Browsing by Author "Wamaer, Demas"
Now showing 1 - 5 of 5
Results Per Page
Sort Options
- ItemANALISIS BIAYA USAHATANI CABAI MERAH TINGKAT PETANI DI KABUPATEN KONAWE(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2018) Bungati; Warda; Wamaer, Demas; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua BaratKajian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan finansial dan titik impas harga usahatani cabai merah. Lokasi kajian di Desa Tetemotaha, Kecamatan Wonggeduku, Kabupaten Konawe dimulai bulan Pebruari sampai bulan Juni 2016. Pengambilan data dengan metode survey dan wawancara langsung dengan petani cabai yang tergabung dalam kelompok tani Kateni dengan jumlah petani 25 orang. Data yang digunakan dalam kajian ini adalah data primer dan sekunder. Hasil kajian menunjukkan bahwa total biaya produksi usahatani cabai merah yang dikeluarkan oleh patani mulai dari persiapan lahan hingga panen sebesar Rp. 53.315.000,- per hektar per musim tanam dan biaya yang paling tinggi dikeluarkan oleh petani cabai adalah pada kegiatan persiapan lahan Rp. 15.420.000,- per hekter per musim tanam. Total menerimaan petani cabai sebesar Rp. 141.000.000,- dan total produksi buah cabai merah adalah 9.400 kg dengan harga cabai Rp. 15.000,- per kg. RC ratio 2,64 yang berarti bahwa usahatani cabai layak untuk diusahakan. BEP Rp.7.723,- yang berarti bahwa petani harus menjual diatas harga tersebut agar tidak mengalami kerugian.
- ItemKAJIAN ADAPTASI 5 VARIETAS UNGGUL BARU DAN 2 KLON HARAPAN KENTANG MENDUKUNG KELEMBAGAAN PERBENIHAN KENTANG DI KABUPATEN JAYAWIJAYA(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua Barat, 2018) Wamaer, Demas; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua BaratPengkajian ini bertujuan untuk memperoleh beberapa VUB kentang yang adaptif untuk dikembangkan di daerah dataran tinggi sentra produksi kentang di Provinsi Papua. Beberapa VUB kentang tersebut diharapkan dapat mendukung kelembagaan perbenihan terutama di tingkat penangkar benih kentang. Pengkajian dilaksanakan dalam MT II (Okmar) tahun 2012 di kampung Woma dan Hubikosi, Jayawijaya, menggunakan rancangan acak lengkap, data agronomis yang dikumpulkan dianalisis secara statistik, sedangkan data sosial ekonomi dianalisis secara deskriptif. Hasil kajian menunjukkan bahwa kelima varietas/galur yang diuji antara lain: Mergahayu, Kikondo, Cipanas, Tenggo dan Merbabu 17 mampu tumbuh dengan persentase tumbuh yang tinggi antara 81-98%, sedangkan klon GM-05 dan klon GM-08 belum mampu beradaptasi. Varietas Mergahayu menghasilkan pertumbuhan vegetatif nyata lebih baik dibandingkan keempat varietas/klon yang lain. Varietas Cipanas menghasilkan jumlah umbi 6,87/rumpun dengan bobot umbi 467,89 g/rumpun dan potensi produksi 41,93 t/ha, dengan peningkatan produksi sekitar 35% dibandingkan varietas Tenggo dan 55% dibandingkan varietas Merbabu 17.
- ItemKajian Model Penyuluhan Pertanian Berbasis Kelembagaan Lokal(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2007) Wamaer, Demas; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuDistrik Demta Kabupaten Jayapura Provinsi Papua telah dilakukan survei bulan Juli 2006 dengan pendekatan FGD (Focus Discussian Group) yang bertujuan mempelajari karakteristik masyarakat tani menurut spesifikasi inovasi pembangunan yang ditawarkan untuk diadopsi dan juga mempelajari kemungkinan digunakannya kelembagaan adat untuk menyusun model penyuluhan yang sesuai dengan wilayah yang bersangkutan. Hasil survei menunjukkan bahwa kelembagaan-kelembagaan masyarakat adat selama ini terlihat makin redup karena terjadinya perubahan-perubahan dalam lingkungan masyarakat adat sebagai akibat dari masuknya kelembagaan modern seperti pemerintahan desa yang bersifat formal, koperasi unit desa, lembaga penyuluhan dan lain-lain. Namun masyarakat adat tidak tinggal diam dan menerima begitu saja perubahan yang terjadi karena mulai terlihat upaya mereka merevitalisasi kelembagaan adat yang sekarang dikenal sebagai DAK (Dewan Adat Kampung) melalui forum resmi Dewan Adat Papua (DAP) yang disokong pemerintah daerah Provinsi Papua. Dengan muncul era otonomi khusus (Otsus) bagi Papua yang memberi kesempatan kepada lembaga adat untuk mengkonsolidasikan diri agar ikut berperan dalam mendorong perubahan masyarakat adat, tidak saja dalam bidang sosial budaya, tetapi juga dalam bidang ekonomi. Hal ini mengindikasikan perlunya upaya untuk menjalin keterkaitan hubungan antara kelembagaan lokal masyarakat adat (DAK) dengan kelembagaan baru yang telah dibentuk badan resmi pemerintah, seperti kelembagaan penyuluhan dan koperasi unit desa, untuk membangun desa secara terpadu baik melalui program pemerintahan desa dan program masyarakat adat yang diharapkan berjalan seiring, sehinggga tidak menimbulkan konflik.
- ItemKeragaan Usaha Ternak Babi di Kabupaten Nabire, Papua(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2007) Wamaer, Demas; Tiroja, Siska; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuUsaha ternak babi merupakan salah satu usaha yang berpotensi untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan dapat memberikan tambahan pendapatan rumah tangga secara kontinu. Pengkajian bertujuan: (1) mengetahui keragaan usaha ternak babi di 2 Distrik (Nabire dan Wanggar), (2) mengetahui corak pemeliharaan ternak babi dan penerapan teknologi ditingkat peternak, (3) memperoleh informasi jalur pemasaran ternak babi yang ada. Penentuan lokasi secara purpossive, pengambilan petani contoh secara simple random sampling di Distrik Nabire dan Wanggar dengan pertimbangan bahwa kedua distrik mempunyai populasi ternak babi yang terbesar dibanding kecamatan lainnya di Kabupaten Nabire. Kajian ini dilaksanakan pada bulan Juni - Agustus 2004. Pengumpulan data menggunakan metoda wawancara berdasarkan daftar pertanyaan, dilakukan terhadap 30 responden. Data ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif. Hasil survei menunjukkan bahwa jumlah kepemilikan ternak tiap keluarga cukup bervariasi antara 2 – 22 ekor, dengan rincian jumlah ternak babi jantan 56 ekor (41,79 %), betina 78 ekor (58,21 %). Ternak lainnya (sapi dan ayam buras) dipelihara hanya 6 % dari jumlah responden. Sedangkan corak pemeliharaan ternak babi secara umum masih bersifat semi-intensif, namun terdapat beberapa peternak penduduk asli (Paniai) dengan corak pemeliharaan secara intensif yang mengarah ke sistem usaha agribisnis. Sebagian besar responden (60%) menyatakan pemasaran ternak babi di Distrik Nabire dan Wanggar, dilakukan secara lokal (pembeli datang ke lokasi), sedangkan yang dijual ke pedagang pengumpul hanya (10%), sisanya (30%) langsung dijual ke pasar kota.
- ItemRESPON PETANI TERHADAP PRODUKSI VARIETAS UNGGUL BARU KEDELAI MELALUI m-P3MI DI KOTA JAYAPURA, PAPUA(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua Barat, 2016) Wamaer, Demas; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua BaratPengkajian ini bertujuan untuk mengetahui respon petani terhadap keragaan produksi 2 VUB kedelai klas FS yang diperkenalkan kepada petani melalui m-P3MI (Model Pengembangan Pertanian Melalui Inovasi) di Kota Jayapura, Papua. Kota Jayapura sebagai lokasi pengkajian, termasuk salah satu kawasan pengembangan m-P3MI di Provinsi Papua, untuk itu peningkatan pendapatan petani dapat diupayakan melalui peningkatan produksi, dengan pengenalan varietas unggul baru komoditas pertanian yang memiliki produktivitas tinggi dan adaptif dengan kondisi spesifik lokasi. Kajian ini menggunakan metode penelitian survai. Data dianalisis secara deskriftif yang didukung dengan tabulasi, penggunaan tabel, dan grafik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa respon petani terhadap varietas kaba lebih tinggi dibanding varietas anjasmoro. Hal ini disebabkan karena kaba lebih diminati pasar dibanding anjasmoro. Namun demikian varietas kaba dan Anjasmoro tersebut memiliki peluang untuk dikembangkan mengingat produktivitasnya cukup tinggi, diminati oleh penangkar kedelai. Disarankan kepada PEMDA agar dapat melakuakan perbaiakan terhadap sistem perbenihan dengan merevitalisasi kelembagaan perbenihan terutama BBU dan BBP serta memberikan pembinaan terhadap petani penangkar.