Sistem Integrasi Padi-Ternak

Loading...
Thumbnail Image
Date
2003-12-22
Journal Title
Journal ISSN
Volume Title
Publisher
Departemen Pertanian
Abstract
Upaya peningkatan produksi pangan (karbohidrat) masih menjadi prioritas utama dalam pembangunan pertanian. Dalam hal ini beras adalah sumber karbohidrat penting dan strategis. Namun, upaya peningkatan produksi padi saat ini dihadapkan kepada berbagai kendala, antara lain lahan 'sakit' akibat kekurangan bahan organik. Untuk mengobati lahan sawah yang sakit diperlukan masukan, antara lain bahan organik dalam jumlah yang cukup dengan cara yang mudah dan murah. Berkaitan dengan pangan, Indonesia menghadapi tantangan dalam mencukupi kebutuhan daging di dalam negeri. Daging, terutama daging sapi, masih merupakan barang mewah bagi sebagian besar penduduk. Di sisi lain, volume impor daging dan sapi bakalan makin meningkat, yang tentu saja akan menguras devisa. Kondisi ini merupakan peluang bagi pengembangan industri sapi di Indonesia, sepanjang produknya mempunyai daya saing yang tinggi. Penelitian, pengkajian, dan pengalaman empiris di lapang membuktikan bahwa inovasi Sistem Integrasi Padi-Ternak (SIPT) mampu meningkatkan produksi, memperbaiki kualitas lingkungan, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pengembangan SIPT yang dikaitkan dengan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) di daerah penghasil padi diharapkan dapat menjadi alternatif dalam mengatasi masalah perberasan dan perdagingan nasional, sekaligus dapat meningkatkan kesejahteraan petani. Pengembangan SIPT di satu wilayah dapat berbeda dengan wilayah lainnya, bergantung pada keadaan geografis, ekologi, dan sosial ekonomi masyarakat, tetapi prinsip dasarnya sama. Pengembangan SIPT melalui kegitan percontohan Peningkatan Produktivtas Padi Terpadu (P3T) merupakan kegiatan kerja sama unit kerja di lingkup Departemen Pertanian, terutama Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan, Direktorat Jenderal Bina Produksi Tanaman Pangan, Dinas Pertanian/Peternakan Tingkat Propinsi dan Kabupaten. Dalam pelaksanaannya, kegiatan ini akan melibatkan banyak institusi terkait lainnya, baik di tingkat pusat maupun daerah, serta lembaga swadaya masyarakat, dan swasta. Keberhasilan kegiatan ini bukan hanya diukur dari aspek teknis maupun ekonomis, tetapi juga aspek kelembagaan dan koordinasi, serta kesejahteraan masyarakat setempat. Panduan ini merupakan revisi dari panduan teknis yang diterbitkan pada tahun 2002, yang diharapkan dapat dijadikan acuan dalam inovasi Sistem Integrasi PadiTernak melalui kegiatan percontohan P3Т.
Description
Keywords
Citation
Collections