Browsing by Author "Eddy William"
Now showing 1 - 4 of 4
Results Per Page
Sort Options
- ItemPENAMPILAN GENOTIPE MELON DI LAHIAN RAWA PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN(Balai Pengujian Standar Instrumen Pertanian Lahan Rawa, 2007) Muhammad Saleh; Eddy WilliamLuas Iahan rawa pasang surut berkisar 20,1 juta hektar, sekitar 9,5 juta ha sangat potensial untuk pertanian. Selain tanaman padi, tanaman hortikultura juga berpotensi untuk dikembangkan. Tanaman hortikultura dapat dikembangkan di Iahan rawa pasang surut tipe luapan B dan C. Pada tipe luapan B dengan membuat sistem surjan, pada tipe luapan tipologi C sangat memungkinkan dilaksanakan dalam bentuk hamparan pada musim kemarau. Melon merupakan tanaman buah, yang umumnya ditanaman pada Iahan kering. Penelitian bertujuan untuk mengeva)uasi penampilan tanaman melon di Iahan rawa pasang surtit sulfat masam, dilaksanakan di Kebun Percobaan Belandean, MH 2006/2007. Tiga genotipe melon yaitu Galuh, Melon 86 dan Melon 41 i, ditanam pada surjan dengan satuan percobaan berukuran 3 m x 20 m. Jarak tanam 75 cm x 60 cm, I biji/lubang tanam. Kapur dan pupuk kandang diberikan 2 minggu sebelum tanam dengan dosis masing-masing 1,0 dan 20,0 t/ha. Pupuk buatan yang diberikan berupa P205, K20 dan NPK Mutiara dengan dosis masing-masing 180, 250 dan 220 kg/ha. Penelitian menunjukkan bahwa : hasil yang dicapai genotipe Galuh, Melon 86 dan Melon 41 1 berturut-turut adalah 15,69 ; 13,3 dan 8,73 t/ha.
- ItemPENAMPILAN GENOTIPE SEMANGKA Dl LAHAN RAWA PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN(Balai Pengujian Standar Instrumen Pertanian Lahan Rawa, 2007) Eddy William; Muhammad SalehSemangka merupakan tanaman buah yang dikonsumsi dalam bentuk segar. Daging buah semangka mengandung air 93,4%, protein 0,5%, lemak 1%, abu 0,5% dan vitamin 70 mcg. Tanaman semangka tumbuh baik pada daerah beriklim panas dengan sinar matahari penuh , tanah berpasir dan tidak tahan tergenang air. Di Kalimantan Selatan semangka pada umumnya dibudidayakan pada lahan kering dan lahan lebak pada Musim Kemarau. Kalimantan Selatan mempunyai lahan rawa pasang surut yang cukup luas dan potensial untuk pertanian. Selain tanaman padi, tanaman palawija dan hortikultura juga bisa diusahakan di lahan rawa pasang surut. Pada lahan tipologi B dengan membuat sistem surjan, pada lahan tipologi C sangat memungkinkan dilaksanakan dalam bentuk hamparan pada musim kemarau. Penelitian bertujuan untuk mengevaluasi penampilan tanaman semangka di lahan rawa pasang surut sulfat masam, dilaksanakan di Kebun Percobaan Belandean, MH 2006/2007. Tiga genotipe semangka yaitu Balitbu II, Balitbu III dan Balitbu VI, .ditanam pada surjan seluas 3 m x 20 m. Jarak tanam 75 cm x 400 cm, I tanaman/lubang tanam. Kapur dan pupuk kandang diberikan 2 minggu sebelum tanam dengan dosis masing-masing 0, 10 dan 3,0 t/ha. Pupuk buatan yang diberikan berupa P205, K20 dan NPK dengan dosis masing-masing 27,0 37,5 dan 33,0 kg/ha. Penelitian menunjukkan bahwa : hasil yang dicapai genotipe Balitbu VI. Balitbu III dan Balitbu II benurut-turut adalah 25,00 ; 21,70 dan 19,12 t/ha.
- ItemRESPONSITAS 12 GENOTIPE KEDELAI TERHADAP PENGAPURAN m LAHAN RAWA PASANG SURUT SULFAT MASAM(Balai Pengujian Standar Instrumen Pertanian Lahan Rawa, 2007) Koesrini; Eddy WilliamSalah satu kendala yang dihadapi di lahan rawa pasang surut sulfat masam adaiah reaksi tanah yang sangat masam, sehingga berdampak pada hasil yang sangat rendah. Salah satu upaya untuk meningkatkan hasil kedelai di lahan tersebut adalah dengan pemberian kapur. Tujuan penelitian adalah mengetahui responsitas 12 genotipe kedelai terhadap pengapuran di lahan sulfat masam. Penelitian dilaksanakan di lahan sulfat masam di Barambai-Kabupaten Batola, Kalimantan Selatan pada MH 2002/03. Rancangan petak terpisah dengan 4 ulangan digunakan untuk menata perlakuan. Sebagai petak utama adalah perlakuan kapur, yaitu kapur I t/ha dan kapur 2 t'ha. Sedangkan sebagai anak petak adalah 12 genotipe kedelai yang terdiri dari S galur kedelai dan 4 varietas pembanding (Lawit, Menyapa, Wilis dan Slamet). Hasil penelitian menunjukkan adanya variasi respon genotipe kedelai terhadap pengapuran. Genotipe MSC 9234-D-3 dikategorikan paling respon terhadap pengapuran, dengan nilai peningkatan hasil 21,7%.
- ItemVARIETAS KEDELAI ADAPTIF LAHAN RAWA PASANG SURUT(Balai Pengunjian Standar Instrumen Pertanian Lahan Rawa, 2014) Eddy William; Muhammad Saleh; SuhartinaPengembangan kedelai di lahan rawa pasang surut dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi kedelai nasional. Secara umum kedelai dapat tumbuh hampir di setiap jenis tanah termasuk tanah rawa, tetapi untuk mencapai hasil optimal diperlukan kondisi lahan dengan tingkat kemasaman tanah (pH) >4.5, status hara (N, P, K) sedang sampai tinggi, kejenuhan Al <20% dan tidak tergenang air. Perbaikan kualitas tanah melalui ameliorasi dan pemilihan varietas adaptif merupakan salah satu syarat mendukung keberhasilan pertanaman kedelai di lahan rawa pasang surut. Beberapa varietas unggul kedelai yang adaptif adalah Sindoro, Kipas Putih, Merbabu, Petek, Tidar, Lompobatang, Jayawijaya, Wilis, Lawit, Menyapa, dan Anjasmoro. Dukungan pemerintah dalam hal penyediaan benih bermutu, sarana dan prasarana serta perbaikan harga kedelai menjadi hal penting yang perlu diperhatikan dalam pengembangan kedelai di lahan rawa pasang surut.