Browsing by Author "Randriani, Enny"
Now showing 1 - 11 of 11
Results Per Page
Sort Options
- ItemGenetic Variation Within Population of Yellow-Berried Arabica Coffee Cultivars at Farmers Field Based on SSRs Markers(Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2016-07-30) Dani, Dani; Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar; Izzah, Nur Kholilatul; Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan; Randriani, Enny
- ItemKEKERABATAN PLASMA NUTFAH AKSESI SUMEDANG(Unit Penerbitan dan Publikasi, 2019) Randriani, Enny; Tresniawati, Cici; Wicaksono, Ilham; Balai Penelitian Tanaman Industri dan PenyegarPenelitian ini dilakukan untuk mengetahui keragaman dan kekerabatan 18 pohon kemiri sunan (Reutealis trisperma (Blanco) Airy Shaw). Nomor‐nomor kemiri sunan dipilih secara acak sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keragaman karakter vegetatif yaitu karakter panjang daun muda (KK 32.77 %), lebar daun muda (KK 34.667 %), panjang tangkai daun muda (KK 30.342 %), karakter generatif berat buah (KK 19.344 %) dan berat kulit buah (KK 20.157 %) termasuk kategori sangat tinggi. Oleh karena itu seleksi terhadap karakter‐karakter tersebut akan memberikan kemajuan yang cukup besar bagi perbaikan tanaman melalui program pemuliaan berikutnya. Pengelomokan aksesi menggunakan analisis gerombol (cluster analysis) berdasarkan keragaman sifat morfologi diantara 18 nomor kemiri sunan. Hasil analisis menunjukkan terdapat dua kelompok besar aksesi, kelompok pertama terdiri dari no. 7 dan no. 8, sedangkan kelompok kedua terdiri dari 16 nomor lainnya.
- ItemKERAGAAN BEBERAPA POPULASI VARIETAS KOPI ARABIKA LOKAL DI KABUPATEN GARUT(PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN, 2015-12) Dani; Randriani, EnnyKabupaten Garut merupakan salah satu daerah penghasil kopi di Jawa Barat. Varietas kopi Arabika lokal Garut, yang dikenal dengan istilah kopi Buhun, sudah berkembang sejak jaman kolonial Belanda sehingga produknya sudah dikenal oleh para penggemar dan penikmat kopi (konsumen), baik yang ada di dalam maupun di luar negeri. Pengembangan varietas lokal tersebut harus diimbangi dengan ketersediaan sumber benih yang memenuhi standar fisik, genetis, dan fisiologis. Kegiatan ini bertujuan untuk melakukan identifikasi dan penilaian populasi tanaman kopi Arabika varietas lokal di beberapa lokasi pengembangannya di Kabupaten Garut. Hasil identifikasi menunjukan bahwa terdapat 10 populasi varietas kopi Arabika lokal Garut (tipe Typica) yang terdapat di sembilan lokasi (desa) dalam cakupan lima kecamatan di wilayah Kabupaten Garut. Lokasi-lokasi tersebut berada pada ketinggian 1.000 m dpl sampai 1.350 m dpl. Kondisi pertanaman kopi dalam setiap populasi sangat beragam disebabkan oleh perbedaan umur, kerapatan tanam, dan pemeliharaan tanaman. Dari 10 populasi yang dinilai, salah satu di antaranya dinilai berpotensi menjadi kebun sumber benih, yaitu populasi yang terletak di Kampung Pelag, Desa Sukalilah, Kecamatan Sukaresmi.
- ItemKERAGAAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) HASIL PERBANYAKAN EMBRIO SOMATIK DI KEBUN PERCOBAAN PAKUWON(PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN, 2014-12) Randriani, Enny; Dani; Sulistiyorini, IndahTeknik embrio somatik (SE) adalah salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan dalam penyediaan bahan tanaman kakao yang dilakukan secara in vitro. Perbanyakan tanaman dengan SE lebih menguntungkan karena selain memperoleh bibit klonal dalam jumlah massal dengan waktu yang singkat juga diharapkan memiliki variasi somaklonal yang lebih sedikit. Hal ini dikarenakan planlet yang terbentuk berasal dari sel embriogenik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat keragaan tiga klon kakao hasil embriogenesis somatik fase vegetatif. Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Pakuwon, Balai Penelitan Tanaman Industri dan Penyegar pada Juni sampai Agustus 2014. Ketinggian tempat 450 meter di atas permukaan laut, jenis tanah latosol. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok dengan 3 perlakuan tanaman kakao asal SE yaitu ICCRI 03, ICCRI 04, dan Sulawesi 2 yang diulang sebanyak 5 kali. Jarak tanam kakao yang digunakan adalah 3 x 3 m, tahun tanam Desember 2012. Hasil penelitian menunjukkan terdapat keragaman karakter vegetatif yaitu tinggi jorket, diameter batang utama, panjang daun, lebar daun dan panjang tangkai daun. Terdapat varian yang tidak sama karakter flush (daun muda) dengan deskripsi klon referensi yang dijadikan tetua SE. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui penyebab keragaman ini dengan analisis molekuler.
- ItemMorfologi Tanaman Ganyong (Canna edulis KERR)(Unit Penerbitan dan Publikasi, 2019) Syafaruddin, Syafaruddin; Udarno, Laba; Randriani, Enny; Balai Penelitian Tanaman Industri dan PenyegarDalam upaya mengatasi krisis energi, pemerintah terus berusaha, sehingga pemerintah mengeluarkan Kebijakan Energi Nasional melalui Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2006, yang berisi penyediaan biofuel sebesar 5 % pada tahun 2025 dengan cara memanfaatkan komoditi pertanian sebagai sumber energi alternatif, diantaranya adalah Jarak Pagar dan Kelapa Sawit sebagai penghasil bio diesel untuk substitusi solar. Tanaman tebu, ubi kayu dan sorghum sebagai penghasil bio ethanol untuk substitusi premium. Selain itu pemerintah juga mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2006, sebagai upaya agar penyelenggara negara baik pusat maupun daerah mendukung program pengembangan energi nabati (bio energy) sebagai bahan bakar lain (bio fuel). Bioenergi didefinisikan sebagai energi yang dapat diperbaharui yang diturunkan dari biomassa yaitu bahan yang dihasilkan oleh mahluk hidup (tanaman, hewan, dan mikroorganisme). Kelebihan dari bioenergi adalah dapat diperbaharui, bersifat ramah lingkungan, dapat terurai, mampu mengeliminasi efek rumah kaca, kontinuitas vahan bakunya terjamin (asalkan kita mau menanam, budidaya dan memelihara ternak). Tanaman lain yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif adalah ganyong (Canna edulis KERR.) dimana ganyong termasuk kedalam jenis energi nabati (bio‐energy) yaitu energi nabati yang dihasilkan dari proses fotosintesis, kemudian melalui rantai makanan dibawa ke energi akhir.
- ItemPENGARUH INTENSITAS CAHAYA DAN UMUR PANEN TERHADAP PERTUMBUHAN, PRODUKSI, DAN KUALITAS HASIL TEMULAWAK DI ANTARA TANAMAN KELAPA(Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2009) Ferry, Yulius; T, Bambang E.; Randriani, Enny
- ItemPENGARUH PENGOLAHAN TANAH TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN TEMU IRENG (Curcuma aeroginosa) DI ANTARA KELAPA GENJAH KUNING NIAS(Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2005) Rusli, Rusli; Heryana, Nana; Randriani, Enny
- ItemPENGGUNAAN MARKA MOLEKULER DALAM SELEKSI GENOTIPE KAKAO DENGAN SIFAT KADAR LEMAK TINGGI(IAARD Press, 2014) Tresniawati, Cici; Yuniati, Nurya; Randriani, Enny; Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianIndonesia adalah negara penghasil biji kakao dan terkenal sebagai penghasil Java ‘A’ light cacao. Biji kakao tidak hanya digunakan untuk kebutuhan industri makanan dan minuman, namun juga dapat digunakan sebagai bahan baku kosmetik dan obat-obatan. Kadar lemak pada biji kakao diketahui cukup tinggi, sehingga tanaman kakao juga dikenal sebagai tanaman penghasil minyak. Banyak industri yang menggunakan lemak kakao sebagai bahan bakunya, selain kakao massa dan pasta kakao. Semakin banyak permintaan lemak kakao maka diperlukan perakitan varietas unggul yang memiliki kadar lemak tinggi. Perakitan varietas dapat dilakukan dengan pendekatan konvensional, yaitu melalui persilangan buatan (hand polination) maupun secara inkonvensional melalui penggunaan marka molekuler. Seleksi terhadap klon-klon kakao dilakukan untuk mendapatkan calon-calon tetua yang memiliki kadar lemak tinggi. Informasi ini sangat diperlukan sebagai dasar dari proses kegiatan pemuliaan tanaman. Beberapa klon kakao penghasil kadar lemak tinggi adalah AP 70 (57,5%), AP 71 (58,1%), AP 72 (55,4%), AP 73 (56,2%), Scavina 6 (49,6-58,17%), TSH 858 (56%), ICCRI 01 (59%), ICCRI 02 (56%), ICCRI 03 (55,01%), ICCRI 04 (55,07%), ICCRI 06H (50,6-54,3%), GC 7 (52,25%), dan NA 312 (60,3%). Pendekatan molekuler dapat dimanfaatkan sebagai alat seleksi tidak langsung terhadap klon-klon kakao tersebut. Dalam pemetaan genetik genom kakao diketahui terdapat satu QTL yang berasosiasi dengan karakter kadar lemak yang terdapat di linkage group (LG) 9. QTL yang telah teridentifikasi tersebut dapat digunakan dalam proses seleksi dengan bantuan marka (marker assisted selection = MAS) pada program pemuliaan yang bertujuan untuk menyeleksi genotipe dengan karakter kadar lemak tinggi.
- ItemPERAKITAN DAN PERBANYAKAN BENIH UNGGUL UNTUK MENDUKUNG PENINGKATAN PRODUKSI KAKAO NASIONAL(2017-12) Randriani, Enny; DaniKakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang berperan cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan pekerjaaan, sumber pendapatan petani, sumber bahan baku industri dalam negeri, dan sebagai penghasil devisa negara. Bahan tanaman unggul diperlukan dalam upaya meningkatkan produktivitas dan kualitas kakao Indonesia sehingga mampu bersaing di pasar internasional. Program pemuliaan tanaman kakao untuk merakit varietas unggul baru dapat dilaksanakan melalui pendekatan konvensional maupun bioteknologi. Pemuliaan tanaman kakao secara konvensional melalui persilangan antar genotipe maupun seleksi klon lokal saat ini masih banyak dilakukan dengan bantuan penanda molekuler untuk mempercepat proses seleksi. Varietas unggul yang dihasilkan selanjutnya dikembangkan melaui teknik perbanyakan tanaman kakao baik secara generatif, vegetatif, maupun secara in vitro.
- ItemPerbenihan Pala Populasi Ternate 1, Tidore 1 dan Tobelo 1(Unit Penerbitan dan Publikasi Balittri, 2010) Randriani, Enny; Supriadi, Handi; Wahyudi, Agus; EA, M. Hadad; Unit Penerbitan dan Publikasi Balittri
- ItemSTATUS KOLEKSI PLASMA NUTFAH(Unit Penerbitan dan Publikasi, 2019) Ajijah, Nur; Tresniawati, Cici; Randriani, Enny; Balai Penelitian Tanaman Industri dan PenyegarTersedianya koleksi plasma nutfah dengan keragaman genetik yang memadai merupakan syarat penting bagi keberhasilan program pemuliaan suatu tanaman termasuk Reutealis trisperma (Blanco) Airy Shaw. Tulisan ini membahas status koleksi plasma nutfah kemiri sunan di Balittri. Pada saat ini Balittri mengoleksi 3 provenan kemiri sunan yaitu provenan Majalengka (902 tanaman), Sumedang (400 tanaman) dan Garut (10 tanaman) yang ditanam di KP Pakuwon Sukabumi. Hasil pengamatan terhadap koleksi plasma nutfah umur 1, 2 dan 3 bulan menunjukkan adanya keragaman karakteristik vegetatif sedang sampai sangat tinggi. Namun demikian untuk mendukung program pemuliaan yang berkelanjutan masih diperlukan upaya untuk meningkatkan keragaman genetik yang ada antara lain melalui kegiatan eksplorasi ke sentra penyebaran Kemiri sunan.