Repository logo
  • English
  • Català
  • Čeština
  • Deutsch
  • Español
  • Français
  • Gàidhlig
  • Latviešu
  • Magyar
  • Nederlands
  • Polski
  • Português
  • Português do Brasil
  • Suomi
  • Svenska
  • Türkçe
  • Қазақ
  • বাংলা
  • हिंदी
  • Ελληνικά
  • Yкраї́нська
  • Log In
    New user? Click here to register.Have you forgotten your password?
Repository logo
  • Communities & Collections
  • All of Repositori
  • English
  • Català
  • Čeština
  • Deutsch
  • Español
  • Français
  • Gàidhlig
  • Latviešu
  • Magyar
  • Nederlands
  • Polski
  • Português
  • Português do Brasil
  • Suomi
  • Svenska
  • Türkçe
  • Қазақ
  • বাংলা
  • हिंदी
  • Ελληνικά
  • Yкраї́нська
  • Log In
    New user? Click here to register.Have you forgotten your password?
  1. Home
  2. Browse by Author

Browsing by Author "Supriadi, Handi"

Now showing 1 - 17 of 17
Results Per Page
Sort Options
  • No Thumbnail Available
    Item
    ALELOPATI PADA POLATANAM KOPI DAN TEKNIK PENGENDALIAN SERTA PROSPEK PEMANFAATANNYA
    (PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN, 2014-08) Supriadi, Handi; Tjahjana, Bambang Eka
    Budidaya tanaman kopi saat ini ditekankan pada peningkatan produktivitas lahan diantara tanaman kopi yaitu dengan menerapkan sistem polatanam kopi dengan tanaman lain yang bernilai ekonomi tinggi, baik sebagai penaung maupun tanaman sela. Agar penerapan polatanam kopi mencapai hasil yang optimal, maka perlu dikaji aspek alelopati pada setiap tanaman yang akan ditumpang sarikan. Senyawa alelopati yang dihasilkan oleh tanaman kopi maupun tanaman lain, selain berpengaruh buruk terhadap tanaman lain, juga dapat merusak tanaman penghasil senyawa alelopati itu sendiri yang disebut dengan autotoksik, namun disisi lain terdapat senyawa alelopati yang dapat memacu pertumbuhan tanaman lain. Senyawa alelopati berpeluang untuk dimanfaatkan sebagai herbisida maupun pestisida alami, yang ramah terhadap lingkungan. Penggunaan kompos dengan bahan organik, pupuk organik, pupuk magnesium sulfat, mikroba tanah, dan polatanam dengan tanaman aromatik seperti menta, selasih, oregano, dan sage dapat menurunkan tingkat toksisitas senyawa alelopati.
  • No Thumbnail Available
    Item
    KARAKTERISASI MORFOEKOTIPE POHON INDUK JAMBU METE DI FLORES TIMUR
    (PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN, 2013-12) Supriadi, Handi; Rusli
    Kabupaten Flores Timur (Flotim) merupakan salah satu sentra produksi jambu mete di Indonesia. Penggunaan benih yang asalan meyebabkan produksi jambu mete di daerah ini masih tergolong rendah. Salah satu upaya untuk mengatasi masalah tersebut adalah melalui penggunaan benih unggul yang dapat beradaptasi dengan kondisi lingkungan sub optimal. Penelitian yang bertujuan untuk mengevaluasi karakteristik morfologi pohon induk jambu mete terpilih dan lingkungan tumbuhnya di Kabupaten Flotim dilakukan pada tahun 2011 dengan metode survey dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 15 pohon induk jambu mete terpilih di Flores Timur memenuhi syarat untuk dijadikan sebagai sumber benih di daerah yang beriklim sedang.
  • No Thumbnail Available
    Item
    KERAGAAN POHON INDUK CENGKEH DI CIKELET GARUT YANG POTENSIAL SEBAGAI SUMBER BENIH
    (PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN, 2013-08) Supriadi, Handi; Dani; Heryana, Nana
    Tanaman cengkeh di Cikelet, Garut kondisinya beragam karena menggunakan benih berupa biji yang berasal dari Bogor, Jawa Barat dan Purwokerto, Jawa Tengah. Dari 885 ha luas areal tanaman cengkeh di Cekelet terdapat beberapa pohon induk yang potensial untuk dijadikan sebagai sumber benih. Untuk mengevaluasi karakteristik morfologi dan fisikokimia minyak atsiri pohon induk cengkeh di daerah ini dilakukan penelitian pada tahun 2010 dan 2011, menggunakan metode survey. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 24 pohon induk cengkeh terpilih di Cikelet memiliki produksi bunga basah 122,25 kg/pohon/tahun. Ukuran bunga lebih besar dengan aroma bunga khas, serta seragam dalam penampilan karakter vegetatif dan generatif tanaman, sehingga potensial untuk dijadikan sebagai sumber benih.
  • Loading...
    Thumbnail Image
    Item
    Pedoman Seleksi Blok Penghasil Tinggi dan Pohon Induk Pala
    (Unit Penerbitan dan Publikasi Balittri, 2010) Supriadi, Handi; EA, M. Hadad; Dani; Unit Penerbitan dan Publikasi Balittri
  • No Thumbnail Available
    Item
    PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP PRODUKSI DAN MUTU KAKAO
    (IAARD Press, 2014) Tjahjana, Bambang; Supriadi, Handi; Rokhmah, Dewi Nur; Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
    Produktivitas tanaman kakao di Indonesia masih tergolong rendah. Hal ini disebabkan oleh kurang sesuainya lahan yang digunakan untuk penanaman kakao. Di samping itu, juga terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi produksi dan mutu kakao, yaitu genetik, budidaya, dan penanganan pascapanen, serta faktor lingkungan lainnya, yaitu lahan. Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap produksi dan mutu kakao adalah tanah dan iklim. Faktor tanah meliputi ketinggian tempat, topografi, drainase, jenis tanah, sifat fisik tanah, dan sifat kimia tanah, sedangkan faktor iklim antara lain curah hujan dan suhu. Dalam skala luas, faktor lingkungan ini sulit untuk dimodifikasi sehingga untuk menghindari risiko kerusakan dan kematian maka tanaman kakao dianjurkan ditanam pada lahan yang sesuai. Penanaman kakao dengan memperhatikan kesesuaian lahan juga dimaksudkan untuk meningkatkan produksi dan mutu kakao.
  • No Thumbnail Available
    Item
    PERAN BIOMASSA DAN BIOINDUSTRI KAKAO DALAM MITIGASI PERUBAHAN IKLIM
    (IAARD Press, 2014) Supriadi, Handi; Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
    Perubahan iklim merupakan fenomena alam yang mempunyai dampak terhadap kehidupan makhluk hidup di bumi, termasuk pada tanaman kakao. Perubahan pola curah hujan, peningkatan suhu udara, peningkatan kejadian El Nino dan La Nina dan peningkatan tinggi permukaan air laut adalah dampak dari perubahan iklim yang mengakibatkan pertumbuhan dan produksi kakao terhambat. Upaya untuk mengatasi perubahan iklim di antaranya dapat dilakukan melalui pengelolaan biomassa dan penerapan teknologi bioindustri limbah kakao. Tanaman kakao dapat menyerap CO2 dari udara dan menyimpan karbon (biomassa). Limbah kulit buah kakao (KBK) melalui proses bioindustri dapat dimanfaatkan untuk pupuk organik, arang hayati, bioetanol, dan biogas. Produk tersebut selain dapat memperbaiki sifat kimia dan fisik tanah, juga dapat menambah stok karbon dan mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK). Baik biomassa maupun bioindustri, limbah kakao berperan dalam mitigasi perubahan iklim.
  • Loading...
    Thumbnail Image
    Item
    Perbenihan Pala Populasi Ternate 1, Tidore 1 dan Tobelo 1
    (Unit Penerbitan dan Publikasi Balittri, 2010) Randriani, Enny; Supriadi, Handi; Wahyudi, Agus; EA, M. Hadad; Unit Penerbitan dan Publikasi Balittri
  • Loading...
    Thumbnail Image
    Item
    Peremajaan Tebang Bertahap Pada Tanaman Karet Rakyat Sebuah Inovasi Alternatif
    (IIARD Press, 2016) Ferry, Yulius; Supriadi, Handi; Listiaty, Dewi; Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
    Tanaman kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu jenis tanaman tahunan yang memiliki karakteristik diversifikasi produk yang luas karena dari buahnya dapat dihasilkan bermacammacam produk yang dibutuhkan bagi kepentingan hidup manusia. Dilihat dari gambar pohon industri kakao, buah kakao yang terdiri dari komponen biji, kulit buah, dan pulpa dapat dihasilkan lebih dari sepuluh produk yang dapat dikelompokkan ke dalam beberapa jenis produk sesuai dengan jenis industri yang mengolahnya, seperti industri makanan/minuman, industri farmasi/obat-obatan dan kosmetika, industri kimia, industri pakan ternak, dan industri rumah tangga.
  • No Thumbnail Available
    Item
    Plasma Nutfah Dan Penyebaran Kemiri
    (Unit Penerbitan dan Publikasi Balittri, 2019) Balittri; EA, M. Hadad; Supriadi, Handi; Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar
    Tanaman kemiri (Aleurites moluccana Willd.) merupakan salah satu tanaman perkebunan rakyat dan tersebar luas di seluruh Nusantara. Kacang (kernel) dari buah kemiri digunakan sebagai bahan makanan, obat tradisional dan kosmetik. Kandungan minyaknya tinggi sekitar 52 %. Pemakaian dalam negeri jauh melebihi ekspor. Tanaman kemiri dibudidayakan pada berbagai tipe tanah, topografi 0‐1200 m dpl dan tipe iklim, mudah tumbuh dan cepat besar. Oleh karena itu digunakan untuk reboisasi, penghijauan, pencegahan erosi dan sebagainya. Panen buah kemiri mudah, dengan mengumpulkan buah yang jatuh sendiri dan petik dengan galah. Pembuahannya menyerbuk silang. Oleh sebab itu perlu dilakukan seleksi pohon induk untuk memperoleh varietas berproduksi dan mutu tinggi. Salah satu masalahnya adalah, belum memiliki varietas unggul, perkecambahan benih yang lambat, teknologi pemecahan kulit biji yang menghasilkan kacang yang utuh dan gangguan benalu.
  • No Thumbnail Available
    Item
    Prospek Kemiri Sunan sebagai Penghasil Minyak Nabati
    (Unit Penerbitan dan Publikasi, 2019) Herman, Maman; Heryana, Nana; Supriadi, Handi; Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar
    Kemiri sunan (Reutealis trisperma (Blanco) Airy Shaw) merupakan tanaman tahunan berbentuk pohon, tinggi dapat mencapai 12 – 15 meter dengan diameter batang lebih dari 60 cm dan kanopi yang lebar. Potensi terbesar dari tanaman kemiri sunan terdapat pada buahnya yang terdiri dari biji dan cangkang (kulit). Pada biji penghasil bahan bakar nabati (BBN) beserta turunan‐turunannya. Kemiri sunan merupakan salah satu jenis menghasilkan biji yang tinggi (20 ‐ 25 ton biji kering/ha/th) tanaman ini tidak bersaing dengan tanaman pangan, mudah dibudidayakan, memiliki fungsi ganda sebagai tanaman konservasi dan penghasil BBN serta memiliki potensi ekonomi yang tinggi.
  • No Thumbnail Available
    Item
    PROSPEK PENGEMBANGAN ILES-ILES (Amorphophallus muelleri Blume) SEBAGAI UPAYA DIVERSIFIKASI PANGAN DI INDONESIA
    (PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN, 2015-04) Rokhmah, Nur Rokhmah; Supriadi, Handi
    Konsumsi bahan pangan pokok yang banyak tergantung pada beras menyebabkan Indonesia banyak mengimpor beras. Untuk mengatasi masalah tersebut perlu dikembangkan bahan pangan lokal yang dapat mensubtitusi beras dan dapat dibudidayakan dengan mudah. Iles-iles merupakan bahan pangan lokal Indonesia yang mudah dibudidayakan dan olahan iles-iles mengandung karbohidrat cukup tinggi serta mengandung glukomanan yang baik untuk kesehatan sehingga cocok digunakan sebagai bahan pangan pokok. Kendala pengembangan iles-iles antara lain belum banyak dikenal oleh petani dan masyarakat, adanya asam oksalat dan kalsium oksalat penyebab gatal dan rasa pahit pada umbi iles-iles yang belum tertangani dengan baik, serta siklus hidup iles-iles cukup lama yang menyebabkan ketersediaan bahan baku secara kontinyu tidak terpenuhi. Pengembangan tanaman iles-iles disarankan lebih mengarah pada pemanfaatan lahan di bawah tegakan hutan dan memerlukan peran aktif berbagai pihak.
  • No Thumbnail Available
    Item
    Quality Attributes of Arabica Coffee Grown at Three Different Altitudes in Garut
    (Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2016-10-05) Towaha, Juniaty; Purwanto, Eko Heri; Supriadi, Handi
  • No Thumbnail Available
    Item
    REJUVINASI TANAMAN KOPI ROBUSTA MELALUI TEKNIK SAMBUNGAN
    (2018-12) Supriadi, Handi; Sobari, Iing; Heryana, Nana
    Rejuvinasi merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas tanaman kopi. Rejuvinasi dapat dilakukan baik dengan cara rejuvinasi cabang menggunakan entres asal tunas plagiotrop maupun rejuvinasi batang menggunakan entres asal cabang ortotrop. Rejuvinasi tanaman kopi Robusta (cabang dan batang) dengan cara sambungan lebih efektif, murah, dan mudah dilakukan petani dibandingan dengan cara penanaman baru. Tingkat keberhasilan penyambungan tergantung kepada kompatibilitas antara entres dan batang bawah, kesehatan tanaman, kondisi lingkungan, dan tingkat keterampilan petani dalam menyambung.
  • No Thumbnail Available
    Item
    TEKNOLOGI ADAPTASI UNTUK MENGATASI PERUBAHAN IKLIM PADA TANAMAN TEH
    (PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN, 2014-12) Supriadi, Handi; Rokhmah, Dewi Nur
    Pemanasan global saat ini telah memicu terjadinya perubahan iklim dunia, diantaranya temperatur meningkat, kekeringan, dan curah hujan yang terlalu banyak dan merusak, serta pergeseran iklim. Hal ini akan mengakibatkan berkurangnya produksi pada tanaman teh. Tanaman teh sangat tergantung dengan kondisi lingkungan seperti jumlah curah hujan tahunan dan distribusinya, suhu, dan radiasi matahari. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengetahui dampak perubahan iklim terhadap produktivitas perkebunan teh dan teknologi adaptasi yang sesuai untuk menangkal dampak merugikan. Teknologi adaptasi untuk mengatasi perubahan iklim terhadap tanaman teh melalui bahan tanam yang toleran, pemangkasan tanaman teh, aplikasi biofertilizer (pemupukan hayati), pembuatan rorak, pohon pelindung, irigasi dan pemanfaatan embung, serta pengendalian hama dan gulma.
  • Loading...
    Thumbnail Image
    Item
    Teknologi Budi Daya Tanaman Kopi: Aplikasi Pada Perkebunan Rakyat
    (IAARD Press, 2015) Ferry, Yulius; Supriadi, Handi; Ibrahim, Meynarti Sari Dewi
  • Loading...
    Thumbnail Image
    Item
    Teknologi Budidaya Tanaman Kopi
    (IAARD Press, 2018) Supriadi, Handi; Ferry, Yulius; Ibrahim, Meynarti Sari Dewi; Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
    Buku teknologi budidaya kopi berusaha menyampaikan teknologi-teknologi yang diperlukan petani dalam memenuhi kebutuhan tuntutan hilirasi tersebut. Dimulai dari pembukaan lahan, penyediaan bahan tanaman, pemeliharaan, dan polatanam, pada 3 jenis kopi, yaitu Robusta, Arabika, dan Liberika. Liberika merupakan jenis kopi yang peminatnya mulai berkembang pesat terutama di Asia Tenggara karena sesuai untuk dikembangkan di daerah rawa dan cocok untuk industri makanan seperti permen. Tanaman kopi telah berkembang sejak ratusan tahun lalu, sebagian besar dikembangkan oleh petani dalam bentuk perkebunan rakyat. Kopi merupakan komoditas ekspor yang penting sebagai sumber devisa negara, perkembangan ekonomi daerah, dan pendapatan petani. Walaupun perdagangan kopi selalu mengalami pasang surut baik di pasar dalam negeri maupun dunia, namun peran tanaman kopi masih sangat penting.
  • No Thumbnail Available
    Item
    TINJAUAN AGROKLIMAT WILAYAH PENGEMBANGAN DI JAWA BARAT
    (Unit Penerbitan dan Publikasi, 2019) Supriadi, Handi; Sasmita, Kurnia Dewi; Usman, Usman; Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar
    Kemiri sunan (Reutealis trisperma (Blanco) Airy Shaw) merupakan tumbuhan asli Filipina, yang pada saat ini berkembang dengan baik di sejumlah daerah di Indonesia. Belakangan ini kemiri sunan menjadi salah satu komoditi yang menjadi perhatian banyak orang sehubungan dengan bijinya (kernel) yang berpotensi menjadi bahan baku biodesel. Untuk mendapatkan produktivitas tinggi maka dalam pengembangan tanaman harus memperhatikan kesesuaian lahan & iklim. Saat ini daerah pengembangan kemiri sunan di Jawa Barat terdapat di Majalengka, Sumedang dan Garut. Di tiga kabupaten ini tanaman kemiri sunan sudah tumbuh dan berproduksi dengan baik sejak dahulu kala. Sebagai acuan untuk pengembangan kemiri sunan di daerah lain, maka kondisi agroklimat di daerah pengembangan kemiri sunan tersebut harus diketahui. Jenis tanah di daerah pengembangan kemiri sunan didominasi oleh Latosol dengan tekstur halus. Tanaman ini di Jawa Barat telah tumbuh dan berproduksi dengan baik pada daerah yang mempunyai curah hujan tahunan terendah sebesar 2.681 mm di daerah Balubur, Garut dan tertinggi sebesar 4.172 di daerah Maja, Majalengka. Bulan kering (bulan dengan curah hujan kurang dari 100 mm) di daerah pengembangan kemiri Sunan terendah terjadi selama 3 bulan di Cigasong (stasiun Majalengka), Cisitu (stasiun Cibugel) dan Balubur (stasiun Leles), sedangkan tertinggi selama 4 bulan yaitu di Sukahaji dan Maja (stasiun Pasanggrahan) di Majalengka. Umumnya bulan kering terjadi pada bulan Juni, Juli, Agustus dan September. Suhu udara berkisar antara 24 – 30 0C dan kelembaban udara 71– 88%.

Copyright © 2025 Kementerian Pertanian

Balai Besar Perpustakaan dan Literasi Pertanian

  • Cookie settings
  • Privacy policy
  • End User Agreement
  • Send Feedback