Browsing by Author "Indrasari, Siti Dewi"
Now showing 1 - 5 of 5
Results Per Page
Sort Options
- ItemKajian Karakteristik Mutu dan Organoleptik Beberapa Varietas Beras Inpari di Kabupaten Sleman(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2015-10) Kobarsih, Mahargono; Nurdeana; Sarjiman; Indrasari, Siti Dewi; Balai Besar Penelitian Tanaman PadiPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui preferensi petani terhadap karakteristik mutu gabah dan beras serta nasi Inpari 10, Inpari 23, Inpari 24, Inpari Inpari 25, Inpari 29, Inpari 30 dan Ciherang sebagai pembanding. Responden adalah petani display VUB Inpari dusun Sangubanyu, Sumberrahayu, Moyudan, kabupaten Sleman. Wawancara dilakukan menggunakan daftar pertanyaan semi terstruktur pada bulan Juni 2014. Dalam penelitian ini digunakan 4 sampel beras putih Inpari 10, Inpari 23, Inpari 29, Inpari 30 dan Ciherang serta 2 sampel beras merah Inpari 24 dan Inpari 25. Pengamatan mutu fi sik gabah meliputi kadar air, densitas gabah, bobot 1000 butir gabah hampa, butir rusak dan kuning, butir kapur, butir merah. Uji organoleptik terhadap beras meliputi aroma, warna, bentuk, keutuhan, kebersihan dan penerimaan umum. Sedangkan uji organoleptik terhadap nasi meliputi aroma, warna, kilap, tekstur, rasa dan penerimaan umum. Data yang diperoleh diolah secara statistik dengan 4 kali ulangan. Uji organoleptik melibatkan 24 responden. Hasil analisis secara keseluruhan menunjukkan kadar air gabah Inpari 30 (11,55%) menghasilkan rendemen beras giling tertinggi (71,73%); sedangkan Inpari 10 menghasilkan rendemen beras giling terendah (65,37%). Dari semua varietas yang diuji (beras kepala, beras patah, menir, butir kapur, butir kuning/rusak) termasuk dalam klasifi kasi klas IV mutu beras SNI No.6128-2008. Derajat putih (47,75%) dan derajat sosoh (124,0%) tertinggi dicapai Inpari 10, dengan keterawangan sebesar 1,64 %. Ukuran butiran beras semua sampel termasuk klasifi kasi panjang (6,50-7,25) mm dan bentuk sedang-ramping (2,44-3,39). Hasil uji preferensi beras menunjukkan bahwa responden secara keseluruhan menyukai Inpari 30. Sedangkan untuk uji preferensi nasi, responden secara keseluruhan menyukai Inpari 23. Dari uji preferensi dua varietas beras maupun nasi merah menunjukkan Inpari 25 lebih disukai secara keseluruhan dibandingkan dengan Inpari 24.
- ItemKajian Preferensi Petani Terhadap Berbagai Varietas Unggul Baru Padi di Kecamatan Kalibawang, Kulon Progo, Yogyakarta(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2015-10) Fajri, Muhammad; Astuti, Evy Puji; Sarjiman; Indrasari, Siti Dewi; Balai Besar Penelitian Tanaman PadiPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui preferensi petani terhadap beras dan nasi dari berbagai varietas unggul padi. Penelitian dilakukan di Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta pada bulan April 2014. Bahan utama yang digunakan adalah beras dari 7 varietas unggul padi, yaitu Inpari 23, Inpari 27, Inpari 29, Inpari 30, Inpari 10, Inpago 8 dan Ciherang. Alat utama yang digunakan adalah form penilaian uji kesukaan dan peralatan uji organoleptik. Tahapan penelitian meliputi penyiapan sampel dan pelaksanaan penilaian kesukaan beras dan nasi oleh petani. Hasil uji kesukaan menunjukkan bahwa secara umum beras yang paling disukai adalah Inpari 27 dan nasi yang paling disukai adalah Inpari 23.
- ItemKarakterisasi Mutu Fisik, Mutu Giling, Sifat Fisikokimia Varietas-varietas Padi Eksisting di Jawa Barat rdhiyanti, Untung Susanto(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2015-10) Indrasari, Siti Dewi; Ardhiyanti, Shinta Dewi; Susanto, Untung; Balai Besar Penelitian Tanaman PadiPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari karakteristik mutu fi sik, mutu giling, dan sifat fi sikokimia kultivar-kultivar padi populer yang ada di petani di Jawa Barat. Dua puluh empat kultivar padi yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari para petani di Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan di Balai Besar Penelitian Padi pada April 2013. Pengamatan mutu fi sik gabah, mutu fi sik dan mutu giling beras dan sifat fi sikokimia beras sesuai dengan metode IRRI. Analisis statistik dengan menggunakan perangkat lunak statistik SPSS versi 11.5. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mutu fi sik gabah dan mutu fi sik beras giling sampel seperti densitas gabah antara 465,0 (Diah Suci) hingga 530,5 g/l (Sidenuk Pusaka dan OBS1703) dan kisaran berat 1000 butir adalah 25,4 (Sidenuk Sukra) sampai dengan 29,26 g (Batang Piaman Dan Fatmawati). Ciherang Bandung memiliki derajat sosoh tertinggi (127), sedangkan Merdeka memiliki transparansi tertinggi (2,47). Berdasarkan P /L rasio, semua sampel dikategorikan sebagai beras ramping (rasio P/L> 3,0), kecuali Sidenuk Pusaka, Sidenuk Sukra, dan Fatmawati dikategorikan sebagai beras medium (P/L rasio 2,1-3,0). Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 01-6128-2008 untuk beras giling, 50 persen sampel memenuhi standar untuk beras kepala untuk kelas IV (min. 73%). Diah Suci memiliki persentase tertinggi beras kepala (94,93%) diikuti oleh galur B1107EMR-2-2-Pn-2-2 (91,57%). Rendemen beras pecah kulit (BPK) adalah antara 75,29% (Diah Suci) hingga 80,30% (Ciherang). Sementara itu, hasil rendemen beras giling mencapai sekitar 64,92% (Sidenuk Sukra) sampai dengan 75,49% (Ciherang). Berdasarkan sifat fi sikokimia, enam belas sampel diklasifi kasikan ke varietas yang memiliki amilosa rendah sampai menengah, konsistensi gel lunak, dan suhu gelatinisasi tinggi
- ItemPENGARUH JENIS PENGGILINGAN PADI TERHADAP RENDEMEN HASIL DAN TINGKAT KECERAHAN BERAS DI KABUPATEN SLEMAN(BB Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2016-05-31) Siswanto, Nugroho; Bintoro, Nursigit; Indrasari, Siti Dewi; BPTP JambiPenggilingan padi kecil yang menggunakan sistim kerja satu kali proses penyosohan kualitas dan rendemen beras yang kurang baik. Teknologi penggilingan padi pada penggilingan padi kecil masih sederhana, konfigurasi mesinnya hanya terdiri dari husker dan polisher saja dan sudah berumur tua. Di Sleman berkembang penggilingan padi keliling dimana kinerja dan mutu berasnya lebih buruk. Melihat kondisi penggilingan padi yang ada di Sleman perlu dilakukan penelitian terhadap penggilingan padi untuk mengetahui rendemen hasil dan tingkat kecerahan beras yang dihasilkan. Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Sleman yang merupakan sentra padi di DIY, waktu penelitian dari bulan Januari -April 2015. Penggilingan dilakukan terhadap gabah IR-64 dan Mentik untuk melihat pengaruh jenis gabah. Penggilingan padi yang dipakai dengan model: 1). SD = husker-2x separator-2x polisher (H-2S -2P), 2). TS = husker-polisher (H-P), 3). BC = 2x husker-2x polisher (2H-2P), dan 4). KL = 2x polisher (2P). Hasil perhitungan rendemen lapang (Rlp) untuk varietas IR-64 berkisar 60,00 – 64,41% dan varietas Mentik berkisar 61,67 – 64,58%. Sedangkan rendemen laboratorium untuk varietas IR -64 69,94% dan Mentik 66,99%. Selanjutnya dari hasil perhitungan susut penggilingan untuk varietas IR-64 dan Mentik untuk masing-masing penggilingan, yaitu : SD = 9,94 dan 2,41%; BC = 5,53 dan 3,63%; TS = 5,86 dan 3,78%; serta KL = 7,43 dan 5,32%. Hasil pengukuran tingkat kecerahan menunjukkan Mentik memiliki tingkat kecerahan lebih tinggi dibanding IR-64. Dimana tingkat kecerahan untuk IR-64 berkisar 71,18- 77,02 dan pada Mentik 83,00-87,32. Untuk memperoleh rendemen beras yang baik perlu memperhatikan bentuk beras dan konfigurasi penggilingan yang digunakan. Konfigurasi penggilingan padi skala kecil dengan husker -polisher untuk bentuk beras ramping memberikan rendemen yang terbaik. Sedangkan untuk bentuk beras medium, konfigurasi penggilingan terbaik adalah husker - 2 x separator - 2 x polisher Tingkat kecerahan beras terbaik diperoleh dari hasil k onfigurasi penggilingan husker - polisher atau 2 x polisher dengan bentuk beras medium. Perlu dilakukan perbaikan konfigurasi cara penggilingan pada penggilingan padi skala kecil untuk mendapatkan mutu beras yang lebih baik.
- ItemPreferensi Responden, Mutu Fisik dan Mutu Giling Beberapa Varietas Unggul Baru Padi Sawah di Pandak, Bantul, Yogyakarta(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2015-10) Purwaningsih; Pujiastuti, Evi; Indrasari, Siti Dewi; Balai Besar Penelitian Tanaman PadiMUTU FISIK, MUTU GILING, PREFERENSI, VUB PADI SAWAHBeberapa upaya dalam program diseminasi telah dilakukan oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian untuk memperkenalkan varietas unggul baru secara langsung kepada petani sehingga dapat mengetahui kualitas dari varietas yang baru dikenal. Preferensi responden terhadap VUB sangat penting diketahui sehingga BUMN/ UPBS produsen benih VUB dapat menentukan target produksi benih yang akan diperbanyak dan disebarkan kepada petani. Pengkajian bertujuan untuk mengetahui preferensi responden terhadap beras dan nasi, mutu fi sik gabah, mutu fi sik dan mutu giling beras. Pengkajian dilaksanakan pada bulan Januari-Juni 2014 di Kecamatan Pandak, Bantul, Yogyakarta. Metode yang digunakan untuk mengetahui preferensi adalah metode survey uji hedonic dengan 28 responden. Bahan yang digunakan adalah beras Inpari 23, Inpari 25, Inpari 27, Inpari 29, Inpari 30 dan Situbagendit sebagai kontrol. Selanjutnya data diolah menggunakan uji Kruskal Wallis. Sedangkan untuk pengujian mutu fi sik gabah, mutu fi sik beras, dan mutu giling beras dilakukan di Laboratorium Kimia Mutu, Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Data yang diperoleh diuji dengan Anova dilanjutkan uji Duncan.Hasil uji preferensi menunjukan bahwa beras yang paling disukai oleh responden adalah varietas Inpari 29, sedangkan nasi yang paling disukai adalah Inpari 23. Berdasarkan data hasil mutu fi sik gabah, maka semua varietas yang diuji termasuk kualitas mutu II (SNI 0224-1987 Standar Mutu Gabah), sedangkan berdasar SNI 6128:2008 Standar Mutu Beras, maka beras varietas Inpari 25, Inpari 27, Inpari 29, dan Inpari 30 termasuk kelas mutu III, sedangkan Inpari 23 dan Situbagendit termasuk kelas mutu IV.