PENGGUNAAN MARKA MOLEKULER DALAM SELEKSI GENOTIPE KAKAO DENGAN SIFAT KADAR LEMAK TINGGI

Abstract
Indonesia adalah negara penghasil biji kakao dan terkenal sebagai penghasil Java ‘A’ light cacao. Biji kakao tidak hanya digunakan untuk kebutuhan industri makanan dan minuman, namun juga dapat digunakan sebagai bahan baku kosmetik dan obat-obatan. Kadar lemak pada biji kakao diketahui cukup tinggi, sehingga tanaman kakao juga dikenal sebagai tanaman penghasil minyak. Banyak industri yang menggunakan lemak kakao sebagai bahan bakunya, selain kakao massa dan pasta kakao. Semakin banyak permintaan lemak kakao maka diperlukan perakitan varietas unggul yang memiliki kadar lemak tinggi. Perakitan varietas dapat dilakukan dengan pendekatan konvensional, yaitu melalui persilangan buatan (hand polination) maupun secara inkonvensional melalui penggunaan marka molekuler. Seleksi terhadap klon-klon kakao dilakukan untuk mendapatkan calon-calon tetua yang memiliki kadar lemak tinggi. Informasi ini sangat diperlukan sebagai dasar dari proses kegiatan pemuliaan tanaman. Beberapa klon kakao penghasil kadar lemak tinggi adalah AP 70 (57,5%), AP 71 (58,1%), AP 72 (55,4%), AP 73 (56,2%), Scavina 6 (49,6-58,17%), TSH 858 (56%), ICCRI 01 (59%), ICCRI 02 (56%), ICCRI 03 (55,01%), ICCRI 04 (55,07%), ICCRI 06H (50,6-54,3%), GC 7 (52,25%), dan NA 312 (60,3%). Pendekatan molekuler dapat dimanfaatkan sebagai alat seleksi tidak langsung terhadap klon-klon kakao tersebut. Dalam pemetaan genetik genom kakao diketahui terdapat satu QTL yang berasosiasi dengan karakter kadar lemak yang terdapat di linkage group (LG) 9. QTL yang telah teridentifikasi tersebut dapat digunakan dalam proses seleksi dengan bantuan marka (marker assisted selection = MAS) pada program pemuliaan yang bertujuan untuk menyeleksi genotipe dengan karakter kadar lemak tinggi.
Description
Keywords
Research Subject Categories::A Agriculture/Pertanian, Research Subject Categories::F Plant production/Produksi Tanaman
Citation