Browsing by Author "Ishaq, Iskandar"
Now showing 1 - 15 of 15
Results Per Page
Sort Options
- ItemEfektivitas pola distribusi dan minat petani terhadap benih upbs bptp jawa barat(BPTP Jawa Barat, 2017-10-12) Ramdhaniati, Susi; Yulyatin, Atin; Dianawati, Meksy; Ishaq, Iskandar; BPTP Jawa BaratUnit Pengelola Benih Sumber (UPBS) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat telah memproduksi benih dasar (BD/FS) dan benih pokok (BP/SS) sejak tahun 2007. Hal ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan benih padi di Jawa Barat terutama kepada varietas baru yang belum banyak dikenal dan diproduksi oleh petani. Kajian ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas pola distribusi benih dan mengetahui kecenderungan minat kelas benih hasil produksi UPBS BPTP Jawa Barat pada tahun 2013. Evaluasi difokuskan pada distribusi benih dari jumlah transaksi pembelian dan jumlah benih yang didistribusikan (kg). Data ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif berdasarkan persentase. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa pola distribusi melalui petugas BPTP Jabar dinilai efektif dalam penyebaran VUB dan kecenderungan minat petani terhadap kelas benih SS lebih tinggi dibandingkan kelas benih lainnya.
- ItemIdentifikasi Kesesuaian Lahan dan Profil Usahatani Padi di Tiga Agroekosistem Sawah di Jawa Barat, Studi Kasus di Kabupaten Sumedang(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2010-11-18) Ishaq, IskandarAbstract The Study on the Suitability of Agricultural Land and Rice Farm Profile in West Java: A Case Study in Sumedang District. An assessment to study the performance of water irrigation viability. productivity of rice, cost, revenue and profit of rice farming system in the three categories of elevation was conducted at twenty sub districts in Sumedang District of West Java Pro months of May to October 2006, using the Participatory Rural Province during the Appraisal method. Based on their elevation, the areas of the study were divided into three different groups, namely low land (400 m above sea level), medium land (400-700 m asl.), and high land (>700 m asl). Data were collected from a total of $1 respondents, including extension officials, village officers, and farmers through an interview, discussion, and field observations. Interpretation of land resources was developed using Arc View Version 3.3. Performance of rice farming system was analysed based on the revenue and the value of the benefit cost ratio. Results of this assessment indicated that the irrigation water was available for 5 to 8 and 8 to 11 months per year, in low and medium elevation areas, respectively. In low land areas, areas the farmers are able to grow rice twice in a year with the cropping pattern of rice-rice-secondary crops and rice-rice-fallow in the medium and high elevation areas, farmers are able to grow rice three times or twice per year with the cropping pattern of either rice-rice-rice or rice-rice-secondary crops. The production of rice were 4 to 5, 3.85 to 5.60, and 3.85 to 7.40 the in the low, medium, and high elevation areas, respectively. The highest cost, revenue, and the benefit of rice farming were observed in high elevation areas, followed by those in the medium and the low clevation areas. Abstrak Pengkajian untuk mengevaluasi ketersediaan air irigasi dalam setahun, produktivitas padi, dan imbangan peneriman dan biaya usahatani padi pada tiga kriteria elevasi telah dilaksanakan di 20 kecamatan di Kabupaten Sumedang pada bulan Mei-Oktober 2006 melalui metode Pemahaman Pedesaan secara Partisipatif. Untuk mempelajari kaltan ketersediaan air irigasi, produktivitas padi, dan kruntungan usahatani padi dengan ketinggian tempat, lokasi pengkajian dibagi ke dalam wilayah dataran rendah (<400 m dpl), dataran medium (400-700 m dpl), dan dataran tinggi (>700 m dpl). Pengumpulan data dilaksanakan melalui wawancara, diskusi, curah pendapat, observasi langsung, dan pencatatan terhadap 51 responden (penyuluh pertanian, aparatur pemerintah desa, dan petani). Interpretasi ketinggian wilayah dan pengelompokan kategori ketinggian tempat menggunakan program Arc View versi 3.3. sedangkan keragaan finansial usahatani dievaluasi dengan analisis imbangan dan biaya dan imbangan keuntungan dan biaya. Hasil pengkajian menunjukkan, bahwa air irigasi dalam setahun di wilayah dataran rendah tersedia selama 5-8 bulan, di wilayah dataran medium dan dataran tinggi selama 8-11 bulan. Di dataran rendah, lahan sawah dapat ditanami padi dua kali per tahun dengan pola tanam padi-padi-palawija/sayuran dan padi-padi-bera, sedangkan di dataran medium dan dataran tinggi lahan dapat ditanami padi sawah tiga kali per tabun dengan pola tanam padi-padi-padi dan padi-padi-palawija/sayuran. Di dataran rendah produksi mencapai antara 4,00-5,00 t/ha GKG, di dataran tinggi antara 3,85-5.60 t/ha GKG, dan di dataran medium antara 3,85-7,40 t/ha GKG. Biaya usahatani, penerimaan, dan keuntungan usahatani padi tertinggi dicapai di wilayah dataran tinggi, diikuti olch wilayah dataran medium dan dataran rendah.
- ItemIdentifikasi Padi Lokal Di Provinsi Jawa Barat(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), 2017) Yulyatin, Atin; Ishaq, Iskandar; Supriyadi, Hendi; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)Setiap daerah di Indonesia memiliki beberapa sumber daya genetik yang khas, yang sering berbeda dengan yang ada di daerah lain. Besarnya kebutuhan akan padi sementara produksinya yang cenderung naik namun tidak signifikan dengan kebutuhannya maka perlu adanya perbaikan produksi diantaranya dengan persilangan. Persilangan antara padi unggul baru dan padi lokal dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi. Untuk itu diperlukan plasma nutfah dengan keragaman genetik yang luas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi padi lokal yang ada di Jawa Barat. Penelitian dilakukan pada bulan April-Mei 2013. Lokasi penelitian dilakukan di 6 (enam) Kabupaten yaitu Tasikmalaya, Subang, Cianjur, Indramayu, Bandung, dan Garut. Bahan dan alat yang digunakan dalam kegiatan ini adalah tanaman padi lokal. Metode penelitian adalah koordinasi, eksplorasi langsung ke lokasi berdasarkan sumber data yang diperoleh, wawancara dengan petani (sebagai data penunjang), dan koleksi gabah padi lokal. Hasil penelitian ini adalah telah berhasil diidentifikasi sebanyak 98 aksesi padi lokal yang terdiri atas padi jenis beras putih, beras merah, dan beras hitam, serta jenis ketan putih, ketan hitam dan aromatik, yaitu sebanyak 24 aksesi dari Kabupaten Tasikmalaya, 22 aksesi dari Kabupaten Subang, 12 aksesi dari Kabupaten Cianjur, 10 aksesi dari Kabupaten Indramayu, 5 aksesi dari Kabupaten Bandung, dan 25 aksesi dari Kabupaten Garut. Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa Kabupaten Garut memiliki identifkasi padi lokal yang lebih tinggi dibandingkan Kabupaten Tasikmalaya, Subang, Cianjur, Indramayu dan Bandung. Kabupaten Subang dan Cianjur memiliki karakter fungsional padi yang lebih beragam dibandingkan Kabupaten Tasikmalaya, Subang, Indramayu dan Bandung.
- ItemKontribusi Balai Benih Terhadap Kebutuhan Benih Padi Sawah di Jawa Barat(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)/BBSIP Padi, 2015-08-06) Ishaq, Iskandar; Ramdhaniati, Susi; Firdaus, Dian; Sukarya, YayaDalam pertanian modern benih berperan sebagai delivery mechanism yang menyalurkan keunggulan teknologi kepada clients dan penentu utama produktivitas. Mekanisme penyaluran benih padi, terutama pada era sebelum otonomi daerah berjalan secara terstruktur, diantaranya melalui balai benih sebelum digunakan para petani. Namun demikian, setelah memasuki era otonomi daerah mekanisme penyediaan dan penyaluran benih melalui balai benih perannya cenderung menurun. Untuk mengetahui peran balai benih dalam pemenuhan kebutuhan benih petani dilakukan kajian kontribusi balai benih terhadap kebutuhan benih padi di Jawa Barat. Pengkajian dilakukan pada 16 kabupaten dan 2 kota di Jawa Barat. Kajian dilaksanakan dari bulan April sampai dengan Juni 2013. Pengumpulan data dilakukan melalui survei dengan penentuan lokasi (kabupaten/kota) dilakukan secara sengaja (purposive sampling). Hasil pengkajian menunjukkan bahwa dari 26 kabupaten/kota (100%), sebanyak 17 kabupaten/kota (65,38%) di Jawa Barat memiliki balai benih. Berdasarkan luas tanam padi, maka kebutuhan benih padi di Jawa Barat adalah 51.092,31 t per tahun (100%), sedangkan produksi benih padi yang dihasilkan oleh seluruh balai benih di Jawa Barat adalah 1.696,20 t per tahun (3,32%). Berdasarkan pemenuhan benih sumber padi pada balai benih berturutturut berasal dari Unit Pengelola Benih Sumber (UPBS) Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi) 59%; Balai Pengembangan Benih Padi (BPBP) Cihea, Cianjur 21%; PT Sang Hyang Seri 8%; serta berasal dari PT Pertani, UPBS Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat dan Penangkar Benih Sumber masing-masing 4%.
- ItemPanduan Metode Ubinan Padi Jajar Legowo(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat, 2012) Sutrisna, Nana; Nadimin; Ishaq, Iskandar; Putra, Sunjaya; BPTP Jawa Barat
- ItemPengaruh Pendampingan Sl-Ptt Dalam Peningkatan Produksi Padi, Respons Petani Respons Petani Terhadap Teknologi(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), 2017) Nurawan, Agus; Rachman, Adetiya; Ishaq, Iskandar; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)Pengkajian pendekatan model SL-PTT Padi sawah dilakukan desa Kertajaya, Kecamatan Padalarang Kabupaten Bandung Barat. Teknologi PTT Padi Sawah yang diterapkan terdiri atas 1) pengukuran kebutuhan pupuk menggunakan perangkat PUTS, 2) penggunaan varietas unggul baru (VUB) 3) penggunaan pupuk organik, 4) tanam jajar legowo 2 :1, 5) penggunaan BWD, 6) pengendalian OPT dengan konsep PHT 7) panen tepat waktu, 8) perontokan gabah dengan segera setelah panen. Metodologi pengkajian menggunakan metode demplot seluas 3 ha, pendekatan perbandingan (with) dengan tanpa perlakuan/kebiasaan eksisting petani (without) dan sebelum (before) dan sesudah (after). Pengkajian ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas tanaman padi dan memperkenalkan varietas unggul baru (VUB: Inpari 13). Dalam kegiatan ini melibatkan 14 orang petani yang bergabung dalam kelompok tani. Hasil kegiatan pendampingan ini menunjukkan, bahwa petani yang didampingi hasil produksinya lebih tinggi yaitu 8,90 ton GKP/ha dibandingkan kontrol yang hanya 6,60 ton GKP/ha. Tingkat pendapatan dan keuntungan peserta demplot dan petani sekitar masing-masing Rp.26.333.333 dan Rp.19.062.000,- dan Rp. 16.500.000,- dan Rp.9.000.000,- Dari hasil pendampingan di tingkat kelompok tani ternyata ada perubahan-perubahan perilaku yang positif terhadap teknologi yang diterapkan.
- ItemPengaruh Pendampingan SL-PTT Dalam Peningkatan Produksi Padi, Respons Petani Respons Petani Terhadap Teknologi(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), 2017) Nurawan, Agus; Rachman, Adetiya; Ishaq, Iskandar; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)Pengkajian pendekatan model SL-PTT Padi sawah dilakukan desa Kertajaya, Kecamatan Padalarang Kabupaten Bandung Barat. Teknologi PTT Padi Sawah yang diterapkan terdiri atas 1) pengukuran kebutuhan pupuk menggunakan perangkat PUTS, 2) penggunaan varietas unggul baru (VUB) 3) penggunaan pupuk organik, 4) tanam jajar legowo 2 :1, 5) penggunaan BWD, 6) pengendalian OPT dengan konsep PHT 7) panen tepat waktu, 8) perontokan gabah dengan segera setelah panen. Metodologi pengkajian menggunakan metode demplot seluas 3 ha, pendekatan perbandingan (with) dengan tanpa perlakuan/kebiasaan eksisting petani (without) dan sebelum (before) dan sesudah (after). Pengkajian ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas tanaman padi dan memperkenalkan varietas unggul baru (VUB: Inpari 13). Dalam kegiatan ini melibatkan 14 orang petani yang bergabung dalam kelompok tani. Hasil kegiatan pendampingan ini menunjukkan, bahwa petani yang didampingi hasil produksinya lebih tinggi yaitu 8,90 ton GKP/ha dibandingkan kontrol yang hanya 6,60 ton GKP/ha. Tingkat pendapatan dan keuntungan peserta demplot dan petani sekitar masing-masing Rp.26.333.333 dan Rp.19.062.000,- dan Rp. 16.500.000,- dan Rp.9.000.000,- Dari hasil pendampingan di tingkat kelompok tani ternyata ada perubahan-perubahan perilaku yang positif terhadap teknologi yang diterapkan.
- ItemPengaruh pendampingan sl-ptt dalam peningkatan produksi padi, respons petani untuk menunjang program p2bn di Jawa Barat(BPTP Jawa Barat, 2014-11-15) Nurawan, Agus; Rachman, Adetiya; Ishaq, Iskandar; BPTP Jawa BaratDalam rangka meningkatkan produktivitas padi dan menunjang program P2BN di Jawa Barat, dilakukan pendampingan SLPTT Padi sawah di Desa Mekar Pananjung, Desa Kertajaya, Kecamatan Padalarang Kabupaten Bandung Barat pada MT.II 2012. Pengkajian pendampingan seluas 3 ha dengan pola Denfarm dan dibandingkan dengan kebiasaan petani. Komponen teknologi PTT Padi Sawah yang diterapkan terdiri atas 1) pengukuran kebutuhan pupuk menggunakan perangkat PUTS, 2) peggunaan varietas unggul baru (VUB) 3) penggunaan pupuk organik, 4) tanam jajar legowo 2 :1, 5) penggunaan BWD, 6) pengendalian OPT dengan konsep PHT 7) penyiangan dengan kombinasi gasrok dan herbisida, 8) panen tepat waktu, 9) perontokan gabah dengan segera setelah panen. Metodologi pengkajian menggunakan pendekatan perbandingan (with) dengan tanpa perlakuan/kebiasaan eksisting petani (without), sebelum (before) dan sesudah (after) untuk penilaian minerjanya. Pengkajian pendampingan ini bertujuan Untuk meningkatkan produktivitas tanaman padi dan memperkenalkan varietas unggul baru (VUB: Inpari 13). Dalam kegiatan ini melibatkan 14 orang petani yang bergabung dalam kelompok tani. Hasil kegiatan pendampingan ini menunjukkan, bahwa petani yang didampingi produksinya lebih tinggi yaitu 8,50 t GKP/ha dibandingkan cara petani yang hanya 6,60 t GKP/ha. Tingkat pendapatan dan keuntungan masing-masing Rp.26.333.333 dan Rp.19.062.000,- Dari hasil pendampingan di tingkat kelompok tani ternyata ada perubahan-perubahan perilaku yang positif terhadap teknologi yang diterapkan. Adapun respons petani terhadap komponen teknologi yang diaplikasikan menunjukkan bahwa tidak seluruhnya komponen PTT padi sawah dapat diterapkan, respons yang sangat baik adalah terhadap VUB, penggunaan bibit muda dan PHSL (Pemupukan Hara Spesifik Lokasi). Perubahan perilaku terhadap komponen teknologi pada umumnya perubahan yang sangat positif.
- ItemPetunjuk Teknis Penangkaran Benih Padi(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat, 2009) Ishaq, IskandarBenih tanaman merupakan salah satu sarana budidaya tanaman yang mempunyai peranan yang sangat menentukan dalam upaya peningkatan produksi dan mutu budidaya hasil tanaman yang pada akhirnya peningkatan pendapatan petani dan kesejahteraan masyarakat, oleh karena itu perbaikan perbenihan tanaman harus mampu menjamin tersedianya benih bermutu secara memadai dan berkesinambungan. Termasuk didalamnya bahwa perbenihan tanaman adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pengadaan, pengelolaan dan peredaran benih tanaman. Dalam rekapitulasi Rencana Usaha Bersama PUAP di Jawa Barat tercatat tanaman pangan sangat mendominasi yaitu sekitar 34% dan dari yang 34% tanaman pangan mayoritasnya adalah tanaman padi. Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk menjamin ketersediaan benih bermutu dari varietas unggul padi di Jawa Barat adalah melalui pengembangan penangkaran benih. Untuk mencapai hasil yang optimal petani penangkar yang sudah dibina, tetap dilakukan pembinaan secara berkesinambungan sambil mencari calon-calon penangkar lainnya.
- ItemPetunjuk Teknis Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT) Padi Sawah(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat, 2009) Ishaq, Iskandar; Subagyono, Kasdi; Nurawan, AgusPadi merupakan salah satu komoditas penting di dunia, sebab sekitar 90% dihasilkan dan dikonsumsi sebagai makanan pokok bagi penduduk di negara-negara Asia dengan nilai perdagangan beras global mencapai US$ 6,88 billion. Sedangkan di Indonesia beras merupakan bahan makanan pokok bagi sekitar 95% penduduk dengan konsumsi beras 108-137 kg per kapita. Oleh karena itu peningkatan produksi padi di Indonesia harus tetap dilakukan lebih tinggi dari laju pertumbuhan penduduk yang mencapai rata-rata 1,3% per tahun. Pemerintah Republik Indonesia melalui Departemen Pertanian menetapkan aksi program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) sebesar 2 juta ton beras pada tahun 2007 dan selanjutnya kenaikkan 5% untuk setiap tahunnya. P2BN merupakan program yang mendukung ketahanan pangan dimaksudkan agar terjadi surplus beras nasional sekitar 1 juta ton sebagai stok beras di Bulog (Badan Urusan Logistik), sehingga harga beras lebih mudah dikontrol. Program P2BN digulirkan selain dilatarbelakangi oleh kondisi pemerintah RI yang masih mengimpor beras sekitar 3% untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional pada tahun 2007, maka dilatarbelakangi pula oleh ketidakstabilan kondisi perberasan nasional dimana diantaranya disebabkan terjadinya penurunan luas areal tanam dan luas areal panen akibat konversi lahan sawah produktif, serangan organisme pengganggu tanaman (OPT), semakin terbatasnya sumberdaya air serta perubahan iklim (dampak fenomena iklim) yang sulit diprediksi.
- ItemPotensi Pengembangan Perbenihan Padi di Jawa Barat Berdasarkan Analisis SWOT(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2010-11-18) Ishaq, IskandarAbstract Possibility of SWOT Method to Analyses the Potential of Rice Seed Development in West Java. One of the main factors determining rice production was the use of quality rice seeds. It was estimated that the need of quality rice seeds in West Java was approximately 45,078.19 t/year and 3,674.11 t/year for irrigated lowland and upland rice, respectively. Ironically the utilization of certified seeds was only 31.36% of the above mention predicted demand. Various problems related to this condition might arise since the process of seed production, the distribution, and the spread of the seeds, as well as the organization of the seed growers themselves. Based on these issues, it might be useful to apply the SWOT analysis method to identify problems and opportunity, as well as to identify strategies to solve the identified problems in the quality of rice seed development in West Java. Results of the study indicated that the development of the quality rice seeds in West Java can be achieved through a well consideration of four strategies, namely (1) strength-opportunity/SO strategy is aggressive, (2) strength-threat/ST strategy is consolidation, (3) weakness-opportunity/WO strategy is diversification, and (4) weakness-threat/WT strategy is defensive. The policies needed to achieve the target increase of rice seed development, such as (1) performance improvement, planning, supervision, and consistency in the implementation of government policy (intensification) is mainly associated with rice seed development orient agribusiness, (2) increase coordination among relevant agencies in developing rice seed and the involvement of private sector through partnership with farmers. (3) increase production efficiency and quality of rice seeds during the next five years with growth of 10-20% or 2-4% per year, and (4) increased household income farmers, rice seed breeder with a 100-150% or 20-25% growth per year. Abstrak Salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap upaya untuk meningkatkan ketersediaan beras adalah benih bermutu varietas unggul yang ditanam dalam skala luas. Potensi kebutuhan benih padi bermutu di Jawa Barat diperkirakan mencapai 45.078,19 tahun dan 3.674,11 t/tahun berturut-turut untuk lahan sawah dan lahan kering, tetapi penggunaan benih hanya 31,36% dari perkiraan kebutuhan tersebut. Berbagai kendala yang berkaitan dengan kondisi ini, diperkirakan muncul dalam proses produksi itu sendiri, sejak proses produksi benih sumber, proses penyaluran benih sebar, sampai kapasitas kelembagaan petani penangkar benih. Berdasarkan kondisi itu, maka dilakukan analisis SWOT untuk mengidentifikasi masalah dan peluang, serta strategi mengatasi berbagai kendala yang teridentifikasi. Hasil kajian menunjukkan, bahwa pengembangan perbenihan padi di Jawa Barat dapat ditempuh melalui empat strategi, yaitu (1) strategi kekuatan-peluang/SO bersifat agresif, (2) strategi kekuatan-ancaman/ST bersifat konsolidatif, (3) strategi kelemahan-peluang/WO bersifat diversifikatif, dan (4) strategi kelemahan-ancaman/WT bersifat defensif. Kebijakan yang diperlukan untuk mencapai sasaran peningkatan pengembangan perbenihan padi, yaitu (1) peningkatan kinerja, perencanaan, pengawasan, dan konsistensi dalam pelaksanaan kebijakan Pemda (program intensifikasi) terutama yang berkaitan dengan pengembangan perbenihan padi yang berorientasi agribisnis, (2) peningkatan koordinasi antarinstansi terkait dalam pengembangan perbenihan padi dan keterlibatan swasta melalui kemitraan dengan petani. (3) peningkatan efisiensi produksi dan mutu benih padi selama lima tahun kedepan 10-20% atau dengan pertumbuhan 2-4% per tahun, dan (4) peningkatan pendapatan rumah tanga petani penangkar benih padi 100-150% atau dengan pertumbuhan 20-25% per tahun.
- ItemPreferensi Petani Terhadap Padi Sawah Varietas Unggul Baru Pada Tiga Strata Perbenihan di Jawa Barat(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2015-10) Ishaq, Iskandar; Ramdhaniati, Susi; Rohaeni, Wage Ratna; Balai Besar Penelitian Tanaman PadiDalam upaya meningkatkan adopsi varietas unggul baru (VUB) padi guna menunjang Program P2BN di Jawa Barat, maka karaktersitik padi yang disukai petani harus diketahui. Salah satunya dilakukan melalui identifi kasi karakteristik padi sawah yang disukai petani. Pengkajian dilakukan pada tiga kabupaten yang diasumsikan dapat mewakili masing-masing strata perbenihan di Jawa Barat, yaitu Kabupaten Subang (strata perbenihan formal/SPF), Garut (strata perbenihan informal/SPI) dan Kabupaten Bandung (strata perbenihan campuran/SPC). Hasil penelitian menunjukkan bahwa VUB padi sawah yang memiliki potensi diadopsi dan dikembangkan di wilayah SPF adalah varietas dengan karakteristik bentuk gabah panjang (ramping), mutu beras baik, warna beras putih-bersih dan rasa nasi enak (untuk konsumsi) atau pera (industri), seperti varietas Ciherang, IR-42, Mekongga, Si Denuk dan Situ Bagendit. Di wilayah SPS varietas yang berpotensi diadopsi dan dikembangkan adalah varietas dengan karakteristik bentuk gabah agak bulat sampai ramping, rasa nasi enak dan toleran OPT, seperti varietas Sarinah, IR-64 dan Inpari-13, sedangkan di wilayah perbenihan campuran (SPF+SPS), karakteristik varietas yang berpotensi diadopsi dan dikembangkan adalah varietas dengan karakteristik bentuk gabah bulat sampai ramping, mutu beras baik, rasa nasi enak dan harga jual tinggi seperti varietas Pandan Wangi, Ciherang, IR-64, Sarinah, Widas, dan Inpari-14.
- ItemPreferensi Petani Terhadap Padi Sawah Varietas Unggul Baru Pada Tiga Strata Perbenihan di Jawa Barat(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2015-10) Ishaq, Iskandar; Ramdhaniati, Susi; Rohaeni, Wage Ratna; Balai Besar Penelitian Tanaman PadiDalam upaya meningkatkan adopsi varietas unggul baru (VUB) padi guna menunjang Program P2BN di Jawa Barat, maka karaktersitik padi yang disukai petani harus diketahui. Salah satunya dilakukan melalui identifi kasi karakteristik padi sawah yang disukai petani. Pengkajian dilakukan pada tiga kabupaten yang diasumsikan dapat mewakili masing-masing strata perbenihan di Jawa Barat, yaitu Kabupaten Subang (strata perbenihan formal/SPF), Garut (strata perbenihan informal/SPI) dan Kabupaten Bandung (strata perbenihan campuran/SPC). Hasil penelitian menunjukkan bahwa VUB padi sawah yang memiliki potensi diadopsi dan dikembangkan di wilayah SPF adalah varietas dengan karakteristik bentuk gabah panjang (ramping), mutu beras baik, warna beras putih-bersih dan rasa nasi enak (untuk konsumsi) atau pera (industri), seperti varietas Ciherang, IR-42, Mekongga, Si Denuk dan Situ Bagendit. Di wilayah SPS varietas yang berpotensi diadopsi dan dikembangkan adalah varietas dengan karakteristik bentuk gabah agak bulat sampai ramping, rasa nasi enak dan toleran OPT, seperti varietas Sarinah, IR-64 dan Inpari-13, sedangkan di wilayah perbenihan campuran (SPF+SPS), karakteristik varietas yang berpotensi diadopsi dan dikembangkan adalah varietas dengan karakteristik bentuk gabah bulat sampai ramping, mutu beras baik, rasa nasi enak dan harga jual tinggi seperti varietas Pandan Wangi, Ciherang, IR-64, Sarinah, Widas, dan Inpari-14.
- ItemRespons Padi Sawah Inpari-19 Terhadap Aplikasi Pupuk Hayati(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2015-08-06) Ishaq, Iskandar; Maryati, Titiek; Ramdhaniati, Susi; Balai Besar Penelitian Tanaman PadiPupuk hayati dimaksudkan sebagai mikroorganisme hidup yang ditambahkan ke dalam tanah dalam bentuk inokulan atau bentuk lain untuk memfasilitasi atau menyediakan hara tertentu bagi tanaman. Varietas Inpari-19 merupakan salah satu varietas unggul baru yang dirilis Balitbangtan selama lima tahun terakhir. Tujuan penelitian mengetahui respons karaktersitik agronomis dan hasil padi sawah Inpari-19 terhadap aplikasi empat jenis pupuk hayati. Penelitian dilaksanakan pada Kelompok Tani Angsana Lor, di Desa Kodasari, Kecamatan Ligung, Kabupaten Majalengka pada MK II 2013 (April-Agustus 2013). Tanaman indikator yang digunakan adalah padi sawah varietas INPARI-19, sedangkan pupuk hayati yang dipergunakan adalah PROBIO, AGRIMETH, BIOVAM, dan REMICR. Penelitain menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan. Aplikasi pupuk hayati berpengaruh terhadap tinggi tanaman, jumlah anakan produktif dan hasil panen padi varietas Inpari-19. Hasil penelitian yang dicapai dengan varietas Inpari-19 mampu meningkatkan hasil panen 17,7-43,3%.
- ItemSistem tanam legowo dan mina padi meningkatkan pendapatan petani di Kabupaten Cianjur (Studi kasus petani demfarm SLPTT Kabupaten Cianjur)(BPTP Jawa Barat, 2014-11-15) Perdhana, Fyannita; Rokayah, Euis; Ishaq, Iskandar; BPTP Jawa BaratUpaya peningkatan produksi pangan, utamanya beras semakin berat dengan berbagai permasalahan dan kendala yang dihadapi dalam pembangunan pertanian saat ini, diantaranya laju konversi lahan sawah yang tinggi, akses petani terhadap teknologi relatif rendah, dan lain sebagainya. Melihat potensi lahan sawah irigasi yang cukup baik, maka pemanfaatan lahan secara optimal dapat dilakukan dengan menetapkan pertanian terpadu (integrated farming). Salah satu contohnya adalah sistem usahatani minapadi yaitu sistem pertanian terpadu antara budidaya padi sawah dan ikan. Mina padi dapat dilakukan secara tumpang sari (ikan bersama padi) maupun “penyelang” (saat menunggu). Sedangkan sistem tanam jajar legowo 2 :1 merupakan sistem tanam padi yang dapat menghasilkan produksi cukup tinggi, yaitu tanam padi sawah yang memberikan ruang (barisan yang tidak ditanami) pada setiap dua barisan tanam, tetapi jarak tanam dalam barisan lebih rapat yaitu 10 cm – 15 cm. Penelitian bertujuan untuk mengetahui peningkatan produktivitas padi sawah dengan system tanam jajar legowo dan mina padi sebagai upaya peningkatan pendapatan petani. Penelitian dilaksanakan di areal sawah Kelompok tani Rindu Alam, Desa Bobojong, Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur, dalam bentuk demfarm PTT Padi Sawah dengan system jajar legowo 2:1 jarak tanam (30x15x50) cm dan 1 kali mina padi, system tanam jajar legowo 2:1 dengan jarak tanam sama (30x15x50 cm) tanpa mina padi dan untuk perbandingan juga digunakan kontrol pertanaman padi yang menggunakan sistem tanam tegel (17x20 cm) tanpa mina padi. Hasil pengkajian memberikan pengaruh terhadap peningkatan produktivitas padi sebesar 24,42% (6,918 ton/ha, rata-rata di desa Bobojong 5,560 ton/ha), dan tambahan penghasilan Rp.600.000/ha skali panen mina padi.