Browsing by Author "RINA YANTI"
Now showing 1 - 2 of 2
Results Per Page
Sort Options
- ItemANALISIS FINANSIAL USAHAȚANI DAN PENGOLAHAN KERIPIK SALAK DARI LAMAN PASANG SURUT(Balai Pengunjian Standar Instrumen Pertanian Lahan Rawa, 2005) RINA YANTI; ANTARLINA SRI SATYA; RUKAYAHLahan pasang surut di Kalimantan Tengah cukup luas dan berpotensi untuk pengembangan hortikultura khususnya tanaman salak. Salak diusahakan petani di Iahan pekarangan dan di Iahan usaha dengan sistem surjan. Pola pertanaman salak dilakukan dengan sistem campuran. Produksi salak melimpah pada musim panen dan harga buah salak murahjika bertepatan dengan musim buah-buahan lainnya. Oleh karena itu perlu diolah menjadi bahan olahan lain agar memberikan nilai tambah bagi pendapatan petani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara finansial usahatani salak di tingkat petani cukup layak diusahakan karena memiliki nilai B/C > l, NP V positifdan IRR > tingkat bunga. Analisis finansial menunjukkan bahwa pada tingkat harga normal, pengolahan keripik salak baik pada buah salak lokal Kapuas maupun buah salak lokal Kotim tidak memberikan nilai tambah pada petani (volume Olah 20 kg salak segar). Namun jika pengolahan dilakukan pada harga buah salak murah pengolahan keripik salak lokal Kapuas dan salak lokal Kotim berturut-turut memberikan keuntungan sebesar RP 60.513,5 dan RP 99613,5 per 20 kg buah segar dan nilai tambah masingmasing 102 dan 66 %. Dari uji organoleptik terhadap keripik salak adalah disukai, namun secara umum tingkat penilaian panelis terhadap warna, aroma, tekstur dan rasa keripik salak lokal Kapuas lebih tinggi dibandingkan dengan keripik salak lokal Kotim..
- ItemPROSPEK DAN KENDALA PENGEMBANGAN TANAMAN KACANG TANAH Dl LAhAN RAWA LEBAK(2007) SARAGIH SURYANTO; RINA YANTI; NAZEMI DLahan rawa lebak merupakan salah satu sumber daya alam yang potensial untuk pengembangan pertanian. Lahan ini cukup luas, dari 10,19 juta ha yang berpotensi untuk dijadikan lahan pertanian, baru dibuka 1,55 juta ha dan yang dimanfatkan hanya sekitar 0,729 juta ha. Lahan lebak umumnya dapat diusahakan berbgai alternatif komoditi seperti padi, palawija (jagung, kacang tanah dan kedele) maupun tanaman sayuran seperti lombok. mentimun dan lain-lain. Berdasarkan analisis ekonomi, kacang tanah memiliki nilai kompetitif lebih tinggi dibanding dengan tanaman padi ataupun komoditas lainnya. Tanaman ini dianjurkan dikembangkan pada tanah-tanah yang bertekstur ringan dan bergambut yang umumnya banyak ditemui di lahan rawa lebak baik dengan sistem monokultur maupun tumpang sari. Kendala utama pengembangan tanaman kacang tanah adalah ketepatan waktu tanam, karena berhadapan dengan musim kemarau dimana lengas tanah akan turun sehingga kemungkinan tanaman akan mengalami stress kekeringan. Kondisi kemasaman tanah dapat diatasi dengan pemberian kapur dengan dosis 0,5 — 1,0 t/ha (tergantung pH tanah). Varietas yang potensi untuk dikembangkan di lahan lebak adalah Gajah, Pelanduk, Kelinci, Singa, Jerapah, Komodo, Mahesa, jarak tanam yang sesuai adalah 40 x 20 cm dengan 2 biji/ rumpun dan pemupukan 22,5 — 45 kg N, 75 kg P205 dan 50 kg K20/ ha.