Browsing by Author "Sujitno, Endjang"
Now showing 1 - 11 of 11
Results Per Page
Sort Options
- Item3. Pengaruh Pupuk Npk Majemuk Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Padi Varietas Inpari 4 Di Kabupaten Garut(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2015-10) Kurnia; Sujitno, Endjang; Balai Besar Penelitian Tanaman PadiPeningkatan Produksi Beras Nasional yang mentargetkan surplus beras 10 juta ton tahun 2014 dapat tercapai dengan menerapkan komponen teknologi secara terpadu. Salah satu komponen teknologi tersebut adalah penggunaan bahan organik dan pupuk anorganik secara berimbang terhadap varietas unggul. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan pupuk NPK majemuk terhadap hasil padi varietas Inpari 4 di Kabupaten Garut. Penelitian dilaksanakan di Desa Sindangsari Kecamatan Leuwigoong, Kabupaten Garut pada MK II tahun 2012. Varietas padi yang digunakan adalah Inpari 4, dengan pupuk NPK majemuk (30:6:8). Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok terdiri dari empat perlakuan masing-masing dengan tujuh ulangan. Dosis NPK majemuk adalah 300, 350, 400, dan 450 kg/ha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pemupukan dengan takaran NPK majemuk 350 kg/ha memberikan hasil yang optimal sebanyak 7,50 t/ha dibandingkan dengan pemberian dosis pupuk lainnya.
- ItemAplikasi pemberian pakan metoda flushing pada induk sapi potong po di lokasi psds Kabupaten Ciamis(BPTP Jawa Barat, 2015-10-16) Tedy, Sumarno; Sujitno, Endjang; BPTP Jawa BaratUpaya peningkatan produktivitas ternak sapi potong memerlukan terobosan teknologi yang bersifat spesifi k lokasi. Salah satu metode pemberian pakan pada ternak sapi betina adalah dengan metode fl ushing. Metode ini merupakan upaya untuk memperbaiki kondisi tubuh ternak melalui perbaikan pakan sehingga ternak siap untuk melakukan proses reproduksi.Pengkajian bertujuan untuk meningkatkan tingkat kebuntingan induk sapi PO melalui aplikasi pemberian pakan metoda fl ushing. Pengkajian dilaksanakan dari bulan Januari hingga Desember 2013, berlokasi di Desa Cibereum Kecamatan Sukamantri Kabupaten Ciamis sebagai salah satu lokasi kegiatan PSDSK di Jawa Barat. Bahan pakan suplemen yang digunakan adalah bahan pakan lokal yang tersedia di sekitar lokasi pengkajian, seperti glirisidia (gamal)dan Kaliandra. Aplikasi pemberian pakan dengan metoda fl ushing dilakukan pada 1 bulan sebelum partus hingga 1 bulan setelah partus diberi suplemen berupa hijauan leguminosa sebanyak 30% atau 12 kg dari total hijauan yang diberikan. Hasil pengkajian menujukkan bahwa Leguminose merupakan hijauan makanan ternak yang dapat digunakan untuk meningkatkan produktivitas ternak sapi potong.Pemberian pakan tambahan daun leguminosa pada sapi induk bunting tua selama dua bulan sebelum melahirkan ternyata efeknya memberikan hasil yang cukup baik pada interval beranak dan terjadinya birahi pertama.
- ItemAplikasi Teknologi Sistem Tanam Jajar Legowo Pada Tanaman Padi di Lawah Sawah Irigasi Pedesaan di Jawa Barat(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2015-08-06) Kurnia; Sujitno, Endjang; Balai Besar Penelitian Tanaman PadiJawa Barat merupakan salah satu lumbung padi secara nasional yang dapat memberikan sumbangan sebesar 17%. Dilihat dari aspek ketersediaan air, lahan sawah di Jawa Barat umumnya terbagi menjadi beberapa bagian antara lain lahan sawah irigasi teknis, irigasi setengah teknis, irigasi pedesaan dan irigasi non PU. Dari total luas lahan sawah 942.974 ha, sebanyak 101.305 ha (10,74 %) adalah lahan sawah irigasi pedesaan yang mempunyai potensi untuk ditingkatkan produktivitasnya. Namun selama ini masih terkendala dengan terbatasnya penerapan berbagai komponen teknologi. Berdasarkan konsep model pengelolaan tanaman terpadu sistem tanam jajar legowo merupakan salah satu jawaban yang dapat meningkatkan produksi dan produktivitas. Tujuan pengkajian adalah untuk mengetahui tingkat efektivitas sistem tanam jajar legowo terhadap produktivitas. Pengkajian dilaksanakan di Kecamatan Karang Pawitan Kabupaten Garut pada bulan April sampai Juli 2013. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok dengan 4 perlakuan yaitu sistem tanam jajar legowo (jarwo) 2:1, sistem tanam jarwo 3:1, sistem tanam jarwo 4:1 dan tegel sebagai kontrol, percobaan diulang sebanyak 6 kali. Hasil kajian menunjukan bahwa produktivitas yang dihasilkan ketiga sistem tanam jajar legowo terdapat perbedaan yang nyata bila dibandingkan dengan sistem tanam tegel. Tetapi antar perlakuan sistem tanam jajar legowo tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Dilihat dari kemampuan produktivitas sistem tanam jajar legowo 3:1 paling tinggi produktitasnya yaitu 6,86 t/ha, diikuti perlakuan sistem tanam jarwo 2:1 sebesar 6,73 t/ha, kemudian sistem tanam jarwo 4:1 sebesar 6,51 t/ha. Sedangkan sistem tanam tegel hanya menghasilkan sebesar 5,76 t/ha.
- ItemKemampuan Produksi Beberapa Varietas Unggul Baru Padi Sawah Di Kabupaten Garut(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), 2017) Kurnia; Sujitno, Endjang; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)Uji daya hasil beberapa varietas unggul baru padi sawah telah dilakukan untuk mengetahui keragaan sifat agronomis dan potensi hasilnya di Kabupaten Garut. Uji daya hasil dilakukan pada MKI dilaksanakan di Kecamatan Kadungora Kabupaten Garut. Waktu pelaksanaan yaitu pada musim tanam MK I 2015 mulai bulan Juni sampai dengan Oktober 2015. Lahan yang digunakan seluas 1 ha atau masing-masing 0,25 ha per varietas. Lokasi pengkajian berada pada ketinggian 0-400 m dpl. Varietas unggul baru padi sawah yang digunakan adalah Inpari 30, 31, 32, dan 33. Metode penelitian yang digunakan adalah rancangan acak kelompok dengan 4 perlakuan dan diulang sebanyak 7 kali. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa produktivitas paling tinggi adalah Inpari 30 sebesar 7,21 ton/ha, selanjutnya Inpari 32 sebesar 6,18 t/ha, Inpari 33 sebesar 6,17 t/ha dan Inpari 32 sebesar 6,11 t/ha.
- ItemPanduan Teknis Pengelolaan Terpadu Kebun Jeruk Sehat (PTKJS) : Strategi Pengendalian Penyakit CVPD(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat, 2015) Sujitno, Endjang; Fahmi, Taemi; Ahmad S., Syam; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat
- ItemPenerapan Teknologi Sistem Pengelolaan Air Pada Tanaman Padi di Lahan Sawah Tadah Hujan(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2016-08-06) Sujitno, Endjang; Fahmi, Taemi; Balai Besar Penelitian Tanaman PadiBudidaya padi yang dilaksanakan di lahan sawah tadah hujan, umumnya terkendala oleh terbatasnya ketersediaan air, dimana untuk memenuhi kebutuhan air hanya mengandalkan pada ketersediaan air hujan. Kondisi menjadi semakin sulit terutama pada musim tanam yang dilaksanakan pada musim kering I (MK I), pada MK I ini biasanya curah hujan yang turun sudah banyak berkurang dan sumbersumber air lain mulai berkurang debit serta volumenya. Kondisi ini menuntut pola penggunaan air yang lebih bijaksana dan efisien. Salah satu upaya dalam mewujudkan hal tersebut adalah melalui penerapan pengelolaan air yang tepat agar kebutuhan air dapat terpenuhi. Untuk mengetahui pola pengelolaan air yang tepat pada sawah tadah hujan khususnya pada MK I, dilaksanakan pengkajian mengenai sistem pengelolaan air pada tanaman padi di lahan sawah tadah hujan. Pengkajian dilaksanakan di Desa Cigadog, Kecamatan Cikelet, Kabupaten Garut, pada bulan April sampai Juli 2014. Pengkajian menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan yang masing-masing diulang sebanyak 5 kali. Perlakuan yang digunakan adalah pola pengairan diairi setiap hari, pengairan berselang 2 hari sekali, 3 hari sekali, 4 hari sekali dan 5 hari sekali, varietas padi yang digunakan adalah Inpari 13. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa produktivitas tertinggi diperoleh pada pengairan berselang 3 hari sekali sebesar 5,90 ton/ha, sedangkan produktivitas terendah diperoleh dari pengairan berselang 5 hari sekali sebesar 3,90 ton/ha.
- ItemPeningkatan Produksi Padi Gogo Di Lahan Kering Kabupaten Garut Jawa Barat Dengan Menggunakan Pupuk Organik(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), 2017) Sujitno, Endjang; Dianawati, Meksy; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh berbagai dosis pupuk organik pada tanaman padi gogo di lahan kering Kabupaten Garut, Jawa Barat. Penelitian dilaksanakan di lahan kering Desa Cigadog, Kecamatan Cikelet, Kabupaten Garut dengan ketinggian tempat 100-120 mdpl. Penelitian dilaksanakan pada MH 2012/2013, dari bulan November 2012 hingga Februari 2013. Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok dengan 4 perlakuan diulang sebanyak 6 kali. Perlakuan yang diuji adalah aplikasi dosis pupuk organik, yaitu 2,5; 10; 15, 20 ton/ha. Perlakuan kontrol dosis 2,5 ton/ha merupakan kebiasaan petani setempat. Varietas padi gogo yang digunakan adalah situ patenggang. Pupuk anorganik yang digunakan adalah 250 kg/ha urea, 100 kg/ha SP 36, dan 100 kg/ha KCl. Peubah yang diamati adalah hasil GKP, bobot 1000 butir, jumlah gabah per malai, dan persentase gabah isi. Data dianalisis dengan uji F dan dilanjutkan dengan uji Duncan, uji polinomial ortogonal, dan uji korelasi pada taraf kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi dosis pupuk organik yang digunakan, semakin tinggi hasil GKP-nya. Hasil GKP dipengaruhi oleh persentase gabah isi sebesar 61%.
- ItemPerbaikan teknik budidaya tanaman kubis melalui penerapan teknologi konservasi pada lahan kering di Kecamatan Cikajang Kabupaten Garut(BPTP Jawa Barat, 2016-11-11) Fahmi, Taemi; Sujitno, Endjang; BPTP Jawa BaratBudidaya sayuran terutama komoditas kubis banyak diusahakan oleh petani di lahan kering dataran tinggi. Kondisi topografi lahan di dataran tinggi umumnya bergelombang sampai bergunung. Pada kondisi topografi tersebut perlu upaya yang bijaksana dalam mengelola tanaman semusim seperti halnya kubis melalui penerapan teknologi konservasi untuk menjaga kualitas lingkungan di dataran tinggi. Selama ini petani di dataran tinggi sebagian besar belum menerapkan tindakan konservasi dalam usahataninya sehingga mengakibatkan kerusakan lahan yang berimbas pada menurunnya tingkat produktivitas. Perlu dilaksanakan penelitian mengenai penerapan teknologi konservasi pada budidaya kubis di dataran tinggi yang bertujuan untuk memberikan informasi dan referensi kepada petani mengenai pentingnya penerapan konservasi pada budidaya sayuran di dataran tinggi. Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Cikajang Kabupaten Garut dengan menggunakan metode rancangan acak kelompok dengan 4 perlakuan dan diulang sebanyak 6 kali. Perlakuan yang digunakan adalah penerapan pembuatan teras bangku (P1), penerapan pembuatan teras gulud (P2), penggunaan mulsa jerami (P3) dan tanpa penerapan teknologi konservasi (P4) sebagai kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan teras bangku, teras gulud dan penggunaan mulsa jerami nyata memberikan pengaruh terhadap peningkatan produksi kubis yang dihasilkan, dengan produksi berkisar antara 16,9 – 25,4 ton/ha lebih tinggi dari kontrol dengan produksi sebesar 16,2 ton/ha. Namun pada penggunaan teras gulud tingkat kematian tanaman masih tinggi dan tidak berbeda nyata dengan kondisi eksisting yaitu berkisar antara 16,5 – 18,2%, hal ini dimungkinkan karena pada teras bangku yang diterapkan masih terdapat genangan air akibat saluran air yang belum sempurna sehingga menyebabkan terjadinya serangan penyakit tanaman sehingga mengurangi populasi tanaman pada saat panen.
- ItemPetunjuk Teknis Manajemen Pemeliharaan Ternak Domba(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat, 2015) Fahmi, Taemi; Tedi, Sumarno; Sujitno, Endjang; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat
- ItemRespon berbagai varietas terhadap produksi tomat di lahan kering dataran tinggi kabupaten garut, jawa barat(BPTP Jawa Barat, 2017-10-12) Sujitno, Endjang; Dianawati, Meksy; BPTP Jawa BaratSalah satu cara untuk meningkatkan produksi tomat adalah dengan penggunaan varietas unggul baru. Tujuan penelitian adalah mengetahui respon berbagai varietas unggul baru terhadap produksi tomat di lahan kering dataran tinggi Kabupaten Garut, Jawa Barat. Percobaan dilaksanakan di Desa Rancasalak, Kecamatan Kadungora, Kabupaten Garut, Jawa Barat pada ketinggian 900 mdpl dari Januari hingga Mei 2015. Percobaan dilaksanakan di lahan kering dengan jenis tanah andisol. Penelitian dilaksanakan dengan rancangan acak kelompok dengan 4 perlakuan varietas dan 6 ulangan dengan petani sebagai ulangan. Perlakuan varietas yang diuji adalah Warani, Maya, Marta, dan Permata. Data dianalisis dengan Anova dan apabila berbeda nyata dilanjutkan dengan uji contras ortogonal dan uji korelasi pada P<0.05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok varietas dataran tinggi memiliki produksibuah per ha, bobot per buah, diameter buah, dan panjang buah nyata lebih tinggi, tetapi jumlah buah per tandan nyata lebih rendah dibandingkan varietas dataran rendah. Peubah yang berpengaruh terhadap produksi buah adalah jumlah buah per tandan (-75%), panjang buah dan lebar buah (60,9%), dan bobot per buah (60,4%).
- ItemVariasi dosis pupuk organik pada tanaman kedelai di lahan sawah tadah hujan Kabupaten Garut(BPTP Jawa Barat, 2015-10-16) Sujitno, Endjang; Tedy, Sumarno; BPTP Jawa BaratProduktivitas kedelai nasional saat ini masih sangat rendah, yaitu 1,3 ton/ha. Padahal potensinya masih dapat ditingkatkan sampai 2,5 ton/ha melalui pemanfaatan teknologi dan pemeliharaan yang intensif. Salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas kedelai adalah dengan pemberian pupuk organik. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk organik terhadap terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai. Lokasi penelitian dilaksanakan di Desa Wanaraja Kecamatan Wanaraja Kabupaten Garut pada lahan sawah tadah hujan. Waktu pelaksanaan mulai bulan April sampai Juli 2014, pada MK I. Rancangan yang digunakan adalah acak kelompok dengan empat perlakuan yaitu takaran pemberian pupuk organik yaitu masing-masing : 1,0 ; 1,50; 2,00 ; dan 2,50 t/ha sebanyak 6 ulangan. Varietas kedelai yang digunakan adalah Argomulyo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil produksi yang diperoleh pada perlakuan dosis pupuk organik 1,5 t/ha, 2,0 t/ha dan 2,5 t/ha tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dengan masing-masing produksi sebesar 2,1 t/ha, 2,3 ton/ha dan 2,5 ton/h tetapi ketiga perlakuan tersebut berbeda dengan perlakuan pemberian dosis pupuk 1,0 t/ha dengan produksi sebesar 1,9 ton/ha.