Browsing by Author "Purnamaningsih ...[at al], Ragapadmi"
Now showing 1 - 4 of 4
Results Per Page
Sort Options
- ItemMultiplikasi Tunas Temu Giring melalui Kultur In Vitro(Sekretariat Komisi Nasional Plasma Nutfah, 1999) Purnamaningsih ...[at al], Ragapadmi; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianTemu giring Curcuma heyneana) meiupakan salah satu tumbuhan obat yang banyak digunakan sebagai campuran obat tradisional, antara lain untuk obat penyakit kulit, jamu pengantin, dan obat luka. Tumbuhan ini biasanya diperbanyak secaia vegetatif menggunakan rimpang atau anakan. Perbanyakan dengan cara tersebut umumnya mempunyai kapasitas yang rendah sehingga sulit memenuhi permintaan bibit yang banyak dan dalam waktu yang relatif cepat. Untuk itu, perbanyakan bibit dapat dilakukan menggunakan teknologi kultur jaringan. Bahan tanaman yang digunakan berasal dari anakan biakan steril dalam botol. Percobaan menggunakan rancangan acak lengkap dalam faktorial dengan 10 ulangan. Faktor yang diuji adalah konsentrasi NH4NO3 (1/2 x, 1 x dan 2 x dari formulasi media dasar MS) dan thidiazuron (0; 0.1; 0.2 dan 0.4) mg/1. Ke dalam media tumbuh juga ditambahkan B A 5 mg/1 +sukrosa 30 g/1 +vitamin grup B dan agar swallow sebanyak 8 g/1 sebagai bahan pemadat. Peubah yang diamati adalah waktu inisiasi anakan, jumlah anakan, jumlah daun, tinggi tunas, jumlah akar, panjang akar, dan keadaan visual biakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah anakan dan jumlah daun yang dihasilkan dipengaruhi oleh konsentrasi thidiazuron. Jumlah anakan paling banyak (9,62) diperoleh dari perlakuan MS + thidiazuron 0.4 mg/1, tetapi jumlah daun paling sedikit. Tinggi tunas, jumlah akar dan panjang akar dipengaruhi oleh interaksi antara konsentrasi NH4NO3 dan thidiazuron. Pengurangan konsentrasi NH4NO3 menjadi 1/2 x dari formulasi dasar tanpa thidiazuron menyebabkan jumlah akar paling banyak dan paling panjang. Penampakan biakan yang lebih tegar dan lebih hijau diperoleh pada perlakuan NH4NO3 dengan konsentrasi 2 x.
- ItemPenyimpanan dan Regenerasi Pule Pandak melalui Kultur In Vitro(Perhimpunan Bioteknologi Pertanian Indonesia, 1997-11) Purnamaningsih ...[at al], Ragapadmi; Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan, BogorPule pandak atau akar tikus (Rauvolfia serpentina) termasuk dalam kelompok tumbuhan obat langka yang mulai kritis keberadaannya. Kegunaannya sebagai obat penurun panas, penurun tekanan darah tinggi, radang jantung, dan radang usus. Untuk membantu konservasi tumbuhan obat langka tersebut telah dllakukan percobaan penyimpanan dan regenerasinya melalui kultur in vitro. Adapun media dasar yang digunakan adalah Monier dan 14 Monier yang dikombinasikan dengan zat pengatur tumbuh paclobutrazol (0, 1, 3, dan 5 mg/l) dan ancymidol (0; 0,5; 1,0; dan 1,5 mg/l). Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap yang disusun secara faktorial dengan 10 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah disimpan selama 6 bulan, pada perlakuan media dasar Monier dan 14 Monier dengan penambahan paclobutrazol (1, 3, dan 5 mg/l) tidak menunjukkan penghambatan terhadap pemanjangan tunas. Sedangkan penambahan ancymidol (0,5; 1,0 dan 1,5 mg/l) menunjukkan adanya penghambatan terhadap panjang tunas yang nyata. Tunas paling pendek diperoleh dari perlakuan % Monier + ancymidol 1,0 mg/l dan Monier + ancymidol 1,0 mg/l. Selain itu dengan menggunakan media Monier + ancymidol 1,0 mg/l ruas batang memendek, daun yang terbentuk kecil dan tidak terbentuk akar. Pada perlakuan 14 Monier + ancymidol 1,0 mg/l ruas batang memendek, daun yang dihasilkan lebar dan berwarna hijau mengkilat serta terbentuk akar yang tebal dan panjang. Setelah masa simpan enam bulan (tanpa pembaharuan) biakan dari media Monier + ancymidol 1 mg/l dapat tumbuh cepat pada media perbanyakan dengan faktor multiplikasi yang tinggi yaitu 16. Sedangkan planlet yang langsung diaklimatisasi di rumah kaca dapat tumbuh tanpa menunjukkan adanya penyimpangan dalam penampakannya.
- ItemProduksi Kalus Embriogenik dan Regenerasinya Setelah Seleksi In Vitro dengan Al dan pH Rendah pada Tanaman Padi(Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, 2002-11) Purnamaningsih ...[at al], Ragapadmi; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianSalah satu upaya untuk meningkatkan produksi nasional padi adalah dengan memanfaatkan lahan masam yang tersedia cukup luas di luar Pulau Jawa. Pada lahan tersebut ditemukan masalah cekaman lingkungan, yaitu tingkat ke-masaman yang tinggi, ketersediaan hara N, P, K, Ca, Mg, dan Mo yang rendah serta konsentrasi Al dan Mn yang mencapai tingkat beracun. Pendekatan yang efisien dan ramah lingkungan untuk menanggulangi masalah tersebut adalah dengan memperbaiki kultivar tanaman terhadap cekaman lingkungan, akan tetapi varietas yang tahan jumlahnya masih terbatas. Tujuan dari penelitian ini adalah memperoleh nomor-nomor baru tanaman padi yang mempunyai sifat ketahanan terhadap toksisitas Al dan pH rendah. Perlakuan yang diuji adalah jenis varietas T-309 dan Rojolele dan konsentrasi aluminium (0, 100, 200, 300, 400, dan 500 ppm). Seleksi dilakukan pada 3 tahap, yaitu tahap regenerasi, embrio, dan kalus. Rancangan disusun secara faktorial dalam rancangan lingkungan acak lengkap. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua varietas mempunyai respon yang sama pada semua jenis media yang digunakan. Pada perlakuan komposisi media, MS + 2,4-D 2 mg/l + casein hidrolisat 3 g/l lebih banyak membentuk nodul bakal mata tunas dibandingkan dengan media lainnya. Regenerasi eksplan setelah perlakuan seleksi menunjukkan bahwa pada umumnya kedua jenis varietas dapat beregenerasi pada semua perlakuan seleksi yang diberikan kecuali pada konsentrasi Al 500 ppm. Seleksi pada tahap kalus, regenerasi dan embrio menunjukkan hasil yang sama, yaitu semakin me-ningkat konsentrasi Al maka daya regenerasi eksplan makin menurun. Seleksi pada tahap regenerasi dan embrio, daya regenerasi antara T-309 dan Rojolele tidak berbeda nyata kecuali pada seleksi tahap kalus persentase regenerasi T-309 (47,76%) nyata lebih tinggi dibandingkan dengan Rojolele (15,38%).
- ItemProliferasi Tunas dan Penekanan Masalah Penguningan Daun sebagai Usaha Pelestarian Tumbuhan Pulai(Sekretariat Komisi Nasional Plasma Nutfah, 1998) Purnamaningsih ...[at al], Ragapadmi; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianProliferasi Tunas dan Penekanan Masalah Penguningan Daun sebagai Usaha Pelestarian Tumbuhan Pulai. Pulai (Alstonia scholaris (L). R.Br.) merupakan tumbuhan obat langka dengan kategori jarang. Tanaman tersebut digunakan sebagai obat tradisional, antara lain untuk menghilangkan rasa pegal dan antikembung. Untuk menyelamatkan tanaman pulai perlu segera dilakukan upaya pelestariannya agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan. Kultur in vitro merupakanteknologi yang mempunyai potensi untuk penyimpanan berbagai tumbuhan obat, khususnya obat langka. Sebagai langkah awal adalah perbanyakan in vitro. Bila jumlah tunas in vitro sudah memadai maka dapat dilakukan penyimpanan dengan cara pertumbuhan lambat. Untuk perbanyakan in vitro digunakan media dasar Anderson dan WPM yang diberi BA (I,3,5dan7mg/l) dan thidiazuron(0,01,0,l danO,5mg/l). Untuk menekan masalah penguningan dan gugurnya daun digunakan AgNO3 1 mg/1, glutamin 500 mg/1, dan arginin 100 mg/1. Daya tumbuh biakan ditingkatkan dengan melakukan subkultur yang bemlang (sampai subkultur-5). Hasil penelitian menunjukkan bahwa formulasi media WPM + BA (3 dan 5 mg/1) + thidiazuron 0,01 mg/1 merupakan media yang terbaik untuk meningkatkan daya tumbuh biakan. Penambahan AgNO3 yang dikombinasikan dengan arginin dapat menekan gejala penguningan daun sampai minggu ke-8 dan 9. Tanpa adanya kedua komponen tersebut, gejala timbul pada minggu ke-2. Peningkataan subkultur (sampai minggu ke-5) sejalan dengan laju pertumbuhan tunas. Setelah 5 kali subkultur, jumlah tunas, jumlah daun, dan tinggi tunas meningkat 6 kali lebihbanyak daripada media awal.