Browsing by Author "Supriati ...[at al], Yati"
Now showing 1 - 5 of 5
Results Per Page
Sort Options
- ItemEmbriogenesis Somatik Mangga Varietas Madu dengan Eksplan Nuselar(BB Biogen, 2016-06) Supriati ...[at al], Yati; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianPerbanyakan bibit mangga umumnya dilakukan melalui teknik sambung pucuk agar laju pertumbuhan dan panen lebih cepat. Mangga Madu sering digunakan sebagai batang bawah karena memiliki sifat perakaran yang kuat dan daya gabung yang baik dengan varietas mangga lain. Kendala yang dihadapi adalah rendahnya ketersediaan batang bawah karena pohon induk yang ada selain sudah tua, jumlahnya sangat terbatas. Mikropropagasi tanaman melalui embriogenesis somatik diharapkan dapat membantu perbanyakan batang bawah secara cepat, seragam, dan dalam jumlah tak terbatas. Penelitian bertujuan mendapatkan metode untuk mengatasi masalah oksidasi fenol (pencokelatan yang berlebih) pada eksplan dan metode pembentukan kalus embriogenik dan regenerasi embrio somatik mangga varietas Madu. Percobaan disusun berdasarkan Rancangan Acak Lengkap dengan enam ulangan. Hasil penelitian menunjukkan, dari empat perlakuan yang diuji, perendaman dengan Potasium nitrat 0,125% selama 1 menit, lalu ditanam pada media MS yang diberi arang aktif 0,3% merupakan perlakuan terbaik untuk membantu mengurangi oksidasi fenol. Induksi kalus dengan menggunakan eksplan nuselar (nucellar explants) menunjukkan persentase eksplan menjadi kalus mencapai 50% pada media ½ MS yang diberi TDZ 0,4 mg/l. Induksi kalus mulai terjadi pada 3 mst dan 6 mst. Formulasi terbaik untuk pertumbuhan kalus adalah media ½ MS dengan kombinasi BAP 2 mg/l, 2,4-D 1 mg/l, dan AgNO3 3 mg/l, serta diberi arang aktif 0,3%. Struktur kalus lebih banyak bersifat remah dan berwarna putih. Dari perkembangan kalus, terbentuk struktur embrio somatik globular, hati, torpedo sampai kecambah.
- ItemInisiasi dan Perkembangan Perakaran serta Aklimatisasi Belimbing Dewi (Averrhoa carambola L.)(BB Biogen, 2005) Supriati ...[at al], Yati; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianBelimbing (Averrhoa carambola L) sebagai buah sumber vitamin C merupakan tanaman tropika yang berasal dari Semenanjung Malaya. Oleh masyarakat Cina buah belimbing telah diyakini dapat menurunkan tekanan darah. Biasanya belimbing dikonsumsi dalam bentuk segar, akan tetapi saat ini juga digunakan sebagai bahan baku industri untuk pembuatan jam, manisan buah, dan jus. Salah satu kendala dalam pengembangan tanaman ini untuk skala besar adalah terbatasnya ketersediaan bibit yang berkualitas baik dan seragam. Dari penelitian sebelumnya telah diperoleh media untuk insiasi dan multiplikasi tunas belimbing secara in vitro, dan penelitian ini diarahkan untuk mencari media perakaran dan aklimatisasi. Untuk menstimulir perakaran, tunas in vitro ditanam pada media WPM yang dikombinasikan dengan tiga taraf IBA dan IAA (0, 1, dan 3 mg/l) dan pada media MS yang dikombinasikan dengan 4 taraf IBA dan NAA (0, 1, 2, dan 3 mg/l). Untuk tujuan efisiensi garam makro dari WPM diturunkan konsentrasinya dan dikombinasikan dengan 5 taraf IBA (0, 1, 3, 5, dan 7 mg/l). Pada uji aklimatisasi telah dicoba tiga macam media (tanah, pupuk kandang, dan kompos) yang diaplikasi secara tersendiri atau secara kombinasi. Peubah yang diamati adalah persentase tunas yang membentuk akar, jumlah dan panjang akar, penampilan perakaran, dan persentase keberhasilan tumbuh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian IBA dan IAA dengan konsentrasi 1-3 mg/l pada media dasar WPM tidak dapat menginisiasi terjadinya akar. Pada media dasar MS yang diberi zeatin 2 mg/l, pemberian IBA 3 mg/l dapat membentuk akar akan tetapi jumlahnya sangat terbatas. Pengurangan sebagian garam makro pada media dasar WPM yang diberi IBA 3 mg/l merupakan media terbaik untuk inisiasi dan perkembangan akar belimbing Dewi. Tanah dan kompos dengan komposisi 1 : 2 merupakan media tumbuh terbaik untuk aklimatisasi planlet belimbing dirumah kaca. Aklimatisasi planlet belimbing dapat langsung dilakukan tanpa melalui fase pengakaran dengan memberikan perlakuan celup cepat dalam larutan IBA 100 ppm selama 1 jam.
- ItemMultiplikasi Tunas Belimbing Dewi (Averrhoa carambola) melalui Kultur In Vitro(Sekretariat Komisi Nasional Plasma Nutfah, 2006) Supriati ...[at al], Yati; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianBelimbing (Averrhoa carambola) merupakan tanaman buah tropik yang mengandung vitamin C lebih tinggi daripada apel dan anggur. Buah belimbing segar sangat berguna untuk menurunkan tekanan darah. Pengembangan tanaman ini untuk keperluan budi daya ataupun untuk tujuan konservasi masih belum optimal karena terbatasnya bibit. Teknik kultur jaringan merupakan alternatif teknologi yang mampu menyediakan bibit secara massal, seragam, dan relatif cepat. Salah satu tahap yang harus ditempuh dalam perbanyakan bibit melalui kultur jaringan adalah multiplikasi tunas yang menjadi kunci dalam keberhasilan teknik perbanyakan ini. Percobaan terdiri atas beberapa kegiatan menggunakan dua jenis eksplan, yaitu tunas dengan nodus tunggal dan tunas dari perkecambahan embrio. Pada percobaan I eksplan tunas dengan nodus tunggal ditanam pada media WPM + asam sitrat 100 mg/l kemudian disubkultur pada media WPM + BAP 0,5 mg/l. Pada percobaan II, tunas in vitro disubkultur kembali pada media WPM + BA (1 dan 2 mg/l) + thidiazuron 0,1 dan 0,2 mg/l). Untuk lebih memacu tingkat pertunasan dilakukan subkultur kembali pada media WPM atau MS yang ditambah dengan IAA 0,5 mg/l dan zeatin 2 mg/l. Untuk meningkatkan ketegaran, tunas hasil multiplikasi ditanam pada media WPM atau MS + BA 2 mg/l + thidiazuron 0,2 mg/l dan paclobutrazol (0; 0,4; dan 0,8 mg/l). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan eksplan tunas dengan nodus tunggal lebih baik dibandingkan dengan tunas yang berasal dari perkecambahan embrio. Subkultur yang dilakukan pada media WPM yang mengandung 0,5 mg/l BAP dapat menginisiasi dan menghasilkan rata-rata empat tunas. Subkultur tunas belimbing pada media MS + IAA 0,5 mg/l + zeatin 2 mg/l dapat memacu pembentukan tunas yang banyak, mencapai 18 buah. Penambahan paclobutrazol 0,4 mg/l ke dalam media MS atau WPM yang telah mengandung BA 2 mg/l dan thidiazuron 0,2 mg/l dapat memperbaiki ketegaran biakan.
- ItemPembentukan Embrio Somatik Bawang Putih (Allium sativum) untuk Mendukung Penyediaan Bibit Bermutu(KOMISI NASIONAL SUMBER DAYA GENETIK, 2021-09-15) Supriati ...[at al], Yati; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianNational garlic production in Indonesia is very low, so to meet domestic consumption, it is overcome through imports. Efforts to be self-sufficient in garlic certainly require large quantities of seeds, while conventional propagation of garlic seeds using cloves is relatively limited. In this case the tissue culture technique through the somatic embryogenesis method is an alternative that needs to be considered. This technique in addition to mass-producing seeds and uniform size, is also free of pests and diseases. This study aims to obtain an embryosomatic formation protocol, as a candidate for plantlets to support the propagation of quality seeds. The activity includes 3 stages, namely 1) Provision of root explant material, 2) Callus induction from root explants and 3) Embryosomatic formation. In vitro garlic clove roots were grown on MS medium in combination with 2,4 D 3 mg/l with or without CH3. Callus induced from roots were grown on MS media combined with growth regulators BAP (0, 1,2,3 to 4 mg/l) plus NAA (0, 0.1, 0.5 and 1 mg/l) with the aim of forming embryosomatic. Cultures were incubated in dark and light conditions 16 hours a day for 2 weeks. The light intensity is given 800-1000 lux with a temperature of 25oC. The parameters observed were the time of callus formation, weight and morphology as well as the formation of somatic embryos. The results showed that the Embryosomatic Formation through callus induced from garlic clove roots had been successfully carried out. The best medium to induce callus was MS added with 2,4D 0.3 mg/l plus hydrolysic acid. Meanwhile, embryosomatic formation can be achieved by using MS media plus BAP 2 mg/l + NAA 0.1 mg/l.
- ItemPeningkatan Multiplikasi Tunas dan Induksi Akar Tanaman Hes-iles melalui Kultur In Vitro(Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, 2002-11) Supriati ...[at al], Yati; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianHes-iles (Amorpophalus spp.) merupakan salah satu tanaman umbi yang perlu dikembangkan karena berpotensi sebagai komoditas ekspor. Jepang dan Taiwan memedukan iles-iles dalam bentuk tepung yang dikenal dengan nama tepung Konjac. Tepung ini mengandung zat mannan yang bermanfaat sebagai dietary fiber sehingga sering dijadikan bahan makanan untuk kesehatan. Di Indonesia banyak dijumpai berbagai jenis iles-iles namun belum dibudidayakan oleh masyarakat karena kurang diketahui manfaatnya. Selain untuk bahan pangan, iles-iles banyak digunakan untuk industri obat-obatan, tekstil, kertas, dan film. Dalam kaitannya dengan upaya pengembangan tanaman ini maka diperlukan informasi budi daya dan ketersediaan bibit. Perbanyakan generatif untuk tanaman ini memerlukan waktu lama karena masa dormansi siklus hidupnya, sehingga diperlukan metode perbanyakan alternatif. Teknik kultur jaringan yang telah berhasil pada tanaman hias dan tanaman tahunan mungkin dapat di gunakan juga pada tanaman iles-iles. Pada percobaan tahun 2000 telah diperoleh formula untuk menstimulir pertunasan iles-iles, yaitu dengan menggunakan media MS yang diberi kinetin 3 mg/l, walaupun jumlah tunas yang dihasilkan hanya satu per eksplan. Percobaan tahun 2001 untuk meningkatkan jumlah tunas dan dicoba 3 taraf kinetin (0, 3, dan 5 mg/l) pada media dasar MS dikombinasikan dengan 2 taraf BAP (3 dan 5 mg/l), sedangkan untuk menstimulir induksi akar dicoba 3 taraf IBA (0; 0,5 dan 1,0 mg/l) pada 2 taraf media MS (1/2 dan 1 formula). Kedua percobaan tersebut disusun berdasarkan rancangan acak lengkap masing-masing 10 dan 20 ulangan. Parameter yang diamati adalah jumlah dan panjang tunas, jumlah dan panjang akar serta penampilan blakan. Hasll penelitian menunjukkan bahwa penambahan kinetin pada media MS secara bersamaan dengan IBA ataupun BAP dapat menekan pertunasan Iles-iles. Media yang terbalk untuk multiplikasi tunas adalah MS ditambah BAP 3 mg/l dan kinetin 5 mg/l. IBA berpengaruh negatif terhadap induksi dan perkembangan akar iles-iles.