkebunan. Tanaman tahunan ini dapat mulai berproduksi pada umur 18 bulan (1,5 tahun). Tanaman ini menghasilkan biji kakao yang selanjutnya bisa diproses menjadi bubuk coklat. Umumnya perkebunan rakyat, seperti di Propinsi Lampung, produktivitasnya masih rendah dan mutu produk yang dihasilkan belum memenuhi standar ekspor. Produktivitas rata-rata tanaman kakao di Lampung sebesar 588,79 kg/ha. Apabila petani mau menerapkan teknologi budidaya secara benar produktivitas tanaman kakaonya bisa lebih tinggi yakni potensi produksinya bisa mencapai 1,5-3 ton/ha. Secara teknis, rendahnya produktivitas dan mutu kakao karena disebabkan beberapa hal, diantaranya: benih yang digunakan beragam dan lokal, pemeliharaan dilakukan seadanya dan belum dilakukannya fermentasi sebagai faktor penentu mutu kakao.
- ItemTeknologi Budidaya Kedelai(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2008) Nazar, Amrizal; Mustikawati, Dewi Rumbaina; Yani, AlviKomoditas kedelai sudah umum dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk pembuatan tahu, tempe, kecap dan susu kedelai serta pakan ternak. Namun dewasa ini kedelai tidak hanya digunakan sebagai sumber protein, tetapi juga sebagai pangan fungsional yang dapat mencegah timbulnya penyakit-penyakit degeneratif, seperti jantung koroner dan hipertensi. Zat isoflavon yang ada pada kedelai ternyata berfungsi sebagai antioksidan. Dengan beragamnya penggunaan kedelai menjadi pemicu peningkatan kebutuhankomoditas ini. Saat ini harga kedelai di pasar Internasional naik 100%. Kalau di awal 2007 harga kedelai masih 300 dollar AS per ton di akhir tahun 2007 meningkat menjadi 600 dollar per ton. Kenaikan harga kedelai di pasar dunia berdampak langsung terhadap kenaikan harga kedelai di dalam negeri.
- ItemTeknologi Budidaya Lada(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2008) Suprapto; Yani, AlviTanaman lada (Piper nigrum L) adalah tanaman perkebunan yang bernilai ekonomis tinggi. Tanaman ini dapat mulai berbuah pada umur tanaman berkisar antara 2-3 tahun. Di Lampung komoditas ini banyak diusahakan petani dalam bentuk perkebunan kecil yang diusahakan secara turun temurun dengan padat tenaga kerja. Produktivitas kebun lada rakyat di Lampung masih tergolong rendah yaitu rata-rata 591 kg/ha, dibanding produktivitas nasional yang mencapai 800 kg/ha. Pengembangan lada di Lampung diarahkan untuk menghasilkan lada hitam yang dikenal di pasaran dunia dengan nama “Lampong Black Pepper “. Lampung telah dikenal sebagai salah satu daerah utama penghasil lada hitam di Indonesia. Produktivitas tanaman lada masih berpotensi dapat ditingkatkan dengan melalui penerapan teknologi budidaya mulai dari persiapan lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan dan penanganan pasca panen yang baik.
- ItemTINGKAT KESUKAAN DAN CEMARAN MIKROBA GETUK UBIKAYU DENGAN PEMANIS GULA KELAPA SELAMA PENYIMPANAN(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Lampung, 2017-10) Novitasari, Erliana; Diptaningsari, Danarsi; Yani, Alvi; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian LampungGetuk termasuk dalam makanan tradisional yang merupakan salah satu bentuk penganekaragaman pangan berbahan ubikayu, menggunakan pemanis dari gula tebu dan warna yang menarik dari pewarna makanan. Tujuan dari pengkajian ini adalah untuk mengetahui tingkat kesukaan konsumen dan tingkat cemaran mikroba pada getuk ubikayu dengan pemanis gula kelapa selama penyimpanan. Pengkajian dilaksanakan pada bulan Desember 2013 di Desa Tejosari, Kecamatan Metro Timur, Kota Metro. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) untuk analisis sensoris dengan perlakuan proporsi gula kelapa sebagai bahan pemanis (150 gr gula putih, 150 gr, 200 gr dan 250 gr gula kelapa) dan untuk total mikroba dengan perlakuan jenis bahan pengemas (aluminium foil, polyethylene 0,3 mm, polyethylene 0,7 mm dan polyprophylene 0,3 mm). Analisis sensoris dilaksanakan berdasarkan uji kesukaan dengan skala hedonik terhadap 20 orang panelis yang tidak terlatih. Pengujian total mikroba dilaksanakan berdasarkan metode hitungan cawan yang diamati selama tiga hari. Hasil analisis sensoris menunjukkan getuk dengan bahan pemanis 250 gr gula kelapa paling disukai jika dilihat dari semua parameter, yaitu rasa (4,15), warna (4,1), tekstur (3,8), aroma (3,75) dan penampilan (3,5). Sedangkan untuk pengujian total mikroba menunjukkan getuk yang dikemas dengan aluminium foil terkontaminasi mikroba paling sedikit (0,42 x 106 koloni/gram) dibandingkan dengan getuk dengan kemasan lain.
- ItemTINGKAT KESUKAAN DAN CEMARAN MIKROBA GETUK UBIKAYU DENGAN PEMANIS GULA KELAPA SELAMA PENYIMPANAN(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2017-10) Novitasari, Erliana; Diptaningsari, Danarsi; Yani, Alvi; Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi PertanianGetuk termasuk dalam makanan tradisional yang merupakan salah satu bentuk penganekaragaman pangan berbahan ubikayu, menggunakan pemanis dari gula tebu dan warna yang menarik dari pewarna makanan. Tujuan dari pengkajian ini adalah untuk mengetahui tingkat kesukaan konsumen dan tingkat cemaran mikroba pada getuk ubikayu dengan pemanis gula kelapa selama penyimpanan. Pengkajian dilaksanakan pada bulan Desember 2013 di Desa Tejosari, Kecamatan Metro Timur, Kota Metro. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) untuk analisis sensoris dengan perlakuan proporsi gula kelapa sebagai bahan pemanis (150 gr gula putih, 150 gr, 200 gr dan 250 gr gula kelapa) dan untuk total mikroba dengan perlakuan jenis bahan pengemas (aluminium foil, polyethylene 0,3 mm, polyethylene 0,7 mm dan polyprophylene 0,3 mm). Analisis sensoris dilaksanakan berdasarkan uji kesukaan dengan skala hedonik terhadap 20 orang panelis yang tidak terlatih. Pengujian total mikroba dilaksanakan berdasarkan metode hitungan cawan yang diamati selama tiga hari. Hasil analisis sensoris menunjukkan getuk dengan bahan pemanis 250 gr gula kelapa paling disukai jika dilihat dari semua parameter, yaitu rasa (4,15), warna (4,1), tekstur (3,8), aroma (3,75) dan penampilan (3,5). Sedangkan untuk pengujian total mikroba menunjukkan getuk yang dikemas dengan aluminium foil terkontaminasi mikroba paling sedikit (0,42 x 106 koloni/gram) dibandingkan dengan getuk dengan kemasan lain.