Browsing by Author "Purba, Tommy"
Now showing 1 - 6 of 6
Results Per Page
Sort Options
- ItemDukungan Teknologi Menuju Pengembangan Kawasan Jagung di Sumatera Utara(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Utara, 2021-06) Girsang, Setia Sari; Akmal; Girsang, Moral Abadi; Nurzannah, Sri Endah; Purba, Tommy; BPTP SumutSekalipun keadaan masa Pendemi Virus Corona atau COVID-19 di Indonesia, tetapi Pimpinan dan Peneliti dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Utara (BPTP Sumut) tetap berkarya, bersinergi, ber inovasi dengan menulis buku sebagai terbitan ilmiah. Sehubungan dengan itu, kali ini mimin akan mereview sebuah buku yang ada di Perpustakaan BPTP Sumut yang berjudul “Dukungan Teknologi menuju Pengembangan Kawasan Jagung di Sumatera Utara”. Tanaman Pangan khususnya Jagung, merupakan komoditas yang penting dan strategis karena termasuk bahan pangan dan industri yang harus tersedia dalam jumlah yang cukup, mutu yang layak, aman di konsumsi, dan harga yang terjangkau oleh masyarakat. Semakin berkembangnya industri pengolahan pangan di Indonesia, kebutuhan terhadap jagung semakin meningkat pula. Potensi wilayah Sumatera Utara untuk peningkatan produksi jagung masih terbuka luas karena didukung oleh sumber daya alam yang ada. Potensi tersebut belum dapat dimanfaatkan secara optimal karena masih ditemukan beragam masalah yang harus diupayakan penyelesaiannya. Permasalahan tersebut mencakup efisiensi pemupukan yang rendah, pengendalian hama dan penyakit yang belum efektif, penggunaan benih yang tidak bermutu dan varietas yang dipilih kurang adaptif, saranara irigasi dan drainase yang belum optimal, teknologi panen dan pasca panen yang belum memadai serta kelembagaan yang belum berkembang secara optimal.
- ItemInovasi Teknologi Mesin Panen Mini Combine Harvester Mendukung Penanganan Panen dan Pascapanen Padi di Kalimantan Barat(BB Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2016-05-31) Purba, Tommy; Anshori, Didik; Suheiti, Kiki; BPTP JambiMini Combine Harvester adalah salah satu inovasi teknologi terbaru Badan Litbang Pertanian yaitu mesin panen padi yang memiliki cara kerja memotong, memegang, merontok dan membersihkan dilakukan sekaligus. Mesin ini sudah dikembangkan di beberapa daerah di Indonesia. Pada tahun 2015 dilakukan pengkajian terhadap alat ini di kalimantan Barat untuk mendukung proses penanganan panen dan pascapanen padi. Hasil pengkajian yang dilakukan pada beberapa tipe lahan (lahan pasang surut dan lahan irigasi) diperoleh bahwa mesin ini mampu beroperasi dengan baik pada lahan berlumpur dengan kedalaman antara 20 sampai 50 cm karena mempunyai gaya tekan (ground pressure) mesin ke permukaan tanah sebesar 0,13 kg/cm2. Kapasitas pemanenan rata-rata 12 jam/ha. Dengan lebar kerja 1,2 meter alat cocok untuk petakan sawah yang sempit karena lebih mudah beroperasi dan bermanuver di lahan. Konsumsi solar 1,25 liter perjam. Mesin ini dioperasikan oleh 3 orang dan mampu mengirit biaya panen padi hingga Rp 1 juta/ hektar jika dibandingkan dengan panen padi secara manual. Dengan menggunakan mini combine harvester tingkat kehilangan pada proses pemanenan bisa ditekan sampai dengan kurang dari 2% dan tingkat kebersihan gabah panen yang dihasilkan mencapai >95%. Pembinaan kelembagaan UPJA adalah hal yang terpenting untuk pengembangan mesin ini ke depan.
- ItemPemanfaatan pelepah kelapa sawit sebagai pakan ternak mendukung sistem integrasi ternak-sawit di Kalimantan Barat(BBP2TP, 2014) Purba, Tommy; Haloho, Jhon David; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan BaratPenelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan pelepah kelapa sawit sebagai pakan ternak sapi dengan beberapa formulasi pengolahan sehingga dapat menggurangi penggunaan rumput alami. Kegiatan ini dilaksanakan di Kecamatan Sekadau Hilir, Kabupaten Sekadau, Propinsi Kalimantan Barat mulai bulan April sampai September 2012. Pengkajian ini merupakan percobaan lapangan dengan memanfaatkan mesin pencacah pelepah kelapa sawit sebagai alat untuk mencacah pelepah dan dilanjutkan dengan pengolahan hasil cacahan dengan beberapa perlakuan yaitu Kontrol (serabut pelepah sawit + Urea + Garam), Perlakuan A (Serabut pelepah sawit+Urea+Garam+Probion) Perlakuan B (Serabut pelepah sawit+Urea+Garam+gula merah+dedak+Sagu), Perlakuan C (Serabut pelepah sawit+Urea+Garam+gula merah+dedak+Sagu+Probion), dan Perlakuan D (Serabut pelepah sawit+Urea+Garam+gula merah+dedak+Sagu+M-Dec). Berdasarkan hasil uji laboratorium didapatkan bahwa hasil cacahan pelepah sawit mengandung lemak total nya 2,92 % sehingga layak dijadikan sebagai pakan ternak. Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh perlakuan B mendapatkan penilaian kualitas silase tertinggi dengan nilai 90, diikuti secara berturut oleh perlakuan C, perlakuan A, Kontrol perlakuan D. Tingginya nilai kualitas silase perlakuan B menunjukkan bahwa silase yang dihasilkan secara umum menghasilkan kualitas aroma, warna, sentuhan dan tekstur yang paling mendekati standar silase yang baik.
- ItemPENGEMBANGAN TEKNOLOGI MESIN TANAM PADI INDO JARWO TRANSPLANTER DI LAHAN PASANG SURUT KALIMANTAN BARAT(BB Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2016-05-31) Purba, Tommy; Musyafak, Ahmad; Suheiti, Kiki; BPTP JambiLahan pasang surut adalah termasuk lahan sub optimal, sehingga perlu aplikasi teknologi budidaya padi yang spesifik untuk meningkatkan produktivitas padi di lahan pasang surut. Salah satunya adalah penggunaan mesin-mesin modern untuk meningkatkan efisiensi tenaga dan biaya dalam budidaya padi. Kesulitan mencari tenaga kerja dan mahalnya ongkos tenaga kerja adalah merupakan salah satu kendala utama budidaya padi. Pada tahun 2015 dilakukan pengkajian terhadap kinerja mesin tanam padi Indo Jarwo Transplanter di lahan pasang surut (tipe B) di Kalimantan Barat. Hasil yang diperolah bahwa mesin tanam ini mampu beroperasi dengan baik pada lahan dengan kedalaman lumpur hingga 30 cm dan kondisi air yang macak -macak dengan jumlah tanaman 2-5 batang/lubang dengan jarak tanam dalam satu baris 10-15 cm, walaupun masih ada bagian lahan yang tidak tertanam karena lumpur terlalu dalam. Lahan pasang surut yang akan ditanami menggunakan mesin cukup digelebeg (tidak usah dibajak) agar mesin tidak tenggelam waktu beroperasi. Kapasitas kerja mesin rata-rata 6-7 jam per hektar dengan kebutuhan bahan bakar 5 liter/ha. Hasil perhitungan analisa usaha diperoleh R/C ratio sebesar 1.39.
- ItemPengendalian pecah buah pada jeruk keprok terigas di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat(BBP2TP, 2014) Zuhran, Muhammad; Purba, Tommy; Supriyanto, Arry; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan BaratPengembangan Jeruk Keprok Terigas di Kabupaten Sambas terhambat oleh masalah pecah buah. Pecah buah yang diyakini disebabkan oleh fluktuasi ekstrim kadar air, suhu, kelembaban tanah, serta serapan hara saat tehadi hujan setelah mengalami musim kemarau panjang sangat merugikan • • petani • karena berdampak signifikan terhadap penurunan • produksi. Penelitian ini bertujuan mendapatkan teknologi pengendalian pecah buah melalui pengurangan fluktuasi kadar air, suhu, dan kelembaban tanah serta pemberian hara yang cukup bagi tanaman. Percobaan lapang ini dilaksanakan pada tahun 2010 hingga 2011 di kebun jeruk petani yang berlokasi di Kabupaten Sambas. Rancangan penelitian menggunakan Split Plot Design terdiri dart :?: petak utama yakni lahan dengan parit digenangi dan lahan dengan parit tidak digenangi, masing-masing terdiri dari 3 anak petak yaitu 1) pupuk anorganik (teknologi petani), 2) pupuk anorganik + pupuk organik + mulsa, dan 3) pupuk anorganik + pupuk organik + mulsa + (Ca + B). Penggenangan parit dilakukan selama tidak ada hujan. Pemberian pupuk anorganik, pupuk organik, dan mulsa dilakukan setelah panen, sedangkan Kalsium (Ca) dan Boron (B) diberikan pada stadia cepat pertumbuhan buah. Penelitian diulang 4 kali dengan unit percobaan 10 pohon. Berdasarkan hasil pengamatan, pecah buah terjadi setelah buah berumur 16 minggu hingga 34 minggu setelah bunga mekar, dengan kejadian tertinggi ketika buah berumur 22-24 mil)ggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggenangan parit kebun selama musim kemarau yang diikuti dengan pemberian pupuk anorganik, pupuk organik, mulsa, pupuk Kalsium (Ca), dan pupuk Boron (B) mampu mengurangi pecah . buah pada tingkat yang paling rendah dib.andingkan perlakuan teknologi lainnya.
- ItemStrategi dan upaya pengembangan teknologi mekanisasi budidaya jagung di Kalimantan Barat(BBP2TP, 2014) Purba, Tommy; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan BaratPotensi lahan kering di Kalbar sebanyak 1.1 juta ha sedangkan lahan untuk budidaya jagung seluas 44.588 ha. Pemanfaatan hasil penelitian dan perekayasaan teknologi mekanisasi pertanian masih lamban karena berkaitan erat dengan sistem usahatani, pranata sosial-budaya, kelembagaan, dan pembangunan wilayah. Pemerintah Propinsi Kalbar telah mendirikan Alsintan Center yang terletak di kabupaten Kubu Raya. Alsintan Center ini diarahkan sebagai pusat desain mesin dan peralatan, pusat pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan SDM di bidang desain, pembuatan dan . _ perawatan Alsintan yang diperlukan untuk penguatan industri Alsintan di Kai bar sehingga menjadi • yang terdepan dalam pengelolaan alat mesin pertanian. Jenis Alsintan yang sesuai dikembangkan di Kalbar untuk mendukung budidaya jagung adalah Traktor roda 2 dan traktor roda 4, Handsprayer, Aisin tanam, pompa air, Power Thresher, Corn sheller dan Dryer.