Browsing by Author "Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian"
Now showing 1 - 20 of 121
Results Per Page
Sort Options
- ItemAnalisa Usaha Tani Padi Gogo dengan Teknologi Larikan Gogo pada Beberapa Dosis Pemupukan di Kabupaten Bengkulu Tengah(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2020) Yartiwi; Calista, Irma; Yahumri; Musaddad, Darkam; Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi PertanianKebutuhan bahan pangan yang semakin meningkat akibat pertumbuhan penduduk, sulit dipenuhi hanya dengan mengandalkan produksi tanaman pangan di lahan sawah. Hal ini karena semakin terbatasnya sumber daya lahan yang sesuai untuk pertanaman padi. Provinsi Bengkulu mempunyai luas wilayah 1.991.933 ha dan memiliki luas lahan kering dataran rendah 796.800 ha yang memiliki potensi untuk pertanian. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mendapatkan usaha pertanian padi gogo dilahan kering masam Kabupaten Bengkulu Tengah Provinsi Bengkulu yang menguntungkan pada tiga taraf dosis pemupukan dilihat dari produksi dan analisis ekonomi. Metode penelitian dengan survei dan wawancara langsung dengan responden petani padi lahan kering dengan bantuan kuesioner. Analisis data yang digunakan adalah deskriptif, analisis biaya serta analisis pendapatan, kelayakan R/C rasio. Hasil analisis menunjukkan bahwa rata-rata biaya yang dikeluarkan petani padi di lahan kering di Kabupaten Bengkulu Tengah pada dosis pemupukan P2 (Urea 200 kg/ha, TSP 150 kg/ha, Za 50 kg/ha dan KCL 100 kg/ha) sebesar Rp. 8.991.350 per hektar dengan rata-rata pendapatan selama satu kali musim tanam sebesar Rp. 12.992.650 per per hektar. Nilai R/C rasio usahatani padi lahan kering di Kabupaten Bengkulu Tengah sebesar 1.2, maka usahatani padi lahan kering layak untuk dikembangkan (R/C >1).
- ItemANALISIS ADOPSI KOMPONEN TEKNOLOGI SEBELUM DAN SESUDAH DILAKSANAKANNYA SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU PADI SAWAH IRIGASI DI LAMPUNG(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2017-10) Kiswanto; Yulia Adriyani, Fauziah; Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi PertanianAnalisis adopsi komponen teknologi sebelum dan sesudah dilaksanakannya sekolah lapang pengelolaan tanaman terpadu (SL-PTT) padi sawah irigasi di Lampung dilaksanakan di Kabupaten Lampung Tengah dan Lampung Timur yang merupakan wilayah sentra produksi padi di Lampung dan implementasi program SL-PTT padi. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan SL-PTT padi sawah irigasi terhadap adopsi teknologi budidaya, produktivitas dan pendapatan petani. Pengkajian dilaksanakan pada bulan September - Desember 2015, di Kecamatan Seputih Raman dan Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah dan Kecamatan Batanghari Nuban, Batanghari dan Probolinggo Kabupaten Lampung Timur dengan jumlah sampel seluruhnya 80 responden yang dipilih secara random. Metode pengkajian dengan cara survei yaitu wawancara secara mendalam kepada petani yang pernah mengikuti program SL-PTT padi dengan menggunakan kuesioner. Data dianalisis secara deskriptif. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa (1) pelaksanaan SL-PTT padi memiliki dampak positif terhadap perubahan perilaku petani dalam mengadopsi komponen teknologi PTT dengan kisaran 21,25 % – 61,25 % petani menerapkan teknologi PTT setelah pelaksanaan SL-PTT, dan (2) pembelajaran SL-PTT padi dapat meningkatkan produktivitas padi dengan kisaran 14 % - 21 % dan pendapatan usahatani 56 % - 77 %.
- ItemAnalisis Potensi Daya Dukung Pakan untuk Pengembangan Sapi Potong di Kabupaten Rembang(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2020) Prasetyo, Amrih; Kurnianto, Heri; Hayati, Rini Nur; Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi PertanianPenelitian dilaksanakan di Kabupaten Rembang pada bulan Maret hingga Juli tahun 2019. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui potensi daya dukung pakan limbah pertanian sapi potong berdasarkan pewilayahan dan daya dukung hijauan pakan di Kabupaten Rembang. Metode analisis yang di gunakan dalam penelitian adalah deskriptif analisis. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan menurut metode purposive sampling, dengan pertimbangan wilayah ini memiliki jumlah populasi sapi potong terbesar ke-4 di Provinsi Jawa Tengah. Data yang dikumpulkan meliputi data sekunder bersumber dari: a) BPS Kabupaten Rembang, b) Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Rembang, serta c) studi pustaka dari hasil penelitian yang di terbitkan oleh lembaga resmi. Data primer hasil survei lokasi melalui wawancara langsung dengan petani. Data yang terkumpul kemudian diolah dan dianalisis melalui perhitungan indeks daya dukung lahan (IDD). Kabupaten Rembang ini memiliki luas sebesar 1.014,08 km2, tersebar pada 14 wilayah kecamatan. Populasi sapi potong pada tahun 2012 hingga 2015 mengalami penurunan, dengan jumlah populasi tiap tahunnya 164.803 ekor, 117.179 ekor, 120.934 ekor dan 128.123 ekor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa populasi sapi potong terbanyak berada di 9 kecamatan yang termasuk wilayah basis, yaitu: Kecamatan Sumber, Bulu, Gunem, Sale, Sarang, Sedan, Pamotan, Sulang dan Kaliori. Nilai Indeks Daya Dukung (IDD) pakan di atas 2 dikategorikan aman terdapat di 8 Kecamatan dengan nilai tertinggi berada di Kecamatan Lasem sebesar 3,8. Berdasarkan hasil analisis satuan ternak, populasi ternak sapi potong betina produktif sejumlah 81.937 ST, dimana daya tampung ternak sapi sebanyak 105.263,57 ST/tahun. Apabila dikurangi dengan populasi ternak sapi potong yang ada maka potensi penambahan populasi sebesar 23.326,33 ST/tahun. Hasil indeks daya dukung (IDD) lahan menunjukkan bahwa 8 kecamatan di Kabupaten Rembang berpotensi sebagai basis pengembangan wilayah sapi potong.
- ItemAnalisis Teknis, Ekonomi dan Sosial Inovasi Jarwo Super Padi di Sawah Irigasi (Studi Kasus : Kabupaten Klaten)(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2020) Supriyo, Agus; Piay, Sherly Sisca; Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi PertanianTeknologi budidaya padi jarwosuper merupakan salah satu inovasi yang telah terbukti meningkatkan produktivitas padi pada lahan sawah irigasi. Untuk itu, diperlukan upaya “scalling up” agar dapat mendongkrak produksi padi. Tujuan pengkajian adalah untuk mengevaluasi penerapan dan pengembangan inovasi teknologi padi Jarwosuper pada lahan sawah irigasi di wilayah Kabupaten Klaten. Lokasi Demarea berada di lahan irigasi teknis seluas 120 ha di tiga Desa yaitu Desa Ngrundul, Kec. Kebonarum, Desa Babadan, Kecamatan Karangdowo Desa Bener, Kec. Wonosari, Kabupaten Klaten dengan masing-masing seluas 40 ha. Kajian dilaksanakan pada MK 2017 (Mei – September 2017) menggunakan metode “with” dan “without”. Pelaksanaan melibatkan tiga kelompok dengan anggota 362 petani binaan yang menerapkan teknologi padi jarwosuper. Inovasi teknologi jarwosuper meliputi penggunaan VUB padi Inpari 33, perlakuan benih dengan inokulum Agrimeth, persiapan lahan menggunakan bio-dekomposer M-Dec, umur bibit muda, tanam dengan indo-jarwo transplanter tipe 2 : 1, pemupukan berdasarkan PUTS dan BWD (untuk nitrogen, Pengendalian hama dan penyakit dengan menerapkan prinsip PHT menggunakan Bio-protector dan pestisida nabati, panen ditetapkan berdasarkan umur fisiologis, panen dengan mesin Combineharvester. Sebagai pembanding, dipilih petani di sekitar areal Demfarm sebanyak 30 petani yang menggunakan teknologi budidaya padi eksiting. Data yang dikumpulkan meliputi (a) data teknis (pertumbuhan tanaman, komponen hasil dan hasil padi), (b) data non teknis (penggunaan masukan dan keluaran produksi). (c). Persepsi petani terhadap teknologi jarwosuper. Analisis data teknis menggunakan uji-t, analisis terhadap input dan output digunakan untuk menghitung kelayakan usahatani. Analisis persepsi petani dengan menggunakan analisis deskriptif. Hasil pengkajian penunjukkan bahwa penerapan inovasi teknologi padi jarwo super pada lahan sawah irigasi dapat meningkatkan keragaan agronomis (tinggi tanaman, jumlah anakan produktif, komponen hasil dan hasil padi). Hasil padi Inpari 33 meningkat 24,4 % diatas hasil padi dengan menerapkan budidaya eksisting (6,750 t gkp/ha), dengan nisbah pendapatan/pendapatan = 2,99. Persepsi petani terhadap demonstrasi denfram inovasi teknologi jarwosuper cukup positif, hanya kemudahan aplikasi komponen bio-decomposer dan Bio-protector perlu disempurnakan. Pengembangan inovasi teknologi jarwosuper perlu dukungan penyediaan sarana produksi (Agrimeth, Bio-decomposer dan pestisida nabati), kesesuaian alsintan (traktor, indojarwo transplanter) dengan kondisi lahan dan dalam jumlah yang cukup.
- ItemAnalisis Usahatani Jagung pada Perlakuan Pemupukan, Varietas dan Jarak Tanam di Agroekosistem Lahan Kering (Studi Kasus di Desa Kalisari, Kecamatan Reban, Kabupaten Batang)(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2020) Rifai, Ahmad; Nurlaily, Ridha; Setiapermas, Meinarti Norma; Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi PertanianLahan kering merupakan salah satu lahan marjinal yang berpotensi untuk pengembangan usaha pertanian. Jagung yang merupakan bahan pangan utama kedua setelah beras, adalah termasuk jenis tanaman pangan yang dapat dikembangkan di lahan marjinal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan usahatani jagung pada berbagai perlakuan di lahan kering. Rancangan perlakuan yang diterapkan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang komponen utamanya meliputi : perlakuan pupuk, varietas dan jarak tanam. Kombinasi masing-masing perlakuan tersebut dianalisis secara finansial untuk mengetahui tingkat kelayakan usahataninya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan P2V3J1 memberikan hasil pipilan tertinggi 11,88 t/ha dibanding kombinasi perlakuan lainnya. Kombinasi P2V3 J1 layak untuk dikembangkan dengan R/C ratio 2,70.
- ItemAplikasi Pupuk Hayati Mikoriza untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Pakcoi (Brassica rapa.S.)(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2020) Firmansyah, Imam; Kurnia; Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi PertanianPupuk merupakan salah satu sarana produksi pertanian yang penting dalam meningkatkan produksi tanaman. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui pengaruh pemupukan hayatiterhadap produktivitas tanaman pakcoi. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Penelitian Sayuran, Lembang (1250 m di atas permukaan laut) dengan jenis tanah Andisol, dari bulan Maret sampai Mei 2016. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok dengan 4 ulangan dan 7 perlakuan kombinasi pemberian pupuk organik/pupuk hayati mikoriza dan pupuk NPK seperti A. (0 ton pukan/ha) + (NPK 100 kg/ha 16-16-16) + (0 Hayati Powder), B. (15 ton pukan/ha) + (NPK 100 kg/ha 16-16-16) + (7,5 kg/ha Hayati Powder), C. (15 ton pukan/ha) + (NPK 100 kg/ha 16-16-16 ) + (0,75 kg/ha Hayati Powder ). D. ( 15 ton pukan/ha ) + ( NPK 100 kg/ha 16-16-16 ) + (0,50 kg/ha Hayati Powder), E. (15 ton Pukan/ha) + (100 kg NPK 16-16-16) + (7,5 kg Hayati Powder), F. (15 ton Pukan/ha) + (0,75 kg NPK 16-16-16) + (7,5 kg Hayati Powder), G (15 ton Pukan/Ha ) + (0,5 kg NPK 16-16-16) + (7,5 kg Hayati Powder). Hasil Penggunaan pupuk hayati mikoriza tidak meningkatkan pertumbuhan dan hasil pakcoi, tetapi dapat mengurangi kebutuhan pupuk NPK sampai sebesar 50% dari dosis pupuk NPK standar.
- ItemArah Pembangunan Pertanian Berbasis Bioindustri dan Kawasan untuk Kesejahteraan Petani(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2020) Mardianto, Sudi; Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian
- ItemArisan dan ‘Keprukan’ sebagai Inovasi Kelembagaan Perbibitan Ternak Sapi Potong(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2020) Hermawan, Agus; Kurnianto, Heri; Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi PertanianBerbagai kebijakan telah digulirkan oleh pemerintah dalam rangka pencapaian swasembada daging sapi. Yang terakhir adalah program pengembangan kawasan sapi potong dan program sapi induk wajib bunting (Siwab). Salah satu faktor penentu keberhasilan program pencapaian swasembada daging sapi adalah ketersediaan sapi bakalan dalam jumlah yang cukup. Salah satu daerah pemasok sapi bakalan di Provinsi Jawa Tengah adalah Kabupaten Grobogan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, melalui Sub Balai Penelitian Ternak/Sub Balitnak Klepu pada tahun 1990 telah membina satu kelompok tani ternak/KTT, yaitu KTT Martini Indah di Desa Tambirejo, Kec. Toroh, Kab. Grobogan. Pembinaan KTT Martini Indah selanjutnya dilaksanakan oleh BPTP Jawa Tengah pada tahun 1998-1999. KTT Martini Indah sampai saat ini masih eksis. Kelembagaan perbibitan sapi potong masih berlanjut. KTT bahkan berinisiatif mengembangkan sistem arisan dan keprukan (lelang ternak) sebagai suatu inovasi kelembagaan. Perjalanan KTT Martini Indah sebagai suatu lembaga berbasis kelompok peternak, sistem arisan dan keprukan sebagai suatu inovasi kelembagaan perbibitan ternak sapi potong berbasis kearifan lokal, dan implikasinya dibahas dalam makalah ini.
- ItemDAMPAK PROGRAM MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) TERHADAP PENINGKATAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) DAN PANGSA PENGELUARAN PANGAN DI DESA WAY ISEM KECAMATAN SUNGKAI BARAT KABUPATEN LAMPUNG UTARA(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2017-10) Zahara; Rumbaina Mustikawati, Dewi; Meithasari, Dian; Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi PertanianKebutuhan akan pangan setiap tahunnya bertambah mengikuti pertambahan jumlah penduduk. Disisi lain luas areal pertanian di Indonesia semakin menurun akibat alih fungsi lahan baik dari pertanian ke non pertanian maupun pertanian tanaman pangan ketanaman perkebunan. Berkurangnya lahan pertanian menyebabkan produksi bahan pangan juga menurun. Oleh sebab itu perlu mengoptimalkan lahan-lahan marginal dan lahan-lahan tidur yang tidak terpakai. Luas pekarangan di Indonesia mencapai 10,3juta Ha dan di Lampung mencapai 239.386 ha. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pola Pangan Harapan (PPH) dan dampak pemanfaatan pekarangan terhadap peningkatan PPH. Lokasi penelitian terletak di Desa Way Isem Kecamatan Sungkai Barat Kabupaten Lampung Utara pada Bulan Juli-Oktober 2012. Jumlah sampel sebanyak 21 orang. Data diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden menggunakan kuisioner. Wawancara dilakukan sebelum dan setelah kegiatan MKRPL berakhir. Data karakteristik ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif. Data konsumsi pangan dianalisis menggunakan pendekatan PPH. Untuk mengetahui dampak Program Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) menggunakan uji t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa skor PPH meningkat dari 71,70 sebelum ada Kegiatan MKRPL menjadi 81,65 setelah kegiatan M-KRPL berjalan. Ada peningkatan sebesar 7,09 atau 13,88%. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai t-hitung sebesar 0,869 dan nilai t-tabel 2,086 pada taraf kepercayaan 95% (α = 0,05), karena t-hitung < t-tabel maka Ho diterima. Ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata terhadap kenaikan PPH sebelum dan sesudah adanya pemanfaatan pekarangan melalui kegiatan M-KRPL. Proporsi pengeluaran pangan meningkat setelah adanya Program M-KRPL dari 1.945,23 menjadi 2.040,35.
- ItemDampak Sistem Pemeliharaan Intensif dan Semi Intensif Terhadap Ukuran Tubuh Sapi Bali Jantan di Balai Pembibitan Ternak Unggul (BPTU) Sapi Bali(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2020) Volkandari, Slamet Diah; Sudrajad, Pita; Prasetyo, Dwi; Subiharta; Prasetyo, Amrih; Pujianto, Jack; Cahyadi, Muhammad; Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi PertanianSapi Bali berasal dari pulau Bali Indonesia dan tersebar sampai wilayah Malaysia. Sapi Bali dikenal sebagai sapi potong dengan persentase karkas tinggi dan performans reproduksi yang baik. Terdapat tiga sistem pemeliharaan ternak sapi Bali yaitu ekstensif, intensif dan semi intensif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi ukuran tubuh sapi Bali jantan yang dipelihara pada sistem pemeliharaan intensif dan semi intensif di BPTU Sapi Bali Pulukan Bali. Sebanyak 20 sapi Bali jantan yang dipelihara dengan sistem pemeliharaan berbeda diukur Panjang Badan, Tinggi Pinggul, Tinggi Gumba, Lingkar Dada, Dalam Dada, dan Berat Badannya. Analisis data menggunakan independent sample t-test untuk membedakan rata-rata ukuran tubuh sapi Bali dengan software SPSS. 17.0. Hasil menunjukkan bahwa ukuran tubuh sapi Bali jantan pada pemeliharaan intensif di BPTU Sapi Bali lebih baik dibanding dengan pemeliharaan semi intensif (P<0,05). Berat badan sapi Bali pada sistem pemeliharaan intensif mencapai 373,20 ± 36,09 kg sedangkan pada semi intensif hanya 210,75±30,14 kg. Ukuran tubuh sapi Bali pada sistem pemeliharaan intensif lebih tinggi dibandingkan semi intensif (P<0,05). Hal ini disebabkan sapi Bali jantan yang dipelihara pada sistem intensif memperoleh nutrisi pakan yang lebih baik dan komplit sehingga potensi genetik pertumbuhan terekspresi penuh. Dengan demikian, sistem pemeliharaan intensif pada sapi Bali jantan dapat diaplikasikan untuk memperoleh performans pertumbuhan yang lebih baik dan dapat digunakan untuk program pemuliaan atau seleksi dalam pemenuhan daging nasional kedepannya.
- ItemDaya Dukung Limbah Ternak Sapi pada Siklus Intergrasi Tanaman Ternak di Lokasi Model Pertanian Bioindustri Desa Antapan Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan Bali(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2020) Budiari, Ni Luh Gede; Adijaya, I Nyoman; Kertawirawan, Putu Agus; Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi PertanianKajian daya dukung limbah ternak sapi di lokasi model pertanian bioindustri di Desa Antapan Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Bali dilakukan selama 3 bulan dari bulan April – Juni 2019. Pengukuran daya dukung limbah menggunakan 12 ekor sapi penggemukan dengan rata-rata berat awal 272,96 kg. Variabel yang diamati yaitu rata-rata bobot badan sapi, konsumsi pakan, konsumsi air, produksi feses, urin serta produksi pupuk organik padat yang dihasilkan dengan melakukan fermentasi. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa peningkatan bobot ternak sapi diikuti oleh peningkatan konsumsi pakan, konsumsi air minum, produksi feses, serta urin yang dihasilkan. Selama tiga bulan pengukuran berat bobot badan sapi meningkat menjadi 303,33 kg dengan rata-rata pertambahan bobot harian 0,51 kg/ekor/hari, diiringi dengan rata-rata peningkatan konsumsi pakan, air minum, produksi feses serta urin. Rata konsumsi pakan selama tiga bulan yaitu 30,10 kg/ekor/hari, konsumsi air minum rata-rata 12,43 liter/hari, produksi feses rata-rata 10,32 kg/ekor/hari dan urin rata-rata 8,11 liter/hari. Daya dukung ternak sapi terhadap penyediaan kompos kadar air 25% untuk seekor sapi penggemukan sebanyak 743,04 kg/tahun atau rata-rata 2,06 kg/ekor/hari. Jika kebutuhan kompos untuk 1,0 ha lahan sebanyak 2,5 ton/tahun maka akan dapat dipenuhi dengan pemeliharaan sapi sebanyak 4 ekor, sedangkan jika dihitung kontribusi penerimaan hasil dari pengolahan kompos dan biourin sebanyak Rp. 2.291.040/tahun. Dengan pengolahan limbah dan urin dapat menyediakan kompos dan meningkatkan pendapatan petani.
- ItemDesain Diseminasi Inovasi Teknologi dan Kelembagaan Berdasarkan Kebutuhan dan Peluang dalam Pengembangan Kawasan Tanaman Jagung(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2020) Rahayu, Heni SP; Risna; Herawati; Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi PertanianPengembangan kawasan pertanian bertujuan memperkuat sistem usaha tani dengan tetap memperhatikan peran semua pelaku dalam rantai agribisnis komoditas. meningkatkan daya saing, akses dan jaminan pasar, ketersediaan input, serta inovasi teknologi. Inovasi teknologi yang akan diintroduksikan harus disesuaikan dengan kebutuhan dan peluang dalam pengembangan suatu komoditas. Penelitian ini bertujuan untuk menyusun desain diseminasi teknologi jagung berdasarkan kebutuhan dan peluang dalam pengembangan kawasan tanaman pangan. Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Dolo Barat, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah pada bulan Mei 2019. Strategi diseminasi disusun menggunakan model Spektrum Diseminasi Multi Channel (SDMC). Pengambilan data melalui diskusi terfokus atau Focus Group Discussion (FGD) pada penyuluh dan perwakilan kelompok tani sebanyak 25 orang. Data dianalisis secara deskriptif menggunakan matrik Urgency, Seriousness dan Growth (USG) dengan teknik skoring. Permasalahan sesuai prioritas adalah 1) ketersediaan benih yang terjangkau dan sesuai preferensi petani, 2) ketersediaan pupuk di lokasi, 3) Pengelolaan hama dan penyakit jagung, 4) harga produk dan pemasaran, 5) tata pengelolaan air, 6) serta ketersediaan tenaga kerja. Intervensi inovasi teknologi dan kelembagaan meliputi pengelolaan air melalui ujicoba varietas Balitbangtan sesuai preferensi petani, teknologi pengelolaan air, demonstrasi pengendalian OPT Jagung, introduksi teknologi alsintan, serta penguatan kelembagaan tani dan ekonomi petani.
- ItemDinamika Perkembangan OPT Padi pada Pemupukan Silika di Beberapa Populasi(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2020) Hikmah, Zaqiah M.; Susanti, Zuziana; Firmansyah, Imam Uddin; Sriyana; Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi PertanianTingkat perkembangan organisme pengganggu tanaman (OPT) merupakan salah satu penyebab produksi padi menurun. Pengendalian dan komponen budidaya yang tepat diharapkan dapat mengendalikan perkembangan OPT. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh pemupukan Silika terhadap dinamika perkembangan OPT pada beberapa populasi tanaman. Penelitian dilakukan di KP. Sukamandi pada bulan April - September 2018. Penelitian menggunakan varietas Inpari 32, pupuk 180 kg N, 45 kg P2O5, 45 kg K2O, dan Biosilika 3 l/ha. Rancangan yang digunakan adalah RAK dengan 3 taraf populasi yaitu populasi 213.000/ha dengan legowo 2:1, populasi 400.000/ha dengan legowo 4:1 semua sisip, dan populasi lebih dari 400.000 dengan tabela (tanam benih langsung). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan OPT berupa hama dan penyakit memberikan respon yang berbeda sebelum dan sesudah aplikasi silika. Perkembangan hama putih palsu setelah aplikasi silica menurun. Awal serangan mencapai 12% menjadi dibawah 3% dan tingkat serangan tertinggi pada tabela. Aplikasi silica mampu menurunkan tingkat serangan penyakit kerdil rumput dari 1,5% menjadi dibawah 0,5%. Berbeda dengan kerdil hampa, aplikasi silica dapat menurunkan serangan kerdil hampa sampai 66% pada populasi 213.000 tanaman/ha dan 400.000 tanaman/ha namun tidak jika populasi lebih dari 400.000 tanaman/ha. Kerdil hampa mampu menurunkan produktivitas padi yaitu pada tabela dengan populasi lebih dari 400.000 tanaman/ha dan hanya mampu berproduksi gabah 4,89 t/ha. Hasil tertinggi diperoleh pada populasi 400.000 yaitu pada jarwo 4:1 mencapai 10,49 t/ha GKG tanpa serangan kerdil hampa.
- ItemDiseminasi Pembibitan Ayam Kampung Unggul Balitbangtan (KUB) Mendukung Program #Bekerja di Jawa Tengah(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2020) Iswanto; Subiharta; Prabowo, Agung; Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi PertanianTelah dilakukan kajian tentang diseminasi pembibitan Ayam Kampung Unggul Balitbangtan (KUB) kepada Rumah Tangga Miskin (RTM) untuk mendukung Program #BEKERJA di Jawa Tengah. Diseminasi pembibitan Ayam KUB dilakukan melalui 3 strata, yaitu: strata 1, 2 dan 3. Strata 1 BPTP Jawa Tengah, strata 2 peternak pembibitan, dan strata 3 peternak pembesaran. Produksi Day Old Chicken (DOC) dilakukan di Kebun Percobaan Ungaran BPTP Jawa Tengah, Bukit Tegalepek, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang mulai tahun 2018. DOC tersebut selanjutnya didistribusikan kepada peternak pembibitan dan pembesaran, sedangkan DOC hasil produksi peternak pembibitan (strata 2) didistribusikan kepada peternak pembesaran. BPTP Jawa Tengah sebelum mendistribusikan DOC, terlebih dahulu memberikan bimbingan teknis (BIMTEK) kepada calon penerima DOC. Kuesioner tentang budidaya ayam KUB dibagikan kepada peserta BIMTEK sebelum dan sesudah BIMTEK dengan tujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan masing-masing peserta sebelum dan sesudah BIMTEK. BIMTEK dilaksanakan di dua lokasi, yaitu: di Desa Pekuncen Kec. Jatilawang, Kab. Banyumas di bulan April 2018 dan Desa Pidodo Wetan, Kec. Patebon, Kab. Kendal di bulan Maret 2019. Peserta BIMTEK untuk masing-masing lokasi sebanyak 20 orang (RTM). Data dianalisis dengan menggunakan paired sample t test SPSS16. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa BIMTEK meningkatkan pengetahuan RTM tentang budidaya ayam KUB. BIMTEK sangat diperlukan bagi calon peternak karena pengetahuan yang diperoleh pada saat BIMTEK sangat berguna untuk budidaya ayam KUB dari DOC sampai produksi.
- ItemDIVERSIFIKASI PRODUK OLAHAN BEBERAPA VARIETAS UBIKAYU MENJADI BERAS ANALOG, TIWUL INSTANT, DAN OYEK DALAM RANGKA MENDUKUNG PROGRAM KETAHANAN PANGAN DI LAMPUNG(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2017-10) Arief, Ratna Wylis; Asnawi, Robet; Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi PertanianUbi kayu dapat dimanfaatkan untuk keperluan pangan, pakan maupun bahan dasar berbagai industri, oleh karena itu pemilihan varietas ubi kayu harus disesuaikan untuk penggunaannya.Untuk industri pangan yang berbasis tepung atau pati ubikayu, diperlukan ubi kayu yang umbinya berwarna putih dan mempunyai kadar bahan kering dan pati yang tinggi. Ubikayu memiliki potensi yang sangat baik untuk dikembangkan sebagai sumber pangan local karena banyak tersedia di Provinsi Lampung dan pengolahan ubikayu menjadi beras analog, tiwul instant, dan oyek, diharapkan dapat menunjang program ketahanan pangan yang telah dicanangkan oleh pemerintah.Penelitan ini dilaksanakan di Kecamatan Pekalongan, Kabupaten Lampung Timur sejak bulan September sampai dengan Nopember 2014. Penelitian ini menggunakan 3 varietas ubikayu yaitu Mangu, UJ 5/Kasetsart, dan Thailand yang diolah menjadi 3 jenis pangan olahan yaitu beras analog, tiwul intant dan oyek. Parameter pengamatan meliputi analisis kadarpati, rendemen, dan analisis ekonomi dari masing-masing perlakuan yang diterapkan. Penelitian dilakukan dalam rancangan acak kelompok lengkap, data yang terkumpul dianalisis secara diskriptif kualitatif dan statistik, dan bila terdapat perbedaan nilai tengah dilanjutkan dengan uji DMRT pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: ubikayu varietas UJ 5/Kasetsart memiliki kandungan pati, rendemen, dan keuntungan yang tertinggi dibandingkan dengan dengan varietas Mangu dan Thailand dan jenis olahan tiwul instant memberikan keuntungan yang tertinggi dibandingkan dengan beras analog dan oyek.
- ItemDosis Penggunaan Mikro Organisme Lokal (MOL) Rumen Sapi untuk Pengomposan(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2020) Yulianingrum, Hesti; Yono; Sophiawati, Titi; Wahyuni, Sri; Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi PertanianPenambahan bioaktivator akan mempercepat proses pengomposan. Mikro Organisme Lokal (MOL) dari Rumen sapi mengandung bakteri yang baik untuk mempercepat pengomposan. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dosis penggunaan bioaktivator rumen sapi yang optimal untuk proses pengomposan. Kegiatan percobaan dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Juni 2019. Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan dan Labolatorium Terpadu Balai Penelitian Lingkungan Pertanian, Jakenan, Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Kegiatan penelitian terdiri dari pembuatan MOL serta penentuan dosis MOL untuk pengomposan. Perlakuan yang diberikan A. Air 1 L + Tanpa MOL, B. 2 % MOL rumen sapi + 1 Liter air, C. 2 % MOL rumen sapi , D. 3% MOL rumen sapi, F. 1% EM4 + 1% Molase + 5 Liter Air. Bahan baku kompos yang digunakan sama untuk semua perlakuan yaitu 4,5 kg kotoran sapi, 3,5 kg kotoran ayam, dan 2,5 kg jerami padi. Bahan dikomposkan secara anaerob selama 30 hari . Parameter yang diamati adalah pH dan suhu setiap hari. Setelah pupuk kompos matang dilanjutkan dengan pengujian terhadap kualitas kompos yang dihasilkan (kadar air, N total, C organik, P tersedia dan K tersedia). Hasil percobaan menunjukkan bahwa dosis MOL rumen sapi 2 % dan 3 % merupakan dosis optimal dari total bahan yang diberikan. Taraf 2% dan 3% menghasilkan N Total berkisar 1,5-1,87 %, C organik 30,55-32,17 %, P tersedia 0,23-0,25 %, K tersedia 0,86-1,9 %dan C/N 17,02-20,36.
- ItemEfektivitas Perlakuan Ozon dan Suhu Penyimpanan dalam Mempertahankan Kualitas Brokoli(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2020) Ambarsari, Indrie; N, Gama; Oktaningrum; Hermawan, Agus; Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi PertanianBrokoli merupakan salah satu tanaman sayur bernilai ekonomi tinggi. Namun, seperti halnya komoditas sayur pada umumnya, brokoli sangat rentan mengalami kerusakan pasca panen sehingga memiliki umur simpan yang relatif singkat. Aplikasi ozon merupakan salah satu teknologi yang dipandang potensial untuk memperpanjang umur simpan brokoli karena memiliki kemampuan yang baik dalam menekan pertumbuhan mikroorganisme pangan. Selain itu, ozon juga dinilai aman karena tidak meninggalkan residu kimia dan ramah lingkungan. Kajian ini dilakukan pada tahun 2018 di laboratorium pasca panen, BPTP Jawa Tengah dengan tujuan untuk mengetahui efektivitas ozon dalam mempertahankan kualitas dan meningkatkan daya simpan brokoli. Aplikasi ozon pada brokoli dilakukan pada saat pencucian dengan cara melarutkan ozon ke dalam air pencuci. Sebagai kontrol perlakuan digunakan brokoli yang dicuci dengan menggunakan air biasa (tanpa ozon). Penyimpanan brokoli dilakukan pada suhu ruang dan suhu dingin. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Pengamatan dilakukan 2 hari sekali selama 10 hari masa penyimpanan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa perlakuan ozon akan lebih efektif dalam mempertahankan kualitas brokoli apabila dikombinasikan dengan kondisi penyimpanan suhu dingin.
- ItemEfektivitas Program Upsus Padi: Kasus di Empat Kabupaten (Brebes, Tegal, Pemalang, dan Purbalingga) Provinsi Jawa Tengah(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2020) Hermawan, Agus; Romdon, Anggi Sahru; Hantoro, Franciscus Rudi Prasetyo; Harwanto; Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi PertanianKementerian Pertanian sejak tahun 2015 menggulirkan program Upaya Khusus Peningkatan Produksi (UPSUS) padi, jagung, dan kedelai. Pada tahun 2018, dilakukan evaluasi untuk mengetahui efektivitas program UPSUS untuk komoditas padi di Provinsi Jawa Tengah, mengingat peran Jawa Tengah sebagai kontributor nasional utama untuk komoditas ini. Evaluasi dilakukan dengan membdaningkan data bulanan sebelum (tahun 2010-2014) dan sesudah pelaksanaan (tahun 20152017) UPSUS di tingkat provinsi dan empat kabupaten contoh, yaitu Kabupaten Brebes, Tegal, Pemalang, dan Purbalingga. Data yang dievaluasi meliputi luas tanam, luas panen, tingkat keberhasilan usahatani padi, produksi dan produktivitas padi. Data yang dianalisis merupakan data ATAP tahun yang bersangkutan dari Dinas Pertanian Provinsi Jawa Tengah. Data dianalisis dengan analisis profil. Hasil analisis data menunjukkan bahwa program UPSUS padi secara efektif telah meningkatkan luas tanam, luas panen, tingkat keberhasilan usahatani padi, produksi dan produktivitas padi di Jawa Tengah. Luas tanam akhir, luas panen, dan tingkat keberhasilan usahatani padi di empat kabupaten telah bergeser sesuai pendekatan UPSUS, yaitu mengurangi kesenjangan produksi padi pada musim panen raya (peak season) dan masa paceklik (lean season). Hasil analisis juga menunjukkan bahwa efektivitas peningkatan kinerja produksi padi berbeda antar musim tanam dan antar kabupaten.
- ItemEfektivitas Sosialisasi Aplikasi Teknologi Ozon pada Penyimpanan Benih Kedelai di Kabupaten Grobogan(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2020) Hidayah, Restu; Oktaningrum, Gama N.; Dini, Dian; Anomsari, S. Dewi; Ambarsari, Indrie; Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi PertanianProduksi kedelai nasional belum bisa maksimal karena harga kedelai lokal rendah, tingkat kehilangan hasil tinggi dan penurunan kualitas benih selama penyimpanan. Aplikasi teknologi ozon pada penyimpanan benih kedelai dapat mempertahankan kualitas benih kedelai sampai dengan enam bulan. Informasi ini perlu segera disosialisakan kepada pengguna teknologi. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengetahui keragaan tingkat pengetahuan peserta sebelum dan sesudah sosialisasi serta mengetahui persepsi dan respon peserta sosialisasi. Pengambilan data tingkat pengetahuan peserta tentang materi yang disampaikan, tingkat persepsi dan respon peserta dilakukan dengan menggunakan kuisioner sebelum dan sesudah sosialisasi. Data tingkat pengetahuan dianalisis dengan uji Wilcoxon Match Pairs Test sedangkan data persepsi dan respon disajikan secara deskriptif. Hasil analisis menunjukkan bahwa kegiatan sosialisasi ini dapat meningkatkan pengetahuan peserta. Sebanyak 82,50% peserta memiliki persepsi yang tinggi terhadap materi yang disampaikan. Secara keseluruhan responden memberikan respon yang baik terhadap kegiatan sosialisasi ini, dimana sebanyak 74,19% responden menyatakan bahwa teknologi yang dikenalkan potensial dikembangkan.
- ItemEfisiensi Teknis Usahatani Padi Ramah Lingkungan Mendukung Pertanian Bioindustri di Sulawesi Tengah(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2020) Rahayu, Heni SP; Febrianti, Tina; Abid, Muh.; Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi PertanianUsahatani padi sawah ramah lingkungan pada pertanian bioindustri mengoptimalkan pemanfaatan biomassa tanaman dan ternak sebagai pupuk organik dan bahan pakan ternak. Pertanian ramah lingkungan identik dengan minimalisasi penggunaan bahan an-organik sehingga produksinya kurang optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efisiensi teknis usahatani padi ramah lingkungan mendukung pertanian bioindustri di Sulawesi Tengah. Pengambilan data menggunakan metode survei pada anggota kelompok tani Suka Maju Desa Karya Mukti Kecamatan Balaesang Kabupaten Donggala sebagai kelompok tani kooperator kegiatan Bioindustri. Data dianalisis menggunakan fungsi produksi Cobb Douglas dengan alat analisis Frontier 4.1. Variabel produksi yang digunakan adalah benih, pupuk organik padat, pupuk-an organik, pupuk organik cair, biopestisida, pestisida, tenaga kerja, serta luas lahan. Berdasarkan hasil analisis faktor produksi, dari delapan faktor produksi yang dianalisis, faktor produksi berupa pupuk an-organik padat, biopestisida, serta luas lahan masih bisa ditingkatkan untuk meningkatkan produksi. Namun demikian petani menggunakan prinsip ramah lingkungan sehingga tidak memaksimalkan penggunaan pupuk an-organik. Luas lahan rata-rata adalah 0.3 hektar atau dalam kategori kecil sehingga usahatani kurang efisien. Penggunaan biopestisida dalam segi jumlah masih bisa ditingkatkan guna mengurangi serangan hama dan penyakit. Faktor in-efisiensi yang signifikan adalah pendidikan petani. Usahatani integrasi padi sawah dan ternak telah efisien dengan nilai rata-rata 0.79 dengan batas nilai efisiensi 0.70. Namun demikian peningkatan efisiensi perlu dilaksanakan dengan meningkatkan produksi dan efisiensi usahatani antara lain dengan meningkatkan pendidikan informal petani melalui peran dan metode penyuluhan yang tepat.