Browsing by Author "Nugraha, Dedi"
Now showing 1 - 5 of 5
Results Per Page
Sort Options
- ItemBudidaya Varietas Padi Fungsional Di Lahan Sawah Irigasi(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), 2018) Nugraha, Dedi; Ikhwani; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)Kebutuhan beras fungsional sebagian besar masih dipenuhi melalui impor. Peningkatan produksi beras dalam negeri sangat penting untuk menghindari tingginya risiko ketidakstabilan harga dan menekan jumlah beras impor. Badan Litbang Pertanian telah melepas beberapa varietas padi fungsional yang mempunyai kandungan gizi dan karakter tertentu serta berpeluang sebagai subtitusi impor beras fungsional. Kegiatan penelitian varietas padi fungsional dilahan petani bertujuan untuk mengetahui produktivitas dan keragaan agronomis tanaman di lahan sawah irigasi. Penelitian dilaksanakan di lahan petani, Desa Karangwangi, Kecamatan Ciranjang, Kabupaten Cianjur pada musim kering (MK-1) Tahun 2016. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok, dengan perlakuan 7 (tujuh) varietas unggul baru fungsional yaitu Cisokan, Inpari 17, Inpari 21, Inpara 4, ketan Lusi, varietas lokal Grendel dan varietas beras impor (Taiken). Data agronomis tanaman dan ubinan di ambil sebanyak 3 (tiga) ulangan pada masing-masing varietas. Komponen hasil dan hasil varietas tersebut dianalisis menggunakan sidik ragam. Hasil penelitian menunjukan bahwa varietas adalah faktor yang nyata berpengaruh terhadap bobot hasil panen ubinan, GKP dan GKG. Hasil penelitian menunjukan bahwa varietas Inpara 4 memperoleh hasil tertinggi sebesar 10,1 t/ha GKG, diikuti oleh Varietas Cisokan (8,7 t/ha GKG) dan Inpari 17 (8,6 t/ha GKG). Hasil terendah diperoleh varietas golongan Japonica Taiken sebesar 6,8 t/ha GKG.
- ItemDampak Penerapan Inovasi Teknologi Terhadap Hasil Dan Pendapatan Petani Dalam GP-PTT Pajale(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), 2017) Priatmojo, Bhakti; Nugraha, Dedi; Wardana, I Putu; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pertanian memiliki program untuk meningkatkan produksi agar tercapainya swasembada pangan, salah satunya yaitu program GP-PTT Padi, Jagung dan Kedelai. Program GP-PTT perlu diawasi, dikawal, diperbaiki dan dianalisis efektifitasnya baik dari dampaknya terhadap hasil produksi maupun terhadap kesejahteraan petani. Efektifitas program dapat dilihat melalui kelebihan dan kekurangannya dibandingkan sebelum adanya pelaksanaan program. Pelaksanaan GP-PTT jagung di Demak dari segi input produksi sesuai dengan pedoman umum, namun pelaksanaan PHT belum dipahami oleh seluruh petani. Produktivitas GP-PTT jagung di Demak (4.65 t/ha) menurun 17% dibandingkan musim yang sama pada tahun sebelumnya (5,62 t/ha), namun pendapatan petani dapat meningkat 80% Peningkatan pendapatan tersebut diperoleh dari efisiensi tenaga kerja (berkurang 20 HOK/ha) dan efisiensi dosis pupuk NPK yang diaplikasikan. Pelaksanaan GP-PTT kedelai di Sragen dari segi input produksi sebagian besar tidak melakukan olah tanah (TOT). Produktivitas GP-PTT kedelai di Sragen (1,38 t/ha) meningkat sedikit dari musim yang sama pada tahun sebelumnya (1,37 t/ha). Pelaksanaan GP-PTT padi di Klaten secara umum masih terjadi ketidaksesuaian dengan pedoman umum seperti tidak melakukan seleksi benih, jumlah bibit per rumpun berlebih dan penerapan legowo yang keliru. Dalam segi hasil, produktivitas GP-PTT padi di Klaten (5,1 t/ha) mengalami kenaikan sedikit dibandingkan musim yang sama tahun sebelumnya (5,06 t/ha).
- ItemDampak Penerapan Inovasi Teknologi Terhadap Hasil Dan Pendapatan Petani Dalam GP-PTT Pajale(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), 2017) Priatmojo, Bhakti; Nugraha, Dedi; Wardana, I Putu; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pertanian memiliki program untuk meningkatkan produksi agar tercapainya swasembada pangan, salah satunya yaitu program GP-PTT Padi, Jagung dan Kedelai. Program GP-PTT perlu diawasi, dikawal, diperbaiki dan dianalisis efektifitasnya baik dari dampaknya terhadap hasil produksi maupun terhadap kesejahteraan petani. Efektifitas program dapat dilihat melalui kelebihan dan kekurangannya dibandingkan sebelum adanya pelaksanaan program. Pelaksanaan GP-PTT jagung di Demak dari segi input produksi sesuai dengan pedoman umum, namun pelaksanaan PHT belum dipahami oleh seluruh petani. Produktivitas GP-PTT jagung di Demak (4.65 t/ha) menurun 17% dibandingkan musim yang sama pada tahun sebelumnya (5,62 t/ha), namun pendapatan petani dapat meningkat 80% Peningkatan pendapatan tersebut diperoleh dari efisiensi tenaga kerja (berkurang 20 HOK/ha) dan efisiensi dosis pupuk NPK yang diaplikasikan. Pelaksanaan GP-PTT kedelai di Sragen dari segi input produksi sebagian besar tidak melakukan olah tanah (TOT). Produktivitas GP-PTT kedelai di Sragen (1,38 t/ha) meningkat sedikit dari musim yang sama pada tahun sebelumnya (1,37 t/ha). Pelaksanaan GP-PTT padi di Klaten secara umum masih terjadi ketidaksesuaian dengan pedoman umum seperti tidak melakukan seleksi benih, jumlah bibit per rumpun berlebih dan penerapan legowo yang keliru. Dalam segi hasil, produktivitas GP-PTT padi di Klaten (5,1 t/ha) mengalami kenaikan sedikit dibandingkan musim yang sama tahun sebelumnya (5,06 t/ha).
- ItemPendapatan Usahatani Pangan Dalam Pola Tanam Setahun Dan Peluang Peningkatannya(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), 2017) Wardana, I Putu; Priatmojo, Bhakti; Nugraha, Dedi; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)Kebutuhan padi, jagung dan kedelai sebagai bahan pangan dan pakan di Indonesiaterus meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Ketersediaan komoditas tersebut dalam jumlah yang cukup dan tingkat harga yang wajar diperlukan oleh konsumen maupun petani. Pendapatan usahatani padi, jagung dan kedelai biasanya dianalisis secara terpisah, sehingga hasil analisisnya sering bias atau cenderung “overestimate”.Oleh karena itu analisis usahatani padi, jagung dan kedelai perlu dilakukan dalam kesatuan pola tanam setahun. Penelitian dilakukan dengan metode survai di Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan pada tahun 2014. Sebanyak 70 responden dipilih secara acak berstrata (stratified random sampling) untuk mewakili petani yang menerapkan pola tanam Padi-Padi-Jagung dan Padi-Padi-Kedelai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan dari usahatani dalam pola tanam setahun komoditas padi-padi-jagung dan padi-padi-kedelai tidak berbeda nyata. Pendapatan kedua pola tanam mencapai Rp 26,4 juta dan Rp 25,5 juta per ha dari total penerimaan kedua pola tanam yang masing-masing mencapai Rp 49,5 juta dan Rp 47,9 juta. Penerimaan dari hasil padi pada MH dan MK masing-masing mencapai Rp 22,2 juta dan Rp 18,7 juta. Pendapatan dari usahatani padijauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan jagung dan kedelai.Pendapatan usahatani padi pada MH dan MK masing-masing Rp 14,1 juta dan Rp 10,3 juta per ha, sedangkan pendapatan usahatani jagung dan kedelai masing mencapai Rp 2,0 juta dan Rp 1,2 juta, yang diperoleh dari hasil produksi sebesar Rp 8,6 juta dan Rp 6,9 juta per ha. Usahatani padi dalam dua musim menyumbang sekitar 80% pendapatan usahatani dalam setahun.Faktor yang berpengaruh tingginya produksi padi pada MH adalah luas lahan, pupuk kimia dan tenaga kerja, sementara pada MK1 yang mempengaruhi adalah luas lahan dan tenaga kerja. Sedangkan faktor yang berpengaruh terhadap produksi jagung adalah benih dan yang berpengaruh terhadap produksi kedelai adalah benih dan pupuk organik. Peluang peningkatan produksi padi dapat dicapai dengan penerapan pemupukan hara spesifik lokasi (PHSL) dan pengaturan jarak tanam melalui teknik tanam legowo 4:1, dimana hasilnya mampu mencapai nilai Rp 23,6 juta dan pendapatan Rp 16 juta. Sedangkan peningkatan produksi jagung dilakukan dengan mengintroduksikan varietas jagung hibrida (Bima URI dan P-27) dan PHSL dengan hasil senilai Rp 18,8 juta dan pendapatan Rp 12,2 juta. Sementara itu peningkatan produksi kedelai dilakukan dengan perbaikan teknologi pemupukan dengan hasil senilai Rp 14,9 juta dan pendapatan Rp 6,8 juta.
- ItemPendapatan Usahatani Pangan Dalam Pola Tanam Setahun Dan Peluang Peningkatannya(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), 2017) Wardana, I Putu; Priatmojo, Bhakti; Nugraha, Dedi; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)Kebutuhan padi, jagung dan kedelai sebagai bahan pangan dan pakan di Indonesia terus meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Ketersediaan komoditas tersebut dalam jumlah yang cukup dan tingkat harga yang wajar diperlukan oleh konsumen maupun petani. Pendapatan usahatani padi, jagung dan kedelai biasanya dianalisis secara terpisah, sehingga hasil analisisnya sering bias atau cenderung “overestimate”. Oleh karena itu analisis usahatani padi, jagung dan kedelai perlu dilakukan dalam kesatuan pola tanam setahun. Penelitian dilakukan dengan metode survai di Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan pada tahun 2014. Sebanyak 70 responden dipilih secara acak berstrata (stratified random sampling) untuk mewakili petani yang menerapkan pola tanam padi–padi-jagung dan padi-padi-kedelai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan dari usahatani dalam pola tanam setahun komoditas padi-padi-jagung dan padi-padi-kedelai tidak berbeda nyata.Pendapatan kedua pola tanam mencapai Rp 26,4 juta dan Rp 25,5 juta per ha dari total penerimaan kedua pola tanam yang masing-masing mencapai Rp 49,5 juta dan Rp 47,9 juta. Penerimaan dari hasil padi pada MH dan MK masing-masing mencapai Rp 22,2 juta dan Rp 18,7 juta. Pendapatan dari usahatani padi jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan jagung dan kedelai. Pendapatan usahatani padi pada MH dan MK masing-masing Rp 14,1 juta dan Rp 10,3 juta per ha, sedangkan pendapatan usahatani jagung dan kedelai masing mencapai Rp 2,0 juta dan Rp 1,2 juta, yang diperoleh dari hasil produksi sebesar Rp 8,6 juta dan Rp 6,9 juta per ha. Usahatani padi dalam dua musim menyumbang sekitar 80% pendapatan usahatani dalam setahun. Faktor yang berpengaruh tingginya produksi padi pada MH adalah luas lahan, pupuk kimia dan tenaga kerja, sementara pada MK1 yang mempengaruhi adalah luas lahan dan tenaga kerja. Sedangkan faktor yang berpengaruh terhadap produksi jagung adalah benih dan yang berpengaruh terhadap produksi kedelai adalah benih dan pupuk organik. Peluang peningkatan produksi padi dapat dicapai dengan penerapan pemupukan hara spesifik lokasi (PHSL) dan pengaturan jarak tanam melalui teknik tanam legowo 4:1, dimana hasilnya mampu mencapai nilai Rp 23,6 juta dan pendapatan Rp 16 juta. Sedangkan peningkatan produksi jagung dilakukan dengan mengintroduksikan varietas jagung hibrida (Bima URI dan P-27) dan PHSL dengan hasil senilai Rp 18,8 juta dan pendapatan Rp 12,2 juta. Sementara itu peningkatan produksi kedelai dilakukan dengan perbaikan teknologi pemupukan dengan hasil senilai Rp 14,9 juta dan pendapatan Rp 6,8 juta.