Browsing by Author "Handayani, Tri"
Now showing 1 - 7 of 7
Results Per Page
Sort Options
- ItemKatalog Teknologi Inovatif Sayuran(Balai Penelitian Tanaman Sayuran, 2007) Setiawati, Wiwin; Murtiningsih, Rini; Handayani, Tri; Sopha, Gina Aliya; Balai Penelitian Tanaman SayuranKatalog Teknologi Inovatif Tanaman Sayuran disusun untuk menghimpun sebagian teknologi yang telah dihasilkan oleh para peneliti di lingkup Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balai Penelitian Hortikultura). Tujuannya adalah untuk memberikan fasilitas percepatan pemasyarakatan inovasi teknologi sayuran.
- ItemKetahanan Lapangan Klon-Klon Kentang Hasil Persilangan terhadap Penyakit Busuk Daun(Indonesian Center for Horticulture Research and Development, 2016-05-23) Handayani, Tri; Sahat, juniati P; Sofiari, Eri
- ItemPendekatan One Health dalam Mendukung Investigasi dan Identifikasi Faktor Resiko Kejadian Leptospirosis di Wilayah Kerja BBVet Wates(Direktorat Kesehatan Hewan, 2019) Rochmadiyanto; Padyastuti, Sri; Handayani, Tri; Wibawa, HendraLeptospirosis adalah salah satu penyakit yang sering tidak terdiagnosis dan tidak dilaporkan di negara maju maupun berkembang termasuk Indonesia. Salah satu daerah endemis Leptospirosis di Indonesia adalah di Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Pada tahun 2018 di kabupaten ini terjadi leptospirosis pada manusia sebanyak 92 kasus 24 diantaranya berakibat fatal. Dalam kurun JanuariFebruari 2019 kembali dilaporkan 18 kasus leptospirosis dan 5 orang diantaranya meninggal dunia.. Keberadaan ternak ruminansia sering dikaitkan dengan kejadian leptospirosis pada manusia. Oleh karena itu dilakukan investigasi dengan tujuan untuk mengetahui peranan ternak ruminansia dalam penularan leptospirosis pada manusia, serta menganalisis faktor risiko lingkungan dan perilaku yang mempengaruhi kejadian leptospirosis. Penelitian ini menggunakan desain studi observasional kasus kontrol (case-control study) dengan menggunakan unit epidemiologi individu/orang dan kasus didefi nisikan sebagai individu yang menunjukkan tanda klinis penyakit dan hasil uji laboratorium positip leptospirosis. Dari defi nisi ini, terpetakan 9 individu kasus dan 37 individu kontrol.. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi, dan pengukuran dilanjutkan analisis diskriptif dan analitik. Hasil investigasi menunjukkan 39% penderita tinggal di daerah yang sering banjir/tergenang air jika hujan; 43% penderita mempunyai ternak ruminansia, 71% penderita beraktifi tas sehari-hari di sungai dan 50% penderita kontak dengan tanah yang tercemar urin ruminansia. Kepemilikan ternak tidak terkait dengan leptospirosis (Odds Ratio/OR: 0.3, 95%CI: 0.1-4.3, p value=0.369). Dengan analisi univariat, beberapa faktor resiko memiliki keterkaitan yang signifi kan dengan leptospirosis pada manusia, antara lain: Lingkungan yang mengalami banjir/terendam air setelah hujan (OR: 8,3 [95%; CI:0,88-19,6; p value=0,018]), aktifi tas harian di sungai (OR= 21.87 9[5%; CI:3.14-152.05; p value=0,001]) dan kontak dengan tanah yang tercemar urin ruminansia merupakan faktor resiko leptospira (OR:10,3 [95%; CI:0,5911,5; p value=0,05]) dan ternak yang terdeteksi positif leptospirosis (OR:10.2 [95%CI 0.81-129.5;p=0.09]) Selanjutnya analisis multivariat menunjukkan bahwa risiko tinggi tertular leptospirosis bagi individu yang memiliki riwayat kontak dengan tanah yang tercemar urin ruminansia (OR=9.66; [95%, CI: 1.6656.17; p=0,001]) dan risiko semakin meningkat jika ternak positif leptospirosis (OR:47.32 [95%CI: 1.701315.43]). Resiko penularan dapat dikurangi jika individu menggunakan alat pelindung kerja (univariat OR: 0.3; [95% CI: 0.7-1.4]) dan multivariat OR: 0.5; [95% CI: 0.7-3.4]). Kepemilikan ternak ruminansia bukan merupakan faktor resiko penularan leptospira, tetapi resiko akan meningkat apabila ternak terinfeksi leptospitosis dan pemilik ternak pemilik ternak lalai dalam penggunaan alat pelindung diri saat berinteraksi dengan ternak atau saat membersihkan tanah dan kotoran ternak yang tercemar. Dibutuhkan upaya yang besar dan serius secara komprehensif untuk menurunkan kejadian leptospirosis melibatkan antar sektor yaitu kesehatan, veteriner/peternakan dan sosial.
- ItemPengamatan Karakter Morfologi Organ Kantong Nepenthes Mirabilis Pada Berbagai Lokasi Tumbuh(IAARD Press, 2012-12) Handayani, Tri; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianNepenthes mirabilis memiliki daerah sebaran yang luas. Keragaman bentuk, ukuran dan warna kantongnya cukup tinggi, sehingga berpotensi untuk dikembangkan sebagai tanaman hias unik yang indah. Pengamatan karakter morfologi organ kantong jenis ini telah dilakukan di Pesalat, Teluk Kaba, Balikpapan dan Samarinda. Keempat lokasi tersebut termasuk Provinsi Kalimantan Timur. Tujuannya untuk mengetahui karakter-karakter “unggul” Nepenthes mirabilis yang dapat dimanfaatkan dalam pengembangan dan pemuliaan jenis ini. Hasilnya menunjukkan bahwa jenis yang tumbuh di Samarinda memiliki karakter morfologi yang lebih “unggul” dibandingkan dengan tempat lain. Variasi campuran warna kantongnya paling besar (25 variasi), warna kantong tampak lebih cerah karena didominasi oleh warna hijau kemerahan atau ungu, serta ukuran bagian-bagian kantong cenderung lebih besar. Sebagian besar sulur berwarna hijau kemerahan, badan kantong berwarna hijau kemerahan, tutup kantong berwarna keunguan serta sayap berwarna keunguan. sulur berwarna hijau kemerahan, badan kantong berwarna hijau kemerahan, tutup kantong berwarna keunguan serta sayap berwarna keunguan. Sedangkan jenis yang tumbuh di Pesalat, Teluk Kaba dan Balikpapan menghasilkan kantong yang didominasi oleh warna hijau atau hijau kekuningan.
- ItemPetunjuk Teknis Budidaya Tanaman Sayuran(Balai Penelitian Tanaman Sayuran, 2007) Setiawati, Wiwin; Murtiningsih, Rini; Sopha, Gina Aliya; Handayani, Tri; Balai Penelitian Tanaman Sayuran
- ItemStandar Operasional Prosedur Produksi Benih Kentang (Solanum tuberosum L.) Kelas Benih BS, BD, BP, dan BR(Direktorat Perbenihan Hortikultura, 2015) Yusuf, Sri Wijayanti; Maharijaya, Awang; Kosim, Pitriansyah; Ekowati, Muning; Handayani, Tri; Gunawan, Endang; Nuryana, Ferdhi Isnan; Rabito, Purwono; Ruswandi, Iwan; Sugandi, Bubun; Rahayu, Sri Mukti; Khudori, Muhammad; Sulastianti, Ety; Novianti; Susilawaty; Fahrudin; Herlina, Ria; Drayani, LismawatiKentang merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mendapat prioritas untuk dikembangkan di Indonesia. Tanaman kentang dapat digunakan sebagai penunjang program diversifikasi pangan dalam usaha pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat. Untuk menghasilkan kentang berkualitas perlu didukung oleh ketersediaan benih kentang bermutu. Upaya menghasilkan benih kentang bermutu telah dilakukan melalui peningkatan penggunaan teknologi inovatif terapan dalam proses produksi benih maupun reformasi regulasi yang memberikan kemudahan dan peluang seluas luasnya bagi setiap pelaku usaha perbenihan namun dalam koridor benih bermutu. Benih bermutu diperoleh melalui proses produksi yang mengikuti standar ketentuan yang berlaku. Untuk memudahkan petugas di daerah dalam pembuatan pedoman, perlu disusun buku Standar Operasional Prosedur (SOP) produksi benih kentang yang dapat dijadikan acuan dalam penyusunan SOP spesifik lokasi. SOP Produksi Benih Kentang ini merupakan petunjuk teknis cara pembuatan benih kentang yang benar, sehingga produsen benih atau pelaku usaha dan pihak-pihak terkait dapat menghasilkan benih sesuai dengan standar mutu. SOP ini adalah penjabaran pelaksanaan praktis dari Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia nomor: 20/Kpts/SR.130/IV/2014 tentang Teknis Perbanyakan dan Sertifikasi Benih Kentang.
- ItemTeknologi Budidaya Kentang di Dataran Medium(Balai Penelitian Tanaman Sayuran, 2014) Prabaningrum, Laksminiwati; Moekasan, Tonny K; Sulastrini, Ineu; Handayani, Tri; Sahat, Juniarti P; Sofiari, Eri; Gunadi, Nikardi; Balai Penelitian Tanaman Sayuran