Browsing by Author "Soplanit, Alberth"
Now showing 1 - 10 of 10
Results Per Page
Sort Options
- ItemEffect of sucker weight and seedling site on the growth of sago seedlings (Metroxylon sago Rottb.) in Papua(IOP Publishing, 2021-01-01) Soplanit, Alberth; Rumbarar, Merlin K.; Beding, Petrus; IOPThis study aims to obtain sucker weight and appropriate seedling site as a source of sago seeds by using seedling techniques in polybags to improve seed quality on sago cultivation. The experiment used a factorial design arranged in a randomized block design with three replications. Factor A, namely sucker weight, consisted of <999 g, 1000-1499 g, 15001999 g and > 2000 g. Factor B is the seedling site, consisting of laying seeds in the field, greenhouse and paranet of 60%. The results of the study showed that there was no interaction between the sucker weight combined with the seedling site, but the sucker weight had a significant effect on the number of rachis and the number of primary roots per plant and the percentage of life seedlings. Higher rachis growth was 3.8 obtained from medium-sized sucker weights (1000-1499 g and 1500-1999 g) and the highest number of primary roots was 41.3. It is obtained at sucker weights of 1000-1499 g. Meanwhile, the higher percentage of seedling survival was obtained at medium to large sucker weights of 66.3-71.0%. Thus, multiplication of sago seeds using medium-sized sucker on polybag media is highly suggested
- ItemThe integration model of sweet potato-pigs in the Papua highlands(IOP Publishing, 2021-01-01) Soplanit, Alberth; Tirajoh, Siska; Tiro, Batseba MW; Dominanto, Ghalih P.; Rumbarar, Merlin K.; IOPSweet potato-pigs integration system (hipere-wam) is a model that farmer can apply to maintain production in highland area. The aim of this study is to produce a specific location model of sweet potato-pigs integration technology in the sweet potato center area. The results of the study show that sweet potato production during the four months of the assessment with the wet tuber weight for Musan cultivar was 0.90 kg/ plant or 21.67 t/ha and Cangkuang cultivar was 1.06 kg/plant or 25.47 t/ha, respectively. Biomass production was 0.84 kg/plant or 20.24 t/ha for Musan cultivar and 0.76 kg/plant or 18.31 t/ha for Cangkuang cultivar, respectively. The increase in the body weight of introduced pigs was 157 g/head/day, compared to the farmer's which was of 50 g/head/day. Based on the calculation of the level of consumption of pigs during the assessment, it shows that the average feed requirement from sweet potato was 1.5 kg /head/day or 180 kg /head /4 months or 2.880 kg/16 heads/4 months. The calculation of organic fertilizer from wet livestock manure for four months of maintenance was 480 kg or 30.0 kg/head or 0.30 kg/head/day. If it is assumed that 0.065-0.066 hectare land contains 1.733-1.760 plants, the contribution of organic fertilizer from pig manure to sweet potato plants is 130 - 140 g/plant/4 months.
- ItemKETERSEDIAAN TEKNOLOGI DAN POTENSI PENGEMBANGAN UBI JALAR (Ipomoea batatas L.) DI PAPUA(Badan Litbang Pertanian, 2007-04-24) Limbongan, Jermia; Soplanit, Alberth; Kementrian PertanianPengembangan ubi jalar (Ipomoea batatas L.) di Papua didukung oleh ketersediaan sumber daya alam, baik tanah maupun iklim, serta sumber daya manusia yang memadai. Selain sebagai makanan pokok masyarakat setempat, ubi jalar juga dimanfaatkan sebagai pakan babi serta sebagian diperjualbelikan. Produksi ubi jalar di Papua pada tahun 2000–2005 berfluktuasi dengan pertumbuhan 12,26%/tahun. Pertumbuhan tersebut sebagai akibat peningkatan luas panen dan produktivitas. Pengembangan ubi jalar ke depan perlu didukung oleh inovasi teknologi, antara lain varietas unggul, teknologi budi daya, pengendalian hama dan penyakit, panen dan pascapanen, serta sosial ekonomi dan pemasaran. Tersedianya teknologi usaha tani ubi jalar yang sesuai dengan karakteristik Papua, yang didukung oleh infrastruktur yang memadai, akan mempercepat upaya pengembangannya, baik melalui peningkatan areal tanam maupun produktivitas.
- ItemPeluang Pengembangan Usahatani Kentang Organik di Dataran Tinggi Jayawijaya(Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2005) Soplanit, Alberth; Susanto, Andriko Noto; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Malukuusahatani kentang merupakan salah satu cabang usahatani sayuran yang utama dalam memberikan kontribusi pendapatan bagi mereka, hal ini disebabkan harga kentang relative stabil jika dibandingkan dengan sayuran lain. System usahatani yang masih tradisional dengan teknologi yang sederhana sangat berdampak terhadap menurunnya produksi kentang Jayawijaya. Pada tahun 1999 produksi kentang Jayawijaya 12,9 t/ha namun selama kurung waktu 4 tahun terakhir produksi jauh menurun hngga 6 t/ha pada tahun 2002 padahal potensi produksi bisa mencapai 20-30 t/ha. Usahatani kentang di Jayawijaya telah dilakukan secara tuun temurun seiring masuknya misionaris eropa dengan memperkenalkan tanaman kentang kepada masyarakat local, namun karena tingkat pengetahuan petani masih renah maka upaya untuk meningkatkan produktivitas kurang diperhatikan. Upaya-upaya yang perlu dilakukan ke depan untuk pengembangan usahatani kentang adalah penggunaan bibit unggul yang memiliki daya adaptasi tinggi serta upaya peningkatan kesuburan tanah dan pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pupuk organic, dan pestisida organic. Disamping itu peranan kelembagaan pemerintah melalui kegiatan penyuluhan yang intensif disertai demplot sangatlah diperlukan. Demikian juga perlu adanya sentra-sentra pembibitan sebagai sumber bibit unggul untuk memperbaiki mutu bibit kentang
- ItemPengkajian Pemupukan Organik pada Tanaman Kentang di Dataran Tinggi Papua(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2007) Soplanit, Alberth; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuPengkajian pemupukan organik pada tanaman kentang di dataran tinggi Papua dilakukan di desa Hublkiak. Distrik Hublkiak dataran tinggi Kabupaten Jayawijaya, Propinsi Papua dari bulan Juni-Desember 2005. Pengkajian ini menggunakan pupuk alternatif dengan tepat dan efisien sesuai kebijakan pemerintah daerah Kabupaten Jayawijaya untuk menggunakan pupuk organik dalam meningkatkan produktivitas lahan. Beberapa tingkatan perlakuan yang menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dalam 2 faktor. Faktor pertama adalah pupuk bokashi dengan taraf 0 t/ha atau tanpa bokashi (BO), 0,25 kg/tan (B1); 0,5 kg/tan (B2) ; 0,75 kg/tan (B3) dan 1 kg/tan (B4). Sedangkan faktor kedua adalah varietas, yakni manohara N5 (V1); Merbabu-17 (V2) dan DEA (V3). Hasil pengkajian menunjukkan bahwa pemberian pupuk dari kotoran babi + Em4 + jerami tanaman cover crop Sundaleka (Puerasia cephaloides) dan dedak merupakan pupuk dengan mikroorganisme yang efektif sehingga memberikan prospek yang baik dalam meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas tanaman kentang, sedangkan untuk varietas hasil menujukkan bahwa Varietas Merbabu-17 memiliki tinggi, jumlah umbi, berat umbi, serta produksi hasil lebih tinggi dari varietas Manohara dan DEA. Produksi kentang varietas merbabu pada taraf dosis pupuk organik 0,5 kg/tan dan varietas DEA pada taraf 1 kg/tan serta manohara pada taraf 1 kg/tan menghasilkan 1030,7 gr umbi/tan atau 20,61 ton/ha ; 61 t/ha; 980 gr umbi/tan atau 19,60 t/ha dan 881,1 gr umbi/tan atau 17,62 t/ha.
- ItemPertumbuhan Dan Hasil Pokem Merah Pada Cara Tanam Berbeda Di Kabupaten Biak Numfor(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2017) Soplanit, Alberth; Rumbarar, Merlin; Baliadi, Yuliantoro; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuTujuan pengkajian di Desa Kajasbo, Distrik Biak Timur, Kabupaten Biak Numfor pada Oktober 2012 hingga Februari 2013 adalah untuk mengetahui pertumbuhan dan hasil pokem merah (Setaria italica L.) pada tiga cara tanam berbeda. Kajian menggunakan Rancangan Acak Kelompok, tiga perlakuan jarak tanam dan diulang tiga kali. Tiga perlakuan cara tanam adalah: CT1: tebar dalam larikan (jarak antar larikan 75 cm), CT2: tanam tugal (jarak tanam 75 x 25 cm), dan CT3: tanam pindah (jarak tanam 75 x 25 cm). Luas masing-masing petak perlakuan 3 m x 10 m. Peubah yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah anakan produktif, panjang, jumlah dan bobot malai serta bobot biji. Hasil pengkajian menunjukan bahwa CT2 menghasilkan tinggi tanaman, jumlah anakan produktif, panjang malai, jumlah dan bobot malai serta bobot biji per petak lebih tinggi dibandingkan CT1 dan CT3. Hasil per hektar juga menunjukan bahwa CT2 menghasilkan 1.014 kg/ha, yang lebih tinggi dibandingkan dengan CT1 (810 kg/ha) dan CT3 (775 kg/ha). Penggunaan benih juga lebih hemat pada CT2 yakni 50 kg/ha, sedangkan pada CT1 dan CT3 masing-masing sebanyak 350 kg/ha dan 250 kg/ha. Disimpulkan bahwa budidaya pokem di Kabupaten Biak dianjurkan dengan cara tanam tugal karena memberikan pertumbuhan dan hasil pokem merah yang paling baik mencapai 1.014 kg/han atau 2535% diatas cara tanam larikan dan pindah.
- ItemRelationship between yield and growth of sweet potato (Ipomoea batatas L.) on abiotic stress in Papua highland, Indonesia: Adaptation of varieties and sticks inclination angles(Bioscience Research, 2018-02-15) Soplanit, Alberth; Guritno, Bambang; Suminarti, Nur E.; Bioscience ResearchOne of the strategies to increase the use of low solar radiation in sweet potato plants (Ipomoea batatas Lam.) in Papua highlands is to modify the plant environment. The research was done by adapting the varieties and sticks inclination angles on the abiotic stress condition due to the high level of resistance. The field experiment used three varieties of sweet potato, combined with four sticks angles using a randomized group design with three replications. Sweet potato yield consistently correlated strongly with leaf area index, crop growth rate, net assimilation rate and total dry weight. Results of tuber yields per hectare were strongly correlated with LAI (r = 0.771**), CGR (r = 0.868**), strongly correlated with NAR (r = 587*) and were very strongly related with TDW (r = 0.904**). Cangkuang variety combined with 60 0 and 90 0 angles yielded tubers of 28.86 t ha -1 and 31.53 t ha -1 .
- ItemResponse of sweet potato yield components to stakes angle and mulch type: Sweet potato cultivation in the Papua highlands(IOP Publishing, 2021-01-01) Soplanit, Alberth; Rumbarar, Merlin K.; IOPThis study aims to improve the ability of sweet potato plants to obtain photosynthetic active radiation through a combination of stake angle with mulch as a reflector. The experiments were arranged in a separate plot design with three replications. The main plot consisted of Cangkuang variety with 90° stakes and Cangkuang varieties with 60° stakes. The subplots consisted of no mulch, straw mulch, white sand mulch, clear plastic mulch, and black silver plastic mulch. The results showed that the use of mulch as a reflector on both stake angle was able to increase photosynthesis active radiation by 27.84% to 34.63% compared to without mulch at 16.82%, and the optimum leaf area index at the age of 100 DAP was 3.74 to 4.45 at stake angle of 90° and 3.23 to 4.10 at stake angle of 60°. The number of tubers per plant increased and reached the highest of 3.17 and 4.50 in straw mulch, the number of marketable tubers from 51.90% to 59.23% compared to without mulch of 41.97% for stakes angle of 90° and 44.67% to 65.83% compared without mulch of 32.47% for stakes angle of 60
- ItemTeknik Penggunaan Ajir pada Beberapa Varietas Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) di Dataran Tinggi Papua(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua, 2020-06-24) Soplanit, Alberth; Rumbarar, Merlin K.; Tirajoh, Siska; Suminarti, Nur E.; Kementrian PertanianPenelitian ini bertujuan untuk mendapatkan efisiensi penggunaan energi radiasi matahari yang tinggi dengan mengkombinasikan varietas dan kemiringan (sudut terhadap horizontal) ajir pada budidaya tanaman ubi jalar di dataran tinggi Papua. Penelitian berlangsung pada tanah entisol, ketinggian 1560 m di atas permukaan laut dari bulan April - September 2016. Rancangan lingkungan adalah faktorial yang disusun dalam Rancangan Acak Kelompok dengan tiga ulangan. Faktor A (varietas) terdiri dari tiga varietas, yakni Siate (lokal), Papua Sollosa dan Cangkuang; faktor B (sudut kemiringan ajir) terdiri dari empat sudut yakni tanpa ajir, kemiringan ajir 45°, 60°, dan 90°. Hasil penelitian menunjukkan bahwa luas daun spesifik (LDS) menurun mengikuti peningkatan kemiringan ajir pada semua varietas, dengan bobot kering umbi tertinggi 248,7 g per tanaman dihasilkan oleh varietas Cangkuang pada kemiringan ajir 90°. Hasil umbi tertinggi secara berturut-turut diperoleh oleh varietas Cangkuang pada kemiringan ajir 90° dan 60° masingmasing 31,53 ton per ha dan 28,86 ton per ha. Pada kondisi cekaman abiotik akibat tingkat keawanan tinggi di dataran tinggi Papua, dianjurkan untuk menanam varietas ubi jalar Cangkuang atau varietas dengan karakter berdaun lebar dikombinasikan dengan penggunaan ajir dengan kemiringan 90° dan 60°.
- ItemYield trial and sensory evaluation of sweetpotato cultivars in Highland Papua and West Papua Indonesia(2013-09-22) Saraswati, P; Soplanit, Alberth; Syahputra, A.T; Kossay, L.; Muid, N.; Ginting, E; Lyons, GWith the aim of improving income and nutrition of indigenous highland people in Papua and West Papua provinces of Indonesia, trials involving introduced and local sweetpotato (Ipomoea batatas L.) cultivars were conducted in the Baliem Valley and Arfak Mountains (Minyambouw), Indonesia. Tuber yield and other agronomic traits, chemical content and sensory traits for 17 introduced and three local sweetpotato cultivars were evaluated. Total tuber yield varied from 7.4 to 20.8 Mg ha –1 in the Baliem Valley and from 1.9 to 14.4 Mg ha in Minyambouw. The introduced cultivars produced higher yields than the local cultivars in both regions. Cultivar Papua Pattipi produced the highest yield in the Baliem Valley, while Sawentar produced the highest yield in Minyambouw. Cultivars varied in dry matter, protein, and betacarotene. Worembai was best for tuber flesh colour, taste, texture and sweetness in the Baliem Valley, while Helaleke and Papua Salosa scored highest for all sensory traits in Minyambouw. Introduced sweetpotato cultivars adapted well to both areas. In order to reduce malnutrition and increase income, it is important to grow several sweetpotato cultivars in each food garden, including high yielding cultivars and those with specific nutritional traits, such as high protein, provitamin A and anthocyanins.