Repository logo
  • English
  • Català
  • Čeština
  • Deutsch
  • Español
  • Français
  • Gàidhlig
  • Latviešu
  • Magyar
  • Nederlands
  • Polski
  • Português
  • Português do Brasil
  • Suomi
  • Svenska
  • Türkçe
  • Қазақ
  • বাংলা
  • हिंदी
  • Ελληνικά
  • Yкраї́нська
  • Log In
    New user? Click here to register.Have you forgotten your password?
Repository logo
  • Communities & Collections
  • All of Repositori
  • English
  • Català
  • Čeština
  • Deutsch
  • Español
  • Français
  • Gàidhlig
  • Latviešu
  • Magyar
  • Nederlands
  • Polski
  • Português
  • Português do Brasil
  • Suomi
  • Svenska
  • Türkçe
  • Қазақ
  • বাংলা
  • हिंदी
  • Ελληνικά
  • Yкраї́нська
  • Log In
    New user? Click here to register.Have you forgotten your password?
  1. Home
  2. Browse by Author

Browsing by Author "Djuber Pasaribu"

Now showing 1 - 5 of 5
Results Per Page
Sort Options
  • Loading...
    Thumbnail Image
    Item
    Metode Pengamatan dan Database Pengelolaan Tanaman Padi secara Terpadu
    (Departemen Pertanian, 2003-12-23) A.Karim Makarim; Suwandi; Zulkifli Zaini; Djuber Pasaribu; Hermanto
    Panduan "Metode Pengamatan dan Database Pengelolaan Tanaman Padi secara Terpadu" diharapkan dapat dijadikan pedoman dalam perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi pengkajian model Pengelolaan Tanaman dan Sumber Daya Terpadu (PTT), padi hibrida, dan padi tipe baru melalui Kegiatan Percontohan Peningkatan Produktivitas Padi Terpadu (P3T). Mengingat makin meluasnya pelaksanaan PTT, padi hibrida dan tipe baru di beberapa propinsi di Indonesia, maka panduan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengguna. Namun demikian, saran dari pengguna, baik dari segi isi maupun penyajian panduan ini diperlukan untuk perbaikan. Kepada penulis dan semua pihak yang terlibat dalam penyusunan panduan ini saya ucapkan terima kasih..
  • Loading...
    Thumbnail Image
    Item
    Padi TIPE BARU
    (Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2004-12-16) A.K. Makarim; Irsal Las; Achmad M. Fagi; I Nyoman Widiarta; Djuber Pasaribu
    Dalam beberapa tahun ke depan dikhawatirkan defisit antara produksi padi dan permintaan beras akan semakin besar. Hal ini dilatarbelakangi oleh masih tingginya laju peningkatan permintaan sementara konversi lahan sawah produktif makin pesat dan laju peningkatan produksi padi nasional mengecil. Sejak dua dekade lalu kurva produksi padi cenderung melandai. Pengalaman menunjukkan penggunaan varietas padi unggul dengan teknik budi daya yang tepat telah memberikan kontribusi yang besar terhadap peningkatan produksi padi. Meski demikian, varietas unggul yang telah dan sedang digunakan petani saat ini seperti IR64, Memberamo, Ciherang, Way Apoburu, Bondoyudo, Kalimas, dan Sintanur tidak mampu lagi berproduksi lebih tinggi karena kemampuan genetiknya terbatas. Balai Penelitian Tanaman Padi (Balitpa) yang bernaung di bawah Pusat Penelitian Pengembangan Tanaman Pangan (Puslitbangtan) dari Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Badan Litbang Pertanian) terus berupaya merakit varietas unggul berpotensi hasil tinggi. Salah satu terobosan yang dihasilkan adalah varietas unggul tipe baru (VUTB) yang dirakit dari plasma nutfah potensial yang dihimpun dari berbagai sumber, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Beberapa di antara sejumlah galur hasil persilangan itu memiliki harapan untuk dikembangkan, satu di antaranya telah dilepas pada tahun 2003 dengan nama VUTB Fatmawati. Uji adaptasi di berbagai lokasi yang cocok untuk VUTB menunjukkan bahwa VUTB Fatmawati mampu menghasilkan gabah 10-20% lebih tinggi dari IR64. Guna mendukung upaya peningkatan produksi padi nasional, penanaman VUTB diharapkan dapat segera meluas ke sentra-sentra produksi padi sawah irigasi. Pedoman ini disusun untuk digunakan dalam perluasan tanam VUTB dengan pendekatan Pengelolaan Tanaman dan Sumber Daya Terpadu (PTT). Kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi dalam penyusunan dan penerbitan Pedoman Pengembangan VUTB ini kami sampaikan penghargaan dan terima kasih.
  • Loading...
    Thumbnail Image
    Item
    Pedoman Umum Kegiatan Percontohan Peningkatan Produktivitas Padi Terpadu 2003
    (Departemen Pertanian, 2003-12-17) Djuber Pasaribu; Hermanto
    Sejalan dengan tujuan pembangunan pertanian yang lebih memfokuskan kepada peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani, maka program intensifikasi padi sudah selayaknya mendapat perbaikan dan penyempurnaan dari berbagai aspek, baik teknis maupun kelembagaan pendukung. Dalam dasawarsa terakhir, produksi padi Indonesia mengalami stagnasi/pelandaian. Hal ini disebabkan antara lain oleh degradasi lahan, terutama pada sawah produktif yang selama ini digunakan untuk intensifikasi usahatani padi. Berbagai penelitian yang dilaksanakan selama ini telah berhasil mengatasi masalah tersebut. Berangkat dari fenomena itu, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Bina Produksi Tanaman Pangan dan Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan mengimplementasikan Kegiatan Percontohan Peningkatan Produksi Padi Terpadu (P3T) yang pelaksanaannya dimulai pada tahun 2002. Kegiatan ini merupakan upaya pengembangan model alih teknologi atau inovasi baru untuk memacu peningkatan produktivitas usahatani padi dan sekaligus peningkatan pendapatan petani melalui pendekatan Pengelolaan Tanaman dan Sumber Daya Terpadu (PTT) dan Sistem Integrasi Padi-Ternak (SIPT) di lahan sawah irigasi, yang didukung oleh pengembangan Kelembagaan Usaha Agribisnis Terpadu (KUAT). Panduan ini merupakan revisi dari pedoman umum yang diterbitkan pada tahun 2002. Pedoman umum ini memuat maksud, tujuan, dan sasaran kegiatan, serta garis besar acuan pengelolaan kegiatan maupun anggaran bagi para pelaksana di tingkat pusat, propinsi, dan terutama di kabupaten sebagai penerima manfaat terbesar kegiatan. Dengan pedoman umum ini diharapkan para pelaksana dapat merencanakan anggaran kegiatan dengan asas berdaya guna dan berhasil guna. Pedoman umum ini dirancang sedemikian rupa sehingga terdapat keleluasaan bagi daerah menterjemahkan lebih lanjut ke dalam Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) yang disusun di tingkat propinsi dan Petunjuk Teknis (Juknis) di tingkat kabupaten, sesuai dengan potensi wilayah, kebutuhan, dan dinamika aspirasi masyarakat yang beragam antarwilayah.
  • Loading...
    Thumbnail Image
    Item
    Penanganan Panen dan Pascapanen Padi dalam Sistem Usahatani Tanaman-Ternak
    (Departemen Pertanian, 2003-12-16) E. Eko Ananto; Agus Setyono; Sutrisno; Djuber Pasaribu; Hermanto
    Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi padi adalah menekan tingkat kehilangan hasil pada saat panen dan sesudahnya. Dewasa ini tingkat kehilangan hasil padi masih tinggi, mencapai 20-21%, sekitar 9% di antaranya terjadi pada saat pemanenan dan 5% pada saat perontokan gabah. Panen padi, terutama di Jawa, umumnya dilakukan dengan sistem keroyokan atau ceblokan dengan tingkat kehilangan hasil mencapai 14-19%. Angka ini dapat ditekan menjadi 5-6% jika pemanenan padi dilakukan dengan sistem kelompok. Jumlah anggota kelompok pemanen juga berpengaruh terhadap kehilangan hasil gabah. Makin banyak jumlah pemanen makin tinggi tingkat kehilangan hasil. Perontokan gabah dengan bantuan alat dan mesin perontok (power thresher) dapat mempercepat proses perontokan dan menekan tingkat kejerihan kerja. Balai Penelitian Tanaman Padi telah menghasilkan teknologi panen dan pascapanen padi. Teknologi ini diintegrasikan ke dalam Kegiatan Percontohan Peningkatan Produktivitas Padi Terpadu (P3T) yang diimplementasikan di berbagai lokasi di Indonesia di bawah koordinasi Departemen Pertanian. Melalui Kegiatan Percontohan ini, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian mengembangkan model Pengelolaan Tanaman dan Sumber Daya Terpadu (PTT) Padi Sawah Irigasi, teknologi padi hibrida, padi varietas unggul tipe baru, dan Sistem Integrasi Padi-Ternak (SIPT) di berbagai lokasi di Indonesia. Panduan teknis Penanganan Panen dan Pascapanen Padi dalam Sistem Usahatani Tanaman-Ternak disusun untuk mendukung upaya peningkatan produktivitas padi dalam Kegiatan Percontohan P3T. Kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi dalam penyusunan panduan ini disampaikan penghargaan dan terima kasih.
  • Loading...
    Thumbnail Image
    Item
    Sistem Integrasi Padi-Ternak
    (Departemen Pertanian, 2003-12-22) Budi Haryanto; Ismeth Inounu; IGM Budi Arsana; Kusuma Diwyanto; Djuber Pasaribu; Hermanto
    Upaya peningkatan produksi pangan (karbohidrat) masih menjadi prioritas utama dalam pembangunan pertanian. Dalam hal ini beras adalah sumber karbohidrat penting dan strategis. Namun, upaya peningkatan produksi padi saat ini dihadapkan kepada berbagai kendala, antara lain lahan 'sakit' akibat kekurangan bahan organik. Untuk mengobati lahan sawah yang sakit diperlukan masukan, antara lain bahan organik dalam jumlah yang cukup dengan cara yang mudah dan murah. Berkaitan dengan pangan, Indonesia menghadapi tantangan dalam mencukupi kebutuhan daging di dalam negeri. Daging, terutama daging sapi, masih merupakan barang mewah bagi sebagian besar penduduk. Di sisi lain, volume impor daging dan sapi bakalan makin meningkat, yang tentu saja akan menguras devisa. Kondisi ini merupakan peluang bagi pengembangan industri sapi di Indonesia, sepanjang produknya mempunyai daya saing yang tinggi. Penelitian, pengkajian, dan pengalaman empiris di lapang membuktikan bahwa inovasi Sistem Integrasi Padi-Ternak (SIPT) mampu meningkatkan produksi, memperbaiki kualitas lingkungan, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pengembangan SIPT yang dikaitkan dengan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) di daerah penghasil padi diharapkan dapat menjadi alternatif dalam mengatasi masalah perberasan dan perdagingan nasional, sekaligus dapat meningkatkan kesejahteraan petani. Pengembangan SIPT di satu wilayah dapat berbeda dengan wilayah lainnya, bergantung pada keadaan geografis, ekologi, dan sosial ekonomi masyarakat, tetapi prinsip dasarnya sama. Pengembangan SIPT melalui kegitan percontohan Peningkatan Produktivtas Padi Terpadu (P3T) merupakan kegiatan kerja sama unit kerja di lingkup Departemen Pertanian, terutama Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan, Direktorat Jenderal Bina Produksi Tanaman Pangan, Dinas Pertanian/Peternakan Tingkat Propinsi dan Kabupaten. Dalam pelaksanaannya, kegiatan ini akan melibatkan banyak institusi terkait lainnya, baik di tingkat pusat maupun daerah, serta lembaga swadaya masyarakat, dan swasta. Keberhasilan kegiatan ini bukan hanya diukur dari aspek teknis maupun ekonomis, tetapi juga aspek kelembagaan dan koordinasi, serta kesejahteraan masyarakat setempat. Panduan ini merupakan revisi dari panduan teknis yang diterbitkan pada tahun 2002, yang diharapkan dapat dijadikan acuan dalam inovasi Sistem Integrasi PadiTernak melalui kegiatan percontohan P3Т.

Copyright © 2025 Kementerian Pertanian

Balai Besar Perpustakaan dan Literasi Pertanian

  • Cookie settings
  • Privacy policy
  • End User Agreement
  • Send Feedback