Buletin Hasil Kajian
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Buletin Hasil Kajian by Author "BPTP Jawa Barat"
Now showing 1 - 20 of 47
Results Per Page
Sort Options
- ItemAnalisis preferensi konsumen terhadap produk olahan terubuk(BPTP Jawa Barat, 2016-11-11) Sinaga, Anna; Histifarina, Dian; Liferdi; BPTP Jawa BaratDalam upaya penganekaragaman pangan berbasis sumber daya lokal, maka pengembangan produk olahan terubuk merupakan salah satu alternatif dan mempunyai nilai guna terutama jika diolah menjadi beragam produk. Terubuk (bunga tebu) merupakan salah satu sumber pangan yang mengadung nilai kalori cukup tinggi. Terubuk banyak mengandung mineral, terutama kalsium dan fosfor, disamping vitamin C. Terubuk selain dikonsumsi dalam bentuk sayuran, juga berpotensi untuk diolah menjadi aneka bentuk produk olahan pangan seperti kerupuk, nugget, tepung, sup krim dan lain-lain. Di sisi lain, preferensi konsumen yang selalu cenderung berubah perlu difahami oleh produsen. Pemahaman ini penting terutama untuk yang berhubungan dengan pengembangan produk pangan baru terkait dengan kualitas produk yang dihasilkan seperti tara, tekstur, aroma dan sebagainya. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui tingkat preferensi konsumen terhadap produk olahan terubuk dan karakteristik attribute mutu produk olahan terubuk yang diinginkan konsumen. Metode penelitian menggunakan pendekatan deskriptif analitis. Data diperoleh melalui wawancara langsung kepada responden yang dipilih dengan penarikan metode contoh purposif. Responden terdiri dari 57 orang yang tergabung dalam kelompok tani yang mengembangkan terubuk, karyawan Dinas Pertanian kabupaten Karawang dan petugas lapang (ppl). Produk olahan terubuk yang diuji adalah nugget, kripik dan terubuk kering. Data dianalisis dengan metode tabel frekuensi, grafik dan chi-square. Tingkat preferensi konsumen yang suka terhadap attribut mutu produk olahan terubuk memberikan perbedaan nyata dari segi attribute mutu warna, rasa, penampilan, tekstur dan aroma dengan persentase pada kisaran 58-89%. Produk olahan terubuk, yang berpeluang untuk dikembangkan adalah nugget.
- ItemAplikasi pakan lengkap berbahan baku lokal untuk penggemukkan sapi potong po di Kabupaten Ciamis(BPTP Jawa Barat, 2016-11-11) Tedy, Sumarno; Fahmi, Taemy; BPTP Jawa BaratPengembangan usaha sapi potong perlu didukung dengan penerapan teknologi pakan lengkap dengan memanfaatkan sumberdaya lokal spesifik lokasi yang berorientasi pada pola integrasi tanaman-ternak. Potensi bahan baku lokal berupa limbah pertanian yang tersedia sepanjang tahun dapat dijadikan sebagai salah satu sumber hijauan pakan. Pengkajian bertujuan untuk mengetahui pertambahan bobot badan pada ternak sapi potong PO yang diberikan pakan lengkap dengan bahan baku brangkasan jagung, dan persepsi peternak terhadap aplikasi pakan lengkap. Pengkajian dilaksanakan pada kelompokt ternak Dua Saudara di Desa Cibeureum, Kecamatan Sukamantri, Kabupaten Ciamis sebagai kelompok yang menerima bantuan sarana dan prasarana dari pemerintah daerah. Perlakuan menggunakan 16 ekor ternak sapi potong yang dibagi kedalam dua kelompok (2 perlakuan). Perlakuan A (kontrol/kebiasaan peternak) Perlakuan B = Diberikan pakan. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa pemberian pakan lengkap dapat meningkatkan bobot badan sapi potong PO k 0,55 kg/ekor/hari, sedangkan pertambahan bobot badan harian cara petani adalah 0,29 kg/ekor/hari. Persepsi peternak terhadap teknologi pakan lengkap dapat mengurangi curahan tenaga dan waktu yang biasanya digunakan untuk mencari rumput, dapat mengatasi kekurangan hijauan saat musim kemarau dan mudah aplikasikan.
- ItemAplikasi pemberian pakan metoda flushing pada induk sapi potong po di lokasi psds Kabupaten Ciamis(BPTP Jawa Barat, 2015-10-16) Tedy, Sumarno; Sujitno, Endjang; BPTP Jawa BaratUpaya peningkatan produktivitas ternak sapi potong memerlukan terobosan teknologi yang bersifat spesifi k lokasi. Salah satu metode pemberian pakan pada ternak sapi betina adalah dengan metode fl ushing. Metode ini merupakan upaya untuk memperbaiki kondisi tubuh ternak melalui perbaikan pakan sehingga ternak siap untuk melakukan proses reproduksi.Pengkajian bertujuan untuk meningkatkan tingkat kebuntingan induk sapi PO melalui aplikasi pemberian pakan metoda fl ushing. Pengkajian dilaksanakan dari bulan Januari hingga Desember 2013, berlokasi di Desa Cibereum Kecamatan Sukamantri Kabupaten Ciamis sebagai salah satu lokasi kegiatan PSDSK di Jawa Barat. Bahan pakan suplemen yang digunakan adalah bahan pakan lokal yang tersedia di sekitar lokasi pengkajian, seperti glirisidia (gamal)dan Kaliandra. Aplikasi pemberian pakan dengan metoda fl ushing dilakukan pada 1 bulan sebelum partus hingga 1 bulan setelah partus diberi suplemen berupa hijauan leguminosa sebanyak 30% atau 12 kg dari total hijauan yang diberikan. Hasil pengkajian menujukkan bahwa Leguminose merupakan hijauan makanan ternak yang dapat digunakan untuk meningkatkan produktivitas ternak sapi potong.Pemberian pakan tambahan daun leguminosa pada sapi induk bunting tua selama dua bulan sebelum melahirkan ternyata efeknya memberikan hasil yang cukup baik pada interval beranak dan terjadinya birahi pertama.
- ItemDaya kecambah benih kedelai yang disimpan dengan beberapa metode pengemasan pada dua kondisi penyimpanan(BPTP Jawa Barat, 2017-10-12) Ramdhaniati, Susi; Noviana, Irma; Diratmaja, Alit; Sukarya, Yaya; BPTP Jawa BaratBenih kedelai adalah salah satu benih yang cepat mengalami deteriorasi. Salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah suhu ruang simpan. Penyimpanan benih sangat berpengaruh terhadap kualitas benih yang dipertahankan. Daya berkecambah merupakan salah satu kriteria yang diperhatikan dalam menentukan kualitas benih. Tujuan kegiatan untuk mengetahui metode pengemasan dan kondisi penyimpanan terbaik. Benih Kedelai yang digunakan adalah varietas Grobogan. Penyimpanan benih dilakukan di Kab. Majalengka (gudang petani) yang mewakili kondisi penyimpanan suhu tinggi dan gudang UPBS BPTP Jawa Barat yang mewakili kondisi penyimpanan suhu rendah. Rancangan yang digunakan Rancangan Acak Lengkap dengan dari tiga perlakuan yaitu (1) Ketebalan kemasan plastik, (2) Teknologi pengemasan, dan (3) Volume kemasan. Setiap perlakuan diulang empat kali. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa semua metode pengemasan pada kondisi penyimpanan dengan suhu rendah dapat mempertahankan kemampuan daya berkecambah benih diatas 80%, lebih baik dari pada penyimpanan pada suhu tinggi.
- ItemEfektivitas pelatihan budidaya teknis bawang merah terhadap perubahan perilaku petani di kecamatan pabuaran(BPTP Jawa Barat, 2017-10-12) Muhammad Safei, Atang; Dianawati, Meksy; BPTP Jawa BaratPenerapan teknis budidaya bawang merah yang baik dan benar merupakan faktor penting dalam meningkatkan produktivitas bawang merah. Pada umumnya petani mengendalikan OPT dengan pestisida yang berlebihan. Upaya pengendalian ramah lingkungan masih belum diperhatikan petani. Perubahan perilaku petani dapat dilakukan melalui metode pelatihan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan pengetahuan, sikap dan ketrampilan petani setelah mengikuti pelatihan budidaya teknis bawang merah. Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Pabuaran, Kabupaten Cirebon pada bulan Juli-September 2016. Jenis penelitian ini adalah pre experimental design dengan desain penelitian pre and post test. Jumlah responden adalah 20 orang peserta pelatihan budidaya bawang merah. Pengambilan data menggunakan instrument kuesioner. Analisis data menggunakan uji wilcoxon dengan taraf signifi kansi 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelatihan teknis budidaya bawang merah secara signifi kan mampu meningkatkan pengetahuan (nilai Asymp. Sig: 0,016), sikap (nilai Asymp. Sig: 0,013) dan ketrampilan (nilai Asymp. Sig: 0,007) petani dalam budidaya teknis bawang merah. Petani mengetahui karakteristik wilayah yang cocok untuk bawang merah, gejala serangan hama dan penyakit bawang, teknis pemupukan dan penyemprotan pestisida. Petani menjadi lebih yakin bahwa usaha perbenihan bawang merah lebih menguntungkan, pengendalian hama dan penyakit bawang merah dengan memanfaatkan musuh alami dan pestisida nabati lebih baik daripada pestisida kimia. Petani menjadi lebih terampil dalam membedakan karakteristik varietas bawang merah, mengenali hama dan penyakit bawang merah serta teknis pengendaliannya, menentukan dosis pemupukan dan melakukan pemasaran bawang merah.
- ItemEfektivitas pola distribusi dan minat petani terhadap benih upbs bptp jawa barat(BPTP Jawa Barat, 2017-10-12) Ramdhaniati, Susi; Yulyatin, Atin; Dianawati, Meksy; Ishaq, Iskandar; BPTP Jawa BaratUnit Pengelola Benih Sumber (UPBS) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat telah memproduksi benih dasar (BD/FS) dan benih pokok (BP/SS) sejak tahun 2007. Hal ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan benih padi di Jawa Barat terutama kepada varietas baru yang belum banyak dikenal dan diproduksi oleh petani. Kajian ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas pola distribusi benih dan mengetahui kecenderungan minat kelas benih hasil produksi UPBS BPTP Jawa Barat pada tahun 2013. Evaluasi difokuskan pada distribusi benih dari jumlah transaksi pembelian dan jumlah benih yang didistribusikan (kg). Data ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif berdasarkan persentase. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa pola distribusi melalui petugas BPTP Jabar dinilai efektif dalam penyebaran VUB dan kecenderungan minat petani terhadap kelas benih SS lebih tinggi dibandingkan kelas benih lainnya.
- ItemFaktor dan strategi pengembangan pangan lokal hanjeli di desa sukajadi kecamatan wado kabupaten sumedang(BPTP Jawa Barat, 2017-10-12) Prawiranegara, Darojat; Histifarina, Dian; Sutrisna, Nana; BPTP Jawa BaratPengembangan pemasaran hanjeli di Desa Sukajadi diharapkan mampu menjadikan hanjeli sebagai komoditi baru di bidang usahatani. Pemerintah dalam program Diversifi kasi Pangan tahun 2017 bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan rakyat melalui pengembangan pangan lokal. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukajadi Kecamatan Wado Kabupaten Sumedang pada juni 2017 sampai dengan bulan Desember 2017. Metode pengambilan sampeldalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, dokumentasi dan FGD (Focus Group Discussion). Metode yang digunakan untuk menganalisis menggunakan metode deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Faktor pengaruh internal dari sudut pandang produsen secara berurut adalah sebagai berikut: 1) Manajemen/keorganisasian KWT Pantastik, 2) Pemasok bahan baku, 3) Konsumen, 4) Perantara pemasaran dan 5) Pesaing. Faktor pengaruh eksternal dari sudut pandang konsumen secara berurut adalah sebagai berikut: 1) Produk (ragam produk, kualitas, design, kemasan, merk), 2) Promosi (promo penjualan, iklan, tenaga penjualan), 3) Harga produk, dan 4) Tempat (lokasi, cakupan pasar, transfortasi). Strategi pengembangan produk olahan hanjeli pada bidang pemasaran adalah 1) Mendorong hanjeli menjadi pangan fungsional, (2) Meningkatkan jumlah produksi hanjeli, (3) Sosialisasi dan promosi, (4) Pemasaran berorientasi online, (5) Meningkatkan ragam produk olahan hanjeli (produk inovatif), (6) Dukungan terintegrasi, (7) Mendorong pada kekhas-an hanjeli produk lokalita (wisata kuliner).
- ItemFaktor dan strategi pengembangan pangan lokal hanjeli di desa sukajadi kecamatan wado kabupaten sumedang(BPTP Jawa Barat, 2017-10-12) Prawiranegara, Darojat; Histifarina, Dian; Sutrisna, Nana; BPTP Jawa BaratPengembangan pemasaran hanjeli di Desa Sukajadi diharapkan mampu menjadikan hanjeli sebagai komoditi baru di bidang usahatani. Pemerintah dalam program Diversifi kasi Pangan tahun 2017 bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan rakyat melalui pengembangan pangan lokal. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukajadi Kecamatan Wado Kabupaten Sumedang pada juni 2017 sampai dengan bulan Desember 2017. Metode pengambilan sampeldalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, dokumentasi dan FGD (Focus Group Discussion). Metode yang digunakan untuk menganalisis menggunakan metode deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Faktor pengaruh internal dari sudut pandang produsen secara berurut adalah sebagai berikut: 1) Manajemen/keorganisasian KWT Pantastik, 2) Pemasok bahan baku, 3) Konsumen, 4) Perantara pemasaran dan 5) Pesaing. Faktor pengaruh eksternal dari sudut pandang konsumen secara berurut adalah sebagai berikut: 1) Produk (ragam produk, kualitas, design, kemasan, merk), 2) Promosi (promo penjualan, iklan, tenaga penjualan), 3) Harga produk, dan 4) Tempat (lokasi, cakupan pasar, transfortasi). Strategi pengembangan produk olahan hanjeli pada bidang pemasaran adalah 1) Mendorong hanjeli menjadi pangan fungsional, (2) Meningkatkan jumlah produksi hanjeli, (3) Sosialisasi dan promosi, (4) Pemasaran berorientasi online, (5) Meningkatkan ragam produk olahan hanjeli (produk inovatif), (6) Dukungan terintegrasi, (7) Mendorong pada kekhas-an hanjeli produk lokalita (wisata kuliner).
- ItemInventarisasi jenis tanaman sayuran dan pemanfaatannya pada kebun bibit desa di kabupaten ciamis(BPTP Jawa Barat, 2017-10-12) Kurnia; Surdianto, Yanto; BPTP Jawa BaratKebun bibit desa (KBD) adalah merupakan tempat yang berfungsi untuk memasok kebutuhan benih tanaman pada kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan. Kebun bibit desa ini dikelola oleh kelompok wanita tani (KWT) beserta anggotanya. Kegiatan yang ada di kebun bibit desa diantaranya persemaian, pembumbunan, penyiapan media tanam, pemindahan tanaman ke polibag, pembuatan kompos, pemeliharaan tanaman, penyiraman, pengendalian hama dan penyakit, dan perbanyakan benih. Pengkajian ini bertujuan untuk menginventarisasi jenis-jenis tanaman yang dimanfaatkan di kebun bibit desa. Pengkajian dilaksanakan di Kabupaten Ciamis pada bulan Maret 2015. Pengkajian ini merupakan penelitian deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan wawancara. Analisis data dilakukan secara deskriptif. Hasil inventarisasi menunjukkan bahwa tanaman sayuran buah (46,5%) dan sayuran daun (39,1%) merupakan jenis tanaman yang banyak diproduksi di kebun bibit desa. Tanaman yang diproduksi merupakan tanaman yang banyak perminataan dari anggota kelompok.
- ItemKajian pemanfaatan tepung cassava sebagai bahan baku pembuatan brownies(BPTP Jawa Barat, 2015-10-16) Histifarina, Dian; BPTP Jawa BaratTepung cassava merupakan salah satu produk olahan dari ubi kayu yang saat ini banyak dikembangkan untuk pembuatan produk kue/bakery. Pemanfaatan tepung cassava pada berbagai macam produk olahan kue diharapkan dapat digunakan sebagai pengganti tepung terigu yang masih diimpor. Salah satu produk olahan dan tepung cassava sebagai bahan baku brownies. Brownies merupakan salah satu jenis bakery yang dapat dibuat dari 100% tepung cassava. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mutu brownies pada beberapa formulasi perbandingan tepung cassava:tepung terigu. Penelitian dilaksanakan di laboratorium Mekanisasi dan Pengolahan Hasil Pertanian BPTP Jawa Barat dari bulan Maret sampai September 2013. Metode penelitian menggunakan metode deskriptif. Parameter pengamatan meliputi kadar air, kadar abu, sifat organoleptik (rasa, aroma, warna, tekstur dan penampilan keseluruhan) serta uji proksimat brownies terbaik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa brownies yang dibuat dari 100% tepung cassava menghasilkan sifat organoleptik sesuai dengan 100% tepung terigu, terutama dalam penampilan, tekstur dan aroma. Kandungan gizi brownies 100 tepung cassava memiliki kadar karbohidrat 45,81%, protein 6,45% dan lemak 24,67%.
- ItemKajian pengolahan mie dengan bahan baku tepung terigu yang disubstitusi tepung cassava(BPTP Jawa Barat, 2014-11-15) Histifarina, Dian; Sunandar, Nandang; Sukmaya; BPTP Jawa BaratKetergantungan Indonesia terhadap beras dan produk pangan impor seperti terigu yang tinggi, membuat ketahanan pangan nasional sangat rapuh. Dari aspek kebijakan pembangunan makro, kondisi tersebut mengandung resiko (rawan), yang juga terkait dengan stabilitas ekonomi, sosial, dan politik. Salah satu kebijakan pembangunan pangan dalam mencapai ketahanan pangan adalah melalui diversifi kasi pangan, yang dimaksudkan untuk memberikan alternatif bahan pangan sehingga mengurangi ketergantungan terhadap beras dan terigu. Salah satu produk pangan yang sangat tergantung pada tepung terigu adalah produk mie. Perkembangan konsumsi mie cukup pesat dan mie merupakan jenis makanan yang sesuai dengan kebutuhan atau preferensi konsumen di Indonesia. Alternatif jenis tepung dari umbi-umbian dapat mensubstitusi terigu dalam pembuatan mie. Tujuan pengkajian adalah untuk mengetahui pengaruh substitusi terigu pada proses pengolahan mie cassava. Pengkajian dilakukan di laboratorium Mutu Hasil BPTP Jawa Barat dari bulan Juli hingga Oktober 2013. Formulasi substitusi terigu yang digunakan antara 70-100%. Data yang diamati meliputi kadar air, kadar abu, protein, warna, dan sifat organoleptik (warna, rasa, fl avor, tekstur dan penampilan keseluruhan). Hasil penelitian menunjukkan bahwa formulasi mie dengan komposisi 30% tepung cassava dan 70% tepung terigu merupakan formulasi terbaik dengan mutu mendekati mie terigu 100% dan sesuai SNI mie.
- ItemKajian produksi kedelai pada lahan kering, di kabupaten indramayu(BPTP Jawa Barat, 2015-10-16) Yulyatin, Atin; Diratmaja, IGP. Alit; BPTP Jawa BaratProduksi kedelai yang rendah diakibatkan salah satunya adalah areal pertanaman yang sedikit. Pemanfaatan lahan hutan jati dapat menjadi alternatif untuk meningkatkan luasan pertanaman kedelai. Pengkajian dilakukan di lahan kering perum perhutani pada jati muda umur 2 tahun, di kelompok tani Agrotani, Desa Cikawung, Kecamatan Terisi, Kabupaten Indramayu. Pengkajian dirancang dengan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) yang disusun secara faktorial satu faktor perlakuan yaitu varietas. Varietas yang digunakan adalah Wilis, Burangrang, dan Grobogan.Variabel pengamatan yaitu tinggi tanaman saat panen, bobot 100 butir dan produksi. Data dianalisis menggunakan anova, apabila terdapat beda nyata maka dilakukan uji lanjut DMRT taraf 5%. Hasil menunjukan bahwa Wilis memiliki produksi yang lebih tinggi dibandingkan Burangrang dan Grobogan. Namun pada saat pengisian polong terjadi kekeringan.
- ItemKajian suplementasi urea molases serbuk terhadap kinerjadomba garut di kelompok ternak lembur sauyunan kabupaten garut(BPTP Jawa Barat, 2017-10-12) Tedy, Sumarno; Fahmi, Taemi; Lia Mulijanti, Siti; BPTP Jawa BaratDalam usaha pengembangan peternakan domba, perlu diketahui beberapa faktor yang sangat erat hubungannya dengan produktivitas, karena faktor inilah yang akan merupakan dasar dalam pengembangan ternak domba. Bobot lahir merupakan salah satu faktor yang mempunyai korelasi dengan pertumbuhan dan bobot badan domba dewasa dan juga mempunyai korelasi dengan kemampuan hidup anak domba tersebut. penelitian yang bertujuan untuk mengetahui sampai sejauh mana produktivitas domba induk yang diberikan suplementasi urea molases serbuk ditinjau dari bobot lahir, bobot sapih, tingkat mortalitas. Pengkajian dilaksanakan di kelomternak Lembur Sauyunan Desa Dano Kecamatan Leles Kabupaten Garut. Pada bulan Mei 2016 sampai bulan Desember 2016. yang dipergunakan dalam pengkajian adalah induk domba Garut yang sedang bunting sebanyak 40 ekor yang dibagi menjadi dua perlakuan yaitu induk yang diberikan UMS dan cara petani (tanpa pemberian UMS) data sekunder dari recording. Data yang diamati antara lain : Bobot lahir, Bobot sapih, Mortalitas (kematian). Data yang didapat selanjutnya dideskripsikan. Hasil pengkajian diperoleh rataan bobot lahir Domba Garut yang induknya diberikan perlakuan UMS yaitu seberat 2,51 kg, sementara rata-rata bobotlahir cara petani seberat 2,37 kg. Nilai tingkat mortalitas dari lahir sampai disapih yang diperoleh dari hasil pengkajian ini11,25 %, cara petani yaitu sebesar 12, 10%.
- ItemKeragaan pertumbuhan beberapa varietas krisan (chrysanthemum morifolium ramat) di kabupaten sukabumi(BPTP Jawa Barat, 2017-10-12) Putra, Sunjaya; Histifarina, Dian; BPTP Jawa BaratTerkait dengan upaya meningkatkan produktivitas dan mutu hasil diperlukan penerapan inovasi teknologi dengan mengintroduksi varietas baru secara berkelanjutan. Hingga tahun 2010 Badan Litbang Pertanian sudah menghasilkan lebih dari 31 varietas. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui keragaman sifat agronomis varietas baru krisan di Kabupaten Sukabumi. Penelitian dilaksankan di Desa Langensari, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi pada bulan Mei hingga September 2015. Bahan yang digunakan adalah 6 varietas bunga krisan diantaranya : Limeron, Kineta, Solinda Pelangi, Ririh, Kulo dan Pasopati, pupuk kandang ayam, pupuk Urea, SP36, KCL, KNO3, GA3, hormon Paclobutrazol, pupuk daun, fungisida, insektisida dll. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 6 perlakuan varietas bunga krisan dan 4 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Varietas Krisan Arosuka, Puspita Nusantara, Kusumaswasti, Kineta, Velma dan Azzura mempunyai tinggi tanaman > 70 cm termasuk kedalam grade A, Varietas tertinggi dicapai oleh Arosuka (98 cm), Puspita Nusantara (95 cm) dan terendah varietas Azzura (77,3 cm). Jumlah ruas berkisar 25-32 ruas dengan batang yang tebal dan kokoh mencapai diameter 2,1 cm untuk varietas Puspita Nusantara dan Kineta serta varietas lainnya antara 1,9 - 2 cm. Bentuk daun bulat sampai elips, terbesar pada varietas Kusuma Swasti dengan panjang 11,5 cm dengan lebar 9,25 cm dan terkecil pada varietas Azzura dengan panjang 7,25 cm dan lebar 5,5 cm. Tangkai bunga varietas Kineta mencapai 23 cm dan terpendek varietas Velma (11,75 cm). Jumlah kuntum bunga varietas Arosuka sebanyak 20 kuntum tetapi diameter bunga terkecil yaitu 3 cm dan jumlah kuntum bunga paling sedikit pada varietas Puspita Nusantara (11 kuntum).
- ItemKeragaman budidaya padi salibu di kabupaten sumedang(BPTP Jawa Barat, 2017-10-12) Kurnia; Liferdi; BPTP Jawa BaratBudidaya padi salibu merupakan teknik budidaya padi sawah yang memanfaatkan tunggul jerami sisa pemotongan proses panen sebagai sumber pertumbuhan tunas yang baru. Budidaya padi salibu mempunyai keuntungan karena menghilangkan proses pengolahan tanah dan pembuatan persemaian. Namun budidaya padi salibu juga akan menghilangkan masa bera, masa bera mempunyai fungsi dalam memutus siklus hama dan penyakit tanaman. Pengkajian ini bertujuan untuk menguji teknologi budidaya padi salibu di wilayah Jawa Barat. pengkajian dilaksanakan di Kelompok Tani Kadu, Desa Cibeureum Kulon, Kecamatan Cimalaka, Kabupaten Sumedang, waktu pelaksanaan pengkajian dari bulan April sampai Agustus 2017. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa produktivitas padi salibu varietas IR64 sebesar 3,04 ton/ha menurun bila dibandingkan produktivitas tanaman pokoknya pada musim sebelumnya sebesar 5,5 ton/ha.
- ItemModel dinamis rencana aksi pengemembangan klaster sapi potong di Jawa Barat(BPTP Jawa Barat, 2016-11-11) Sutrisna, Nana; Yhani, Hany; BPTP Jawa BaratKompleksnya permasalahan peternakan sapi potong di Jawa Barat diperlukan suatu upaya yang komprehensip, menyeluruh, dan antar komponen saling berinteraksi serta melengkapi secara terpadu. Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang kompleks agar tujuan dan target tercapai, termasuk target 1 juta populasi sapi potong di Jawa Barat pada tahun 2019 adalah pendekatan system. Sistem peternakan sapi potong di Jawa Barat sangat berhubungan erat dengan perilaku (behavior) dinamik sistem-sistem yang kompleks, yaitu pola-pola tingkah laku peternak yang dibangkitkan oleh sistem itu dengan bertambahnya waktu. Asumsi utama dalam fenomena dinamika sistem adalah bahwa perilaku peternak dinamik yang persistent (terjadi terus menerus) pada setiap sistem yang kompleks, sehingga pendekatan sistem yang tepat adalah “system dynamics”. Tujuan penelitian adalah (1) merancang model dinamis pengembangan klaster sapi potong di Jawa Barat dan (2) menyusun alternatif kebijakan pengembangan klaster sapi potong di Jawa Barat. Model pengembangan klaster sapi potong di Jawa Barat yang dikembangkan dengan pendekatan sistem mampu mempresentasikan dengan dunia nyata dan memiliki akurasi tinggi dengan ratarata absolute kesalahan kurang dari 6,1%. Proyeksi satu juta populasi sapi potong yang ditargetkan pada tahun 2019 dapat di capai Sebelumnya dengan scenario kebijakan (1) menambah jumlah inseminator, (2) meningkatkan realisasi IB, (3) menambah populasi jantan dua kali lipat, dan (4) bibit betina empat kali lipat. Kebijakan tersebut memberikan konsekuensi mengeluarkan biaya investasi sekitar 100 trilyun rupiah dalam jangka waktu 15 tahun.
- ItemMotivasi kerja penyuluh tenaga harian lepas - tenaga bantu penyuluh pertanian (thl-tbpp) dan faktor yang mempengaruhinya di Kabupaten Bekasi(BPTP Jawa Barat, 2014-11-15) Muhammad Safei, Atang; Budiman; Sari, Ratna; BPTP Jawa BaratPenyuluh Tenaga Harian Lepas - Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian (THL-TBPP) mempunyai peran yang sangat penting dalam pembangunan pertanian di Kabupaten Bekasi. Kuantitas penyuluh PNS yang semakin berkurang, membuat peran penting THL-TBPP dalam pendampingan petani semakin kuat. Kinerja optimal dapat tercapai dengan motivasi kerja yang tinggi dalam melaksanakan tugas dan fungsi sebagai penyuluh. Pengkajian ini dilaksanakan pada bulan Mei – Agustus 2012 di Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat. Responden pengkajian ini berjumlah 23 penyuluh THL-TBPP yang berasal dari 23 Kecamatan di Kabupaten Bekasi. Metode pengambilan sampel menggunakan metode simple random sampling. Pengkajian ini bertujuan untuk (1) mengetahui motivasi kerja penyuluh THL-TBPP dalam melakukan kegiatan penyuluhan pertanian kepada petani, (2) mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi kerja penyuluh THL-TBPP. Uji hipotesa menggunakan analisis uji Rank Spearman. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa tingkat motivasi penyuluh THL-TBPP termasuk dalam kategori tinggi. Penyuluh THL-TBPP selalu bersifat agresif dan kreatif dalam melakukan pekerjaan. Kepuasan kerja (r=0,004), status dan tanggungjawab (r=0,146) tidak berpengaruh nyata terhadap motivasi kerja. Kompensasi yang memadai mempunyai pengaruh nyata terhadap motivasi kerja (r=0,415), Penyuluh THL-TBPP menerima penghasilan sesuai dengan beban kerja yang telah diberikan. Kondisi lingkungan kerja mempunyai pengaruh nyata terhadap motivasi kerja (r=0,761). Fasilitas kerja dan kenyamanan lingkungan kerja yang mendukung sangat membantu peningkatan motivasi penyuluh. Keinginan dan harapan pribadi mempunyai pengaruh nyata terhadap motivasi kerja (r=0,482). Penyuluh THL-TBPP mengikuti pendidikan dan pelatihan dalam bidang penyuluhan pertanian hal ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan kemampuan penyuluh THL-TBPP.
- ItemOptimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan dalam mendukung peningkatan gizi keluarga(BPTP Jawa Barat, 2016-11-11) Haryati, Yati; BPTP Jawa BaratKementerian Pertanian menginisiasi optimalisasi pemanfaatan pekarangan melalui konsep Rumah Pangan Lestari (RPL). Komoditas yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan pangan dan gizi keluarga, berbasis sumber pangan lokal, dan bernilai ekonomi. Kegiatan Pengkajian Kawasan Rumah Pangan Lestari dilaksanakan di KWT Nusa Indah, Desa Bantarjati, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor pada Bulan Januari - Desember 2014. Metode pengumpulan data menggunakan metode survey melalui pengisian kuesioner melalui wawancara langsung dengan jumlah responden 10 Kepala Keluarga (KK) yang merupakan anggota KWT Nusa Indah. Data yang diamati meliputi pola konsumsi dan kontribusi KRPL terhadap pengeluaran rumah tangga. Data dianalisis secara deskriptif. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa dengan memanfaatkan lahan pekarangan dapat meningkatkan gizi keluarga dengan nilai pola pangan harapan sebesar 91,10 dan ratio nilai produk KRPL dengan pangan strata sempit 21,17%; sedang 25,19% dan luas 26,19%.
- ItemPemanfaatan lahan di bawah tegakan kelapa dalam mendukung swasembada kedelai(BPTP Jawa Barat, 2017-10-12) Perdhana, Fyannita; Sutrisna, Nana; Basuno; BPTP Jawa BaratDalam upaya untuk mencapai swasembada kedelai perlu memanfaatkan lahan sub optimal salah satunya di kawasan areal perkebunan kelapa dalam. Oleh karena itu, dilakukan sistem usahatani kedelai di bawah tegakan kelapa dalam yang berumur 10-15 tahun, dimana populasi tanaman kelapa menggunakan jarak tanam 8 m x 5 m. Lokasi pengkajian di Kelompok tani Samudra Harapan I di desa Ciheras, Kecamatan Cipatujah, Kabupaten Tasikmalaya pada MT 2017. Kondisi topografi nya datar pada ketinggian tempat sekitar 2 m di atas permukaan laut (dpl). Tingkat kesuburan lahan dicirikan oleh kadar hara N-total (0,11 %) termasuk rendah, P (41 mg/100 g tanah) termasuk tinggi, K (172 mg/100 g tanah) termasuk rendah, dan C-organik (1,9 %) termasuk rendah, C/N sekitar 17 yang dikatagorikan tinggi, pH tanah atau reaksi tanah termasuk Agak Alkalis (7,81). Di lokasi pengkajian ini dikategorikan tekstur tanah pasir yang mempunyai kadar pasir 96 %, debu 4%, dan liat 0%. Oleh karena itu, tanah ini membutuhkan hara N, K yang cukup banyak baik pupuk yang berupa N (urea), dan pupuk K (KCl) yang tunggal maupun pupuk majemuk lengkap NPK. Hal itu juga diperlukan penambahan bahan organik baik berupa kompos atau pupuk kandang dan Zeolit sebagai pembenah tanah agar tanah ini tidak menjadi poros air sehingga pertumbuhan kedelai optimal. Pertumbuhan tinggi tanaman pada saat panen berkisar 48,90 cm hingga 73,70 cm dengan rerata tinggi tanaman 64, 27 cm. Untuk komponen hasil yang meliputi jumlah polong berkisar 13,00 polong hingga 126,00 polong per tanaman dengan rata-rata 52,04 polong per tanaman. Jumlah biji per tanaman berkisar 20 - 304 biji per tanam dengan rata-rata 125 biji per tanaman. Bobot biji per tanaman berkisar 4,23 - 17,50 g per tanaman dengan rata-rata 8,13 g per tanaman. Peubah bobot 100 butir bernas berkisar 4,68 - 19,10 g, dengan rata-rata 14,46 g. Kemudian untuk hasil biji kering kedelai varietas Dena 1 di bawah tegakan kelapa dalam berkisar 0,45 - 0,91 t/ha dengan rata-rata 0,74 t/ha. Apabila dilakukan analisis ekonomi secara sederhana memperlihatkan nilai B/C dari hasil produktivitas tertinggi (910 kg/ha) dengan nilai 1,71. Jika dari hasil rata-rata produktivitas (740 kg/ha) maka B/C ratio sekitar 1,30. Oleh karena itu, pengkajian usahatani kedelai di bawah tegakan kelapa dalam menunjukkan layak secara teknis, sosial maupun secara ekonomi, sehingga perlu ada pengembangan dengan skala lebih luas dan ke wilayah lain.
- ItemPenerapan inovasi teknologi pada kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan di kabupaten ciamis(BPTP Jawa Barat, 2017-09-12) Kurnia; Surdianto, Yanto; BPTP Jawa BaratKegiatan pada kawasan rumah pangan lestari sebagian besar merupakan budidaya yang berbasis tanaman sayuran, tanaman buah dan tanaman obat. Untuk mendukung kegiatan tersebut diperlukan inovasi teknologi budidaya sayuran. Berbagai inovasi teknologibaik yang berasal dari Badan Litbang Pertanian maupun pihak lain, bisa digunakan asal sesuai dengan kondisi wilayah tersebut. Identifi kasi dilaksanakan di Desa Dewasari Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis. Waktu pengkajian yaitu dari bulan April sampai Mei 2015. Hasil identifi kasi menunjukkan bahwa diperlukan inovasi teknologi untuk mendukung kegiatan pemanfaatan pekarangan. Inovasi teknologi budidaya tanaman dari mulai persemaian hingga panen sangat diperlukan oleh anggota KRPL. Teknologi lain yang mendukung kegiatan budidaya seperti pembuatan pupuk organik dan irigasi tetes juga diperlukan
- «
- 1 (current)
- 2
- 3
- »