Prosiding Seminar Nasional Akselerasi Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi, Mendukung Ketahanan Pangan di Wilayah Kepulauan
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Prosiding Seminar Nasional Akselerasi Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi, Mendukung Ketahanan Pangan di Wilayah Kepulauan by Author "Hutuely, Lutfie"
Now showing 1 - 3 of 3
Results Per Page
Sort Options
- ItemKebijakan Pengkajian Mendukung Ketahanan Pangan Maluku(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2008) Hutuely, Lutfie; Bustaman, Sjahrul; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuIndikator kerja dalam membangun ketahanan pangan adalah terwujudnya peningkatan pendapatan masyarakat desa dan peningkatan produktivitas. Maluku masih memiliki areal pengembangan lahan kering, lahan untuk sagu dan lahan basah. Inovasi teknologi spesifik lokasi sebagai produk BPTP Maluku diperlukan untuk mengantisipasi permasalahan masih rendahnya produktivitas pertanian. Salah satu strategi yang ditempuh untuk mempercepat inovasi teknologi adalah melalui program Prima Tani yang merupakan pembangunan pertanian pedasaan Dengan keterbatasan dana yang dialokasikan pada BPTP Maluku, pengkajian dari tahun 2006 sampai dengan 2009 lebih diarahkan pada agroekosistem lahan kering. Komoditas yang dikembangkan dalam kaitannya dengan ketahanan pangan lebih disesuaikan dengan pola konsumsi masyarakat desa yaitu aneka umbi, jagung, padi dan aneka kacang. Sedangkan lokasi pengkajian lebih diupayakan pada kabupaten/kota yang belum ada Prima Tani. Diharapkan Pemda Kabupaten/Kota dapat memfasilitasi dan pengkajian, agar ketahanan pangan dapat dibangun pada 12 gugus pulau dengan pendekatan Prima Tani dengan prinsip “ bangun, operasikan, dan serahkan “ ( Build, Operate, Transfer ).
- ItemMembangun Ketahanan Pangan Maluku Berawal dari Desa(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2008) Bustaman, Sjahrul; Hutuely, Lutfie; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuSaat ini di Maluku ada 815 desa (93 %) dengan pendapatan penduduknya berasal dari pertanian, dengan penduduk miskin di tahun 2003 masih ada 399.900 jiwa (32,85%). Pembangunan ketahanan pangan daerah diawali dengan membangun ketahanan pangan rumah tangga di desa melalui peningkatan kesejahteraan dan diversifikasi pangan. Sumber pangan lokal seperti sagu, aneka umbi, jagung, serelia dan padi selama ini dimanfaatkan sebagai sumber karbohidrat sedangkan sumber protein adalah ikan dan kacang-kacangan. Tersediannya areal pengembangan pertanian di 8 kabupaten/kota (12 gugus pulau) dapat dijadikan modal dasar dalam penyediaan bahan pangan ke depan. Indikator tingkat kesejahteraan petani adalah Nilai Tukar Petani (NTP) dan Tingkat Ketahanan Pangan (TKP) rumah tangga petani. Upaya membangun ketahanan pangan dilakukan melalui peningkatan produktivitas dengan penerapan inovasi teknologi spesifik lokasi dan peningkatan pemanfaatan lahan. Untuk mewujudkan ketahanan pangan berkelanjutan diperlukan empat program pokok yaitu : (1) Peningkatan Kapasitas Ekonomi Masyarakat, (2) Peningkatan Kapasitas Produksi Pangan, (3) Pengelolaan Distribusi dan Pasar Pangan, dan (4) Peningkatan Mutu Konsumsi Pangan. Partisipasi Pemerintah Daerah (Bappeda, Dinas Pertanian Kabupaten/kota), BPTP, dan Masyarakat desa/petani secara aktif dan mempunyai rasa memeliki diperlukan dalam membangun ketahanan pangan mulai dari perencanaannya hingga pelaksanaannya. Kelembagaan penguatan modal kerja dan kelompok tani sedapat mungkin difasilitasi oleh pemerintah daerah. Institusi seperti Pekerjaan Umum, Koperasi, Bulog dan Perdagangan juga mempunyai tanggungjawab bersama atas keberhasilannya ketahanan pangan desa.
- ItemSurvei Kelembagaan Petani Dalam Mendukung Prima Tani di Maluku Tengah(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2007) Hutuely, Lutfie; Nurdin, Maryam; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuKeberadaan kelembagaan penyuluhan pertanian yang lemah menyebabkan lambatnya proses difusi hasil inovasi dan teknologi dari lembaga penelitian. Oleh karena itu diintroduksikan program rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian yang dipandang sebagai langkah terobosan untuk mempercepat dan memantapkan inovasi teknologi pada kondisi nyata di lapangan dengan agroekosisitem yang beragam. Program Primatani merupakan sebuah bentuk rekayasa sosial melalui pendekatan kelembagaan. Oleh karena itu pentingnya kelembagaan petani dalam mendukung kegiatan primatani. Kelembagaan pertanian yang ada di kelurahan Holo masih kurang dan kinerjanya masih lemah. Untuk memudahkan pembinaan dan meningkatkan akses petani terhadap lembaga yang ada masih perlu melakukan rekayasa kelembagaan yang berkaitan dengan organisasi petani dan lembaga keuangan Kelurahan. Dalam pengembangan kelembagaan prima tani, petunjuk yang perlu diperhatikan antara lain : (1) memahami setting masyarakat setempat, (2) bidang pekerjaan yang akan dilakukan harus jelas, (3) mempelajari kelembagaan yang sudah ada di masyarakat, (4) mengelompokkan basis kelembagaan yang sesuai untuk tiap aktivitas dan (5) memahami kekentalan kelembagaan yang sesungguhnya diperlukan.