Browsing by Author "Nursyamsi, Dedi"
Now showing 1 - 5 of 5
Results Per Page
Sort Options
- ItemEmisi Gas Rumah Kaca Dari Pengelolaan Lahan Gambut(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), 2017) Annisa, Wahida; Nursyamsi, Dedi; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)Karakteristik fisik dan kimia lahan gambut mempengaruhi terhadap perannya dalam menjaga kestabilan lingkungan. Lahan gambut menjadi sumber berbagai masalah lingkungan apabila kestabilan lahan gambut terganggu akibat campur tangan manusia. Lebih dari 50% emisi GRK di Indonesia berasal dari konversi hutan, kebakaran hutan dan lahan, termasuk lahan gambut dan drainase lahan gambut (peat drainage). Penyumbang terbesar emisi GRK di Indonesia adalah sektor LULUCF (Land-Use, Land-Use Change and Forestry). Konservasi dan rehabilitasi lahan gambut menjadi kunci keberhasilan penurunan GRK di Indonesia. Pemanfaatan lahan gambut secara lestari dan ramah lingkungan dapat dilakukan dengan memperhatikan gatra hidrologi dan hidrometri (tipologi luapan, kualitas dan kuantitas air), kualitas tanah, fungsi tandon air di backswamp dan ketersediaan bahan amelioran spesifik lokasi.
- ItemPetunjuk Teknis Pedoman Penilaian Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Pertanian Strategis Tingkat Semi Detail Skala 1:50.000(Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, 2016) Wahyunto; Hikmatullah; Suryani, Erna; Tafakresnanto, Chendy; Ritung, Sofyan; Mulyani, Anny; Sukarman; Nugroho, Kusumo; Sulaeman, Yiyi; Apriana, Yayan; Suciantini; Pramudia, Aris; Suparto; Subandiono, Rudi Eko; Sutriadi, Teddy; Nursyamsi, DediTersedianya data dan informasi sumberdaya lahan/tanah yang lengkap sangat diperlukan untuk menunjang program pembangunan pertanian yang berkelanjutan. Data tersebut diperoleh melalui kegiatan survei dan pemetaan tanah. Data informasi sumberdaya lahan hasil survei dan pemetaan tanah berupa peta tanah dan deskripsi sifat-sifat tanahnya, perlu diinterpretasi agar mudah dimengerti untuk keperluan pengembangan komoditas pertanian melalui kegiatan evaluasi dan penilaian kesesuaian lahan. Untuk tujuan evaluasi lahan Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian menyusun Buku Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan untuk Komoditas Pertanian yang diterbitkan tahun 2013. Buku Petunjuk Teknis Pedoman Penilaian Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Pertanian Strategis ini disusun mengacu kepada Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Pertanian versi revisi tahun 2013, dirancang untuk keperluan penilaian kesesuaian lahan tingkat semi detil (skala 1:50.000). Pedoman budidaya yang baik untuk tanaman Kelapa Sawit (Permentan No. 313/Permentan/OT. 140/12/ 2013),Kakao (Permentan No. 48/Permentan/OT.140/4/2014) dan Tebu (Permentan No.53/Permentan/KB.110/10/2015) juga digunakan sebagai acuan dalam penyusunan kriteria kesesuaian lahan untuk komoditas tanaman tersebut.
- ItemPetunjuk Teknis Penentuan Sumber Air dan Jenis Irigasi Suplementer(Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2015) Kartiwa, Budi; Heryani, Nani; Rejekiningrum, Popi; Susanti, Erni; Estiningtyas, Woro; Suciantini; Haryono; Sosiawan, Hendri; Sutrisno, Nono; Hamdani, Adang; Talaohu, Sidik Hadi; Sudarman, Kurmen; Pramudia, Aris; Apriyana, Yayan; Surmaini, Elza; Husen, Edi; Syahbuddin, Haris; Nursyamsi, DediPetunjuk teknis (Juknis) Penentuan Sumber Air dan Jenis Irigasi Suplementer merupakan pedoman bagi: (1) koordinator POPT Kabupaten (Dinas Pertanian), (2) Danramil wilayah kekeringan (KODIM), (3) koordinator Liaison Officer (LO) Upaya Khusus (UPSUS) BPTP, di 14 provinsi yang terkena kekeringan, serta (4) beberapa eselon 2 dan 3 Balitbangtan, (5) Eselon 2 dan 3 Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian, (6) eselon 2 dan 3 Ditjen Tanaman Pangan, dan (7) Tim kekeringan Kementerian Pertanian. Juknis Penentuan Sumber Air dan Jenis Irigasi Suplementer terdiri atas: (1) pendahuluan, (2) jenis-jenis sumber dan bangunan air, (3) identifikasi sumber dan bangunan air eksisting, (4) identifikasi dan pengembangan sumber dan bangunan air baru, (5) perawatan sumber dan bangunan air, dan (6) pelaporan hasil
- ItemRoad Map Penelitian dan Pengembangan Lahan Kering(Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, 2014) Las, Irsal; Agus, Fahmuddin; Nursyamsi, Dedi; Husen, Edi; Sutriadi, Teddy; Wiratno; Syahbuddin, Haris; Jamil, Ali; Ritung, Sofyan; Mulyani, Anny; Hendrayana, Rahmat; Dariah, Ai; Suryani, Erna; Sulaeman, Yiyi; Nurida, Neneng L.; Rejekiningrum, PopiEksistensi lahan kering di Indonesia memiliki peran strategis mendukung pembangunan menuju pertanian bioindustri berkelanjutan. Peran strategis lahan kering tersebut ditunjukkan antara lain oleh potensi areal yang luas, adanya peluang untuk meningkatkan nilai tambah melalui pengembangan komoditas komersial (perkebunan, hortikultura dan peternakan), dapat mengkompensasi produksi pertanian karena lahannya terdegradasi, dan karena konversi lahan. "Road Map Penelitian dan Pengembangan Lahan Kering Mendukung Pertanian Bioindustri Berkelanjutan" disusun untuk memberikan arahan secara koseptual dan komprehensif berlandaskan tag line Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian "Science. Innovation. Networks", serta memuat bahasan antara lain: (1) potensi, karakteristik dan permasalahan lahan kering; (2) state of the art pengembangan IPTEK lahan kering; (3) arah, strategi, dan road map penelitian dan pengembangan lahan kering; dan (4) konsep dan strategi pengembangan lahan kering untuk mendukung pembangunan pertanian bioindustri berkelanjutan.
- ItemSistem Surjan, Kearifan Budaya Lokal pada Budidaya Jeruk Padi Sawah di Lahan Rawa(Balittra, 2019) Susilawati, Ani; Nursyamsi, Dedi; Balai Penelitian Pertanian Lahan RawaPembangunan pertanian ke depan dihadapkan pada beberapa kendala, diantaranya adalah alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian. Usaha pengembangan pertanian diarahkan pada pemanfaatan lahan marginal seperti lahan pasang surut. Lahan pasang surut mempunyai potensi cukup besar untuk dijadikan lahan pertanian karena sebarannya sangat luas, yaitu diperkirakan sekitar 20,1 juta hektar yang terbentang di sepanjang pantai Sumatera, Kalimantan dan Papua (Widjaja-Adhi et al., 1992). Pengembangan lahan pasang surut menjadi lahan pertanian produktif mendukung pelestarian swasembada pangan, diversifikasi produksi, peningkatan pendapatan dan lapangan kerja, serta pengembangan agribisnis dan wilayah. Perkembangan budidaya jeruk di lahan rawa semakin meningkat dengan semakin meluasnya lahan rawa yang dibuka untuk areal pertanian. Tanaman jeruk sangat menjanjikan dan memberikan keuntungan yang cukup tinggi dibandingkan tanaman lainnya. Jeruk siam merupakan jenis jeruk yang mempunyai peranan penting di pasaran Indonesia, karena produksinya paling tinggi, digemari konsumen dan nilai ekonominya menguntungkan. Jeruk bisa dikonsumsi dalam bentuk buah segar, juga diolah menjadi minuman segar seperti Es Buah dan Juice Jeruk dan hal ini merupakan sumber utama vitamin C yang sangat berperan dalam menjaga kondisi tubuh agar tetap segar dan bugar.