Browsing by Author "Dewi, Ratna Sari"
Now showing 1 - 4 of 4
Results Per Page
Sort Options
- Item27. Pengaruh Pestisida Nabati Dalam Menekan Perkembangan Penyakit Hawar Daun Bakteri dan Kehilangan Hasil Pada Tanaman Padi(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2015-10) Kadir, Triny Suryani; Dewi, Ratna Sari; Balai Besar Penelitian Tanaman PadiKeberadaan penyakit hawar daun bakteri pada tanaman padi masih menjadi ancaman serius dalam usaha pemenuhan kebutuhan beras nasional. Penggunaan varietas tahan masih belum dapat mengatasi permasalahan hawar daun bakteri, hal ini dikarenakan tidak semua varietas tahan terhadap semua strain bakteri yang ada. Oleh karena itu diperlukan suatu teknologi alternatif pengendalian yang dapat digunakan secara luas. Pestisida nabati diketahui aman bagi lingkungan dan konsumen, sehingga diharapkan dapat mendukung pertanian yang berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeterminasi pengaruh aplikasi pestisida botani, yaitu ekstrak rimpang lengkuas A. galanga dan daun Azadirachta indica terhadap perkembangan penyakit hawar daun bakteri pada tanaman padi di lapangan. Percobaan dilakukan di Kebun Percobaan Sukamandi pada MT-1 dan MT-2 Tahun 2012. Ekstrak yang digunakan berupa cairan perasan dari bahan segar dengan konsentrasi bahan dalam volume semprot adalah 10% (w/v). Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok dengan 5 perlakuan dan 5 ulangan. Perlakuan terdiri dari aplikasi ekstrak A. galanga, A. indica, bakterisida sintetik dengan bahan aktif tembaga oksida 56% sebagai pembanding, kontrol pelarut (detergen dan alkohol), dan kontrol air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak A. galanga dan A. indica mampu menghambat perkembangan penyakit hawar daun bakteri lebih baik dibandingkan dengan bakterisida sintetik berbahan aktif tembaga oksida 56% dengan hasil panen yang diperoleh tidak berbeda nyata. Ekstrak ini dapat digunakan/menggantikan bakterisida sintetik untuk pengendalian penyakit hawar daun bakteri, sehingga dapat mengurangi penggunaan pestisida sintetik.
- Item28. Hubungan Antara Kejadian Dengan Keparahan Penyakit Hawar Daun Bakteri dan Hasil Serta Respon Ketahanan Varietas Berdasarkan Cara Infeksi(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2015-10) Dewi, Ratna Sari; Kadir, Triny Suryani; Nuryanto, Bambang; Balai Besar Penelitian Tanaman PadiKerusakan pertanaman padi akibat penyakit hawar daun bakteri (HDB) di Pulau Jawa yang merupakan penyumbang utama beras nasional masih cukup luas, yaitu >70%. Serangan dan intensitas penyakit dipengaruhi oleh tanaman, patogen, dan lingkungan. Perbedaan tingkat ketahanan tanaman, tingkat virulensi, jumlah inokulum, dan proses penetrasi patogen akan memberikan tingkat kejadian/ keparahan penyakit yang berbeda. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan tingkat kejadian penyakit HDB dengan keparahan dan hasil serta respon ketahanan varietas terhadap Xanthomonas oryzae pv. oryzae berdasarkan cara infeksi. Percobaan dilakukan di Kebun Percobaan BB Padi Sukamandi Subang, Jawa Barat pada musim kemarau tahun 2013. Rancangan percobaan yang digunakan split plot dengan 3 ulangan. Petak utama adalah varietas, yang terdiri dari varietas Inpari I (tahan) dan Ciherang (rentan). Anak petak adalah persentase (%) kejadian penyakit yang terdiri dari: 5%, 10%, 15%, 50%, 75%, dan 100%. Inokulasi bakteri Xoo patotipe IV konsentrasi 108 cfu dilakukan secara buatan pada fase primordia. Parameter yang diamati adalah keparahan penyakit dan hasil panen. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa perbedaan tingkat kejadian penyakit dari inokulasi buatan tidak berpengaruh terhadap tingkat keparahan penyakit pada kedua varietas yang berbeda tingkat ketahanannya (Ciherang dan Inpari 1). Sifat ketahanan lebih terlihat ekspresinya pada saat infeksi terjadinya secara alami. Keparahan penyakit lebih rendah pada Inpari 1 dibandingkan dengan Ciherang. Berdasarkan hasil panen yang diperoleh terdapat korelasi berbanding terbalik dengan tingkat keparahan HDB. Dari model yang diperoleh, setiap kenaikan keparahan penyakit sebesar 10% pada varietas Ciherang akan menurunkan hasil sebesar 0,131 ton/ha, sedangkan pada varietas Inpari 1, setiap kenaikan 10%, akan menurunkan hasil sebesar 0,17 ton/ha.
- ItemDeteksi Tular Benih Xanthomonas oryzae pv. oryzae dan Hubungan Tingkat Keparahan Penyakit Dengan Tingkat Infeksi Pada Benih Padi(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)/BBSIP Padi, 2015-08-06) Dewi, Ratna Sari; Kadir, Triny Suryani; Nuryanto, BambangPenyakit hawar daun bakteri menjadi masalah yang serius pada pertanaman padi dan permasalahannya terus bertambah dari waktu ke waktu. Sifat patogen Xanthomonas oryzae pv. oryzae yang memiliki variasi patotipe yang cukup banyak dan cepat berubah menjadi kendala dalam perakitan varietas, karena varietas yang dilepas umumnya hanya tahan terhadap patotipe tertentu saja. Permasalahan lain adalah bakteri ini diindikasikan bersifat tular benih. Untuk mengetahui sifat tular benih dari bakteri X. oryzae pv. oryzae dan hubungannya dengan tingkat serangan, maka dilakukan deteksi infeksi benih terhadap beberapa varietas dengan tingkat serangan yang berbeda-beda di Laboratorium Fitopatologi, Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Sukamandi. Deteksi dilakukan terhadap 14 jenis varietas, yang terdiri atas 7 varietas padi irigasi (Ciherang, Inpari 1, 16, 17, 21, 22, dan Inpari 23), tiga varietas padi gogo (Inpago 7, 8, dan Situbagendit), dan 4 varietas padi rawa, yaitu Inpara 1, 3, 4, dan Inpara 5. Deteksi dilakukan dengan metode inkubasi pada media agar dan motode on-growing test. Uji Postulat Koch juga dilakukan untuk memastikan bahwa jenis bakteri yang terdeteksi adalah bakteri X. oryzae pv. oryzae. Hasil deteksi dengan metode inkubasi pada media agar menunjukkan bahwa dari 14 varietas yang diuji, sebanyak 4 varietas positif terinfeksi bakteri X. oryzae pv. oryzae, yaitu Ciherang, Inpari 1, Inpari 16, dan varietas Situbagendit. Tingkat infeksi tertinggi diperoleh dari benih Ciherang sebesar 0,75%, diikuti Inpari 1 dan Situbagendit (0,5%), sementara tingkat infeksi benih varietas Inpari 16 sebesar 0,25%. Pada varietas Ciherang diperoleh adanya korelasi positif antara tingkat serangan di lapangan dengan tingkat infeksi pada benih dengan koefisien determinasi= 0.902. Deteksi infeksi benih dengan metode on-growing test diperoleh tingkat infeksi pada benih tertinggi juga ditunjukkan pada benih varietas Ciherang, yaitu sebesar 73,33% dari sampel benih yang berasal dari malai dengan tingkat keparahan penyakit 100%.
- ItemPengendalian Hama dan Penyakit Utama Tanaman Padi(Pertanian Press, 2024) Suprihanto; Sulaiman, Andi Amran; Djufry, Fadjry; Thamrin, Muhammad; Sasmita, Priatna; Usyati, N.; Dewi, Ratna Sari; Anggara, Agus Wahyana; Effendi, Baehaki Suherlan; Santoso; Kurniawati, Nia; Suhartini; Wening, Rina Hapsari; Hasmi, IndrusTanaman pangan merupakan sub sektor yang paling rentan di pengaruhi iklim. Adanya kenaikan suhu dan peningkatan curah hujan akan berpengaruh pada pola tanam sekaligus berpengaruh terhadap perilaku organisme pengganggu tanaman (OPT). Peningkatan serangan OPT akan menurunkan kuantitas dan kualitas hasil. Tanaman padi memiliki beragam potensi cekaman biotik berupa hama dan penyakit yang sangat mempengaruhi kehilangan hasil sehingga diperlukan pengendalian hama dan penyakit padi, diperlukan pemahaman yang baik tentang jenis dan karakteristik hama dan penyakit tersebut. Berdasarkan Permentan Nomor 13 Tahun 2023 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Lingkup Badan Standardisasi Instrumen Pertanian, Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi) berganti nama menjadi Balai Besar Pengujian Standar Instrumen Padi (BBPSI Padi). Sesuai dengan tugasnya, BBPSI Padi melaksanakan pengujian standar instrumen padi. Untuk mendukung hal tersebut, diperlukan upaya-upaya dalam membuat standar instrumen padi salah satunya adalah pengendalian hama dan penyakit tanaman padi yang dapat diimplementasikan di lapangan dan sesuai dengan peraturan dan kebutuhan pertanian modern. Buku Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Padi ini memberikan informasi dan tuntunan praktis yang sangat cukup mengenal jenis dan bioteknologi hama dan penyakit utama padi serta solusi pengendalian terbaik berdasarkan rekomendasi BBPSI Padi.