Browsing by Author "Setiani, Cahyati"
Now showing 1 - 9 of 9
Results Per Page
Sort Options
- ItemCrop-Livestock Integration in Farming System at Irrigation Area Case Study: Grobogan District, Central Java(Indonesian Center for Animal Research and Development, ) Prasetyo, Teguh; Setiani, Cahyati; Kartaatmaja, Sunendar
- ItemHubungan Antara Dinamika Kelompok dengan Produktivitas Kelompok Tani(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2020) Wulanjari, Munir Eti; Setiani, Cahyati; Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi PertanianDinamika kelompok adalah suatu metoda dan proses yang bertujuan meningkatkan nilai kerjasama kelompok. Dinamika kelompok dipengaruhi oleh faktor internal maupun eksternal. Banyaknya kelompok tani yang tidak aktif, berpengaruh pada upaya pembangunan pertanian yang sebagian digerakkan oleh penyuluhan melalui kelompok tani. Kelompok tani yang aktif dan berhasil sebagai unit belajar, kerjasama, produksi dan usaha sangat mendukung keberhasilan pembangunan pertanian. Sebaliknya, kelompok tani yang kurang/tidak aktif akan menyebabkan pembangunan pertanian terhambat. Hasil penelitian di Indonesia tentang dinamika kelompok menyebutkan bahwa terdapat hubungan positif antara dinamika kelompok dan produktivitas anggota kelompok. Artinya makin tinggi tingkat dinamika suatu kelompok maka makin tinggi produktivitas yang akan diperoleh suatu kelompok tersebut, baik berupa kemampuan kelompok dalam mencapai tujuan kelompok, membangun semangat berkelompok, dan memperoleh kepuasan. Unsur-unsur yang perlu dipertimbangkan dalam menumbuhkan dinamika kelompok adalah; (1) tujuan kelompok; (2) struktur kelompok; (3) fungsi tugas; (4) pengembangan dan pembinaan kelompok; (5) kekompakan kelompok; (6) suasana kelompok; (7) tekanan kelompok; (8) keberhasilan kelompok; dan (9) keinginan tersembunyi. Tulisan ini merupakan review dari beberapa hasil penelitian dan pustaka yang terkait dengan hubungan antara dinamika kelompok dengan produktivitas kelompok.
- ItemIndustri Pertanian 4.0(BPTP JATENG (Warta), 2019) Hermawan, Agus; Setiani, Cahyati; BPTP JATENGRevolusi industri selalu ditandai dengan penemuan teknologi yang mapu merubah tatanan kehidupan manusia. RI 1.0 ditemukan mesin uap yang dapat menggantikan tenaga manusia dan hewan. RI 2.0 ditemukan energi listrik yang dapat menghasilkan produksi dalam jumlah besar yang memicu penemuan lainnya seperti lampu, mesin telegraf, dan teknologi ban berjalan. RI 3.0 melahirkan teknologi informasi dan proses produksi yang dikendalikan secara otomatis
- ItemInovasi Teknologi dan Kelembagaan Korporasi dalam Sistem Pertanian Modern(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)/BBSIP Padi, 2015-08-06) Setiani, Cahyati; Jauhari, Sodiq; Haryati, UmiPengkajian inovasi teknologi dan kelembagaan korporasi dilakukan dalam sistem pertanian modern di Kabupaten Sukoharjo pada Januari – Juni 2015. Pengkajian dilakukan dengan metode studi pustaka, survei, dan Focus Group Discussion (FGD). Responden 30 petani yang diambil secara purposive random sampling. Sistem pertanian modern diterapkan pada lahan sawah seluas 100 ha dengan inovasi teknologi yang diterapkan adalah pengelolaan tanaman terpadu (PTT) padi dan kelembagaan korporasi. Data yang dikumpulkan meliputi efisiensi dan efektivitas inovasi teknologi dan kelembagaan korporasi. Data yang dikumpulkan dianalisis secara deskriptif, finansial, dan analisis EFQM. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa: i) inovasi teknologi PTT padi diterapkan secara penuh (5%), sebagian (75%), dan tidak diterapkan (20%), ii) sistem usahatani padi di lahan sawah belum efektif dan efisien, iii) tingkat kinerja kelembagaan korporasi mencapai 9,71%. Berdasarkan hasil pengkajian disimpulkan bahwa usahatani padi di lahan sawah tidak merupakan sumber pendapatan utama sehingga inovasi teknologi yang diintroduksikan harus bersifat aplikatif dan tidak dianggap rumit oleh petani. Hal tersebut mengakibatkan kelembagaan korporasi kurang efektif dan efisien. Penyiapan sarana pendukung yang terkait bagi keberlanjutan penerapan inovasi teknologi PTT dan kelembagaan korporasi perlu lebih dipersiapkan
- ItemPenerapan Mekanisasi Pada Usahatani Padi Dalam Rangka Mengatasi Kelangkaan Tenaga Kerja Dan Mendukung Tanam Serempak di Jawa Tengah(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)/BBSIP Padi, 2015-08-06) Prasetyo, Teguh; Setiani, Cahyati; Jauhari, SodiqUsahatani padi di lahan sawah intensif memerlukan inovasi teknologi, salah satunya adalah penggunaan benih padi VUB. Umur tanaman padi dengan menggunakan benih VUB relatif pendek, sehingga mensyaratkan periode kerja pengolahan lahan, saat tanam, pemeliharaan, dan panen harus dikerjakan dalam waktu singkat dan serempak. untuk mengatasi hal tersebut diperlukan mekanisasi pertanian dalam usahatni padi. Untuk mengetahui penggunaan mekanisasi pada usahatani padi dalam mengatasi kelangkaan tenaga kerja dan mendukung tanam serempak telah dilakukan pengkajian. Pengkajian dilakukan di Desa Jetak, Kecamatan Sidoharjo, Kabupaten Sragen. Lokasi pengkajian ditetapkan di blok III seluas 5 ha yang dikuasai oleh 22 orang petani yang tergabung dalam Kelompok Tani ”Tani Mulyo III”. Lokasi tersebut merupakan daerah sentra produksi padi, dengan pola tanam padi-padi-padi. Metode yang digunakan adalah membandingkan penggunaan mekanisasi pertanian secara penuh dalam sistem usahatani padi seperti transplanter, traktor, power sprayer, dan mesin panen dengan manajemen eksisting. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa ada tiga jenis sistem pengupahan tenaga kerja diluar keluarga untuk usahatani padi di lokasi pengkajian yaitu upah borongan, upah waktu, dan upah premi. Upah tenaga kerja untuk kegiatan usahatani padi relatif tinggi, pada manajemen usahatani eksisting rata-rata sebesar Rp 6.230.000,-/ha, sedangkan pada manajemen usahatani padi menggunakan mekanisasi secara penuh sebesar Rp 5.660.000,-/Ha. Biaya tenaga kerja tertinggi pada manajemen usahatani eksisting maupun dengan mekanisasi pertanian secara penuh adalah pada saat pengolahan lahan, tanam, dan panen. Dari aspek waktu dapat meningkatkan efisiensi sebesar 25,86%-27,55%, dari aspek biaya dapat meningkatkan nilai efisiensi sebesar 11,71%, dan dari aspek jumlah orang kerja dapat meningkatkan efisiensi sebanyak 45,07 %. Pendapatan usahatani padi yang menerapkan manajemen eksisting di lokasi penelitian adalah sebesar Rp. 21.547.600,-/ha/musim tanam dengan R/C rasio sebesar 3,22. Pada petani yang menerapkan manajemen usahatani dengan mekanisasi pertanian secara penuh, pendapatan yang diperoleh rata-rata sebanyak Rp 25.638.800,-/ha/ musim tanam dengan R/C rasio sebesar 3,84.
- ItemPengembangan Kawasan Pertanian Padi Berbasis Korporasi Petani di Jawa Tengah : Suatu Pemikiran untuk Dipertimbangkan(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2020) Prasetyo, Teguh; Setiani, Cahyati; Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi PertanianSempitnya luas lahan pertanian padi yang dikuasai oleh petani, terutama di Jawa akan sulit memperoleh tingkat efisiensi usaha, demikian juga akan sulit mencapai tingkat efektivitas dalam pemanfaatan sumberdaya, sedangkan dari sisi standartdisasi mutu, mengandung risiko ketidak seragaman mutu hasil. Hal ini akan mempengaruhi biaya dan keuntungan usahatani, sehingga pendapatan yang diperoleh relaitf kurang optimal. Berbagai hasil kajian menunjukkan bahwa pendapatan yang diperoleh dari usahatani skala kecil dinilai belum layak, sehingga tidak mampu untuk mencukupi kebutuhan hidup rumah tangga petani. Sebagai contoh adalah petani padi yang menguasai lahan seluas 0,26 Ha, rata-rata pendapatan yang diperoleh per periode musim tanam adalah sebesar Rp 5.420.376,00. Apabila setiap periode musim tanam adalah empat bulan, maka pendapatan petani rata-rata hanya Rp 1.355.094,00/bulan. Untuk meningkatkan efisiensi usahatani dan kesejahteraan petani, berbagai upaya sudah pernah diuji coba dan diterapkan secara luas, sebagai contoh adalah pengembangan Koperasi Unit Desa (KUD), pengembangan kawasan usaha pertanian, pengembangan kawasan Agropolitan, Primatani, Gerakan Peningkatan Produksi Padi melalui Korporasi (GP3K), dan Corporate Farming (CF). Pada tahun 2000, pendekatan CF pernah diterapkan di berbagai kabupaten - provinsi di Indonesia yaitu suatu pendekatan pengembangan pertanian dimana para petani sehamparan menyerahkan pengelolaan lahan dan usaha pertaniannya kepada satuan lembaga manajemen. Dalam implementasi tampaknya belum seperti yang diharapkan terutama dalam hal konsolidasi lahan dan pemasaran hasil, sehingga sebagian besar kembali kepada kondisi semula. Saat ini tampaknya ada pemikiran perlunya untuk dikembangkan kembali konsep pengembangan kawasan pertanian berbasis korporasi petani. Berdasarkan atas pengalaman empiris dalam pengembangan pertanian melalui pendekatan CF, penulis mencoba menuangkan pemikiran yang didasarkan atas pengalaman dan pengetahuan untuk dipertimbangkan penerapannya, salah satunya adalah mengimplementasikan pemberdayaan SDM dan kelembagaan petani secara konsisten serta menambah aktivitas petani untuk melakukan usaha prosesing padi menjadi beras pecah kulit secara korporasi.
- ItemPeran Produsen dalam Mendukung Pengembangan Kawasan Mandiri Benih Padi di Jawa Tengah(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2020) Setiani, Cahyati; Wulanjari, Munir Eti; Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi PertanianPengkajian mengenai peran produsen dalam mendukung pengembangan kawasan mandiri benih padi dilakukan di Kabupaten Sragen pada Februari 2019. Pengkajian dilakukan dengan metode survei dan Focus Group Discussion. Survei menggunakan kuesioner terstruktur dilakukan terhadap petani, ketua Gapoktan, ketua kelompok tani, penyuluh, dan aparat desa, sedangkan peserta FGD mencakup petugas dinas pertanian, penyuluh, BPSB, dan aparat desa. Data dan informasi dianalisis secara deskriptif dan eksplanatif. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa: 1) Kualitas benih yang digunakan petani adalah selalu menggunakan benih bersertifikat (50%); tidak selalu menggunakan benih bersertifikat (tergantung musim) (40%); menggunakan benih dari hasil panen sendiri (8%); dan minta/beli kepada petani lain yang panennya bagus (2%). 2) Kebutuhan benih tidak dimasukkan dalam RDK/RDKK sehingga sulit diprediksi, terutama mengenai varietas yang akan ditanam. 3) Perlu merubah orientasi dan pendekatan dalam peningkatan kapasitas produsen benih di perdesaan. 4) Aparat desa sangat mendukung kemandirian benih padi bagi petani, dengan ikut mempromosikan benih yang diproduksi ke daerah lain. 5) Permasalahan dominan produsen dalam mendukung pengembangan kawasan mandiri benih padi adalah varietas dan keterbatasan modal, serta ketidakpastian pasar.
- ItemPerbenihan Pajalele (Padi, Jagung, Kedelai) dan Teknologi Pendukung(BPTP Jawa Tengah / Warta inovasi, 2017) Hariyanto, Wahyudi; Setiani, Cahyati; Triastono, JokoBenih varietas unggul merupakan komponen terpenting yang berperan dalam menentukan produktivitas usahatani. Terjaganya pasokan benih unggul akan memudahkan petani untuk mencapai hasil yang optimal sesuai harapannya. Beberapa kebijakan Pemerintah tentang perbenihan bertujuan untuk menjaga ketersediaan dan menjamin penggunaan benih varietas unggul bersertifikat dan berkualitas.
- ItemRespon Petani Terhadap Inovasi Teknologi Padi di Jawa Tengah(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)/BBSIP Padi, 2015-08-06) Eti Wulanjari, Munir; Setiani, Cahyati; Jauhari, SodiqLahan pertanian semakin lama semakin berkurang, sebagai akibat dari beralihnya fungsi lahan pertanian ke non pertanian. Dari kondisi tersebut peluang yang masih dapat dilakukan untuk peningkatan produksi adalah dengan perbaikan teknologi budidaya, seperti peningkatan penggunaan benih unggul, pemupukan yang sesuai dengan anjuran teknologi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon petani terhadap teknologi budidaya padi. Penelitian dilaksanakan di Jawa Tengah pada bulan Juni-September 2015. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja yaitu tiga daerah yang dianggap mewakili wilayah dengan tingkat produksi tinggi, sedang dan rendah. Setiap kabupaten dipilih dua Kecamatan. Kabupaten yang mewakili tingkat produksi tinggi adalah Kabupaten Sukoharjo (Kecamatan Polokarto dan Mojolaban). Kabupaten Pati mewakili tingkat produksi sedang (Kecamatan Wedarijaksa dan Jaken), sedangkan daerah yang mempunyai tingkat produksi rendah diwakili Kabupaten Batang ( Kecamatan Reban dan Tersono). Penelitian dilakukan dengan metode survei. Pengambilan sampel dilakukan secara acak sederhana dengan jumlah sampel 184 responden yaitu 62 responden dari Kabupaten Pati, 62 responden dari Kabupaten Sukoharjo dan 60 responden dari Kabupaten Batang. Pengumpulan data melalui wawancara dengan kuesioner terstruktur. Data yang terkumpul disajikan dalam bentuk tabel/diagram dan dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: respon petani terhadap teknologi di semua lokasi yang paling tinggi persentasenya adalah segera mencoba/menerapkan teknologi baru tersebut (37,4-70,97%). Sedangkan untuk respon petani terhadap teknologi anjuran yang disampaikan oleh penyuluh/ peneliti di semua lokasi yang paling tinggi persentasenya adalah menerapkan pada sebagian lahan yang dikuasai (31,03-74,19%), yang langsung menerapkan hanya 6,67-27,59%. Inovasi teknologi padi diarahkan pada petani yang berusia relatif muda (25-40 tahun), pendidikan setingkat SLTA ke atas, dan pemilikan lahan > 0,5 ha, serta diperlukan penguatan peran kelompok tani yang diikuti dengan peningkatan peran penyuluh.