Prosiding Seminar Nasional Akselerasi Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi, Mendukung Ketahanan Pangan di Wilayah Kepulauan
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Prosiding Seminar Nasional Akselerasi Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi, Mendukung Ketahanan Pangan di Wilayah Kepulauan by Author "Alfons, Janes Berthy"
Now showing 1 - 4 of 4
Results Per Page
Sort Options
- ItemBenih untuk Ketahanan Pangan(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2007) Alfons, Janes Berthy; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuSalah satu elemen pokok ketahanan pangan adalah ketersediaan pangan yang cukup baik jumlah maupun mutu yang sebagian besar berasal dari produksi sendiri. Penggunaan benih bermutu merupakan salah satu komponen teknologi dalam upaya peningkatan produksi tanaman pangan, karena memiliki daya hasil yang tinggi, tahan hama dan penyakit utama dan berumur genjah. Permasalahan yang dihadapi dalam perbenihan tanaman pangan saat ini adalah: (1) belum semua varietas unggul yang dilepas dapat diadopsi petani atau pengguna benih; (2) ketersediaan benih sumber dan benih sebar secara ”enam tepat” (varietas, mutu jumlah, waktu, lokasi, dan harga) belum dapat dipenuhi; (3) belum optimalnya kinerja lembaga produksi dan pengawasan mutu benih; dan (4) belum semua petani menggunakan benih unggul bermutu/bersertifikat. Dalam rangka mendukung penyediaan benih unggul bermutu untuk mendukung ketahanan pangan diperlukan langkah-langkah stategis meliputi; (1) optimalisasi pengembangan varietas unggul baru (VUB), (2) produksi dan distribusi benih, (3) pengendalian mutu melalui sertifikasi benih, dan (4) optimalisasi kelembagaan perbenihan.
- ItemInovasi Teknologi Umbi-Umbian Mendukung Ketahanan Pangan(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2008) Alfons, Janes Berthy; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuKetahanan pangan diartikan sebagai ketersediaan pangan bagi seluruh rumah tangga, dalam jumlah, mutu dan gizi yang cukup, aman dikonsumsi, merata dan terjangkau. Ketahanan pangan akan mantap bila komsunsi masyarakat berasal dari berbagai sumber pangan lokal. Ubi-ubian (ubi kayu, ubi jalar, yams, dan cocoyams) sebagai sumber karbohidrat non-beras merupakan tanaman pangan spesifik bagi masyarakat Maluku, berpontensi untuk dikembangkan sebagai bahan pangan alternatif mendukung ketahanan pangan. Tantangan yang dihadapi dalam pengembangan ubi-ubian adalah teknologi produksi masih sederhana disamping produk-produknya hingga saat ini cenderung konvensional, dengan kemampuan dan nilai gizi yang kurang menarik. Hal ini menyebabkan relatif rendahnya ketertarikan masyarakat untuk memanfaatkan sebagai sumber karbohidrat substitusi terhadap beras. Dalam rangka pengembangan ubi-ubian sebagai komoditi pangan alternatif perlu didukung oleh teknologi inovatif meliputi teknologi pra panen, pascapanen dan pengolahan hasil. Inovasi teknologi varietas unggul baru, mampu meningkatkan produktivitas tanaman serta meningkatkan kualitas hasil pertanian. Inovasi teknologi pengelolaan lahan dan air akan memberikan dampak pada daya dukung lahan (produktivitas lahan meningkat) sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik (produktivtas tanaman meningkat). Begitu pula dengan teknologi pengelolaan hama dan penyakit tanaman juga merupakan inovasi teknologi yang dapat diandalkan untuk mengurangi resiko kegagalan panen, sedangkan inovasi teknologi pascapanen pengolahan hasil dapat mempertahankan dan bahkan meningkatkan kualitas produk pertanian, yang pada akhirnya meningkatkan nilai tambah produk pertanian.
- ItemKebutuhan Teknologi untuk UMKM Sektor Pertanian Mendukung Ketahanan Pangan(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2007) Hendayana, Rahmat; Alfons, Janes Berthy; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuUsaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di sektor pertanian merupakan bagian integral dari perekonomian nasional yang mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang penting dan strategis dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional yang kokoh. Penelitian tentang UMKM sektor pertanian ini telah di lakukan awal tahun 2007, melibatkan 14 unit UMKM sektor pertanian di 4 wilayah provinsi yaitu Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat, Jawa Timur dan DI Yogyakarta, bertujuan untuk mengungkap dukungan teknologi terhadap UMKM dan kontribusinya terhadap eksistensi UMKM sektor pertanian dalam menuju tercapainya ketahanan pangan. Bahasan dilengkapi hasil telaahan informasi sekunder dari berbagai sumber yang relevan. Dengan mengunakan pendekatan deskriptif kualitatif dan kuantitaif dalam penelitian ini, dihasilkan kesimpulan: (1) UMKM di sektor pertanian merupakan realitas kegiatan ekonomi yang dilakukan petani dalam berbagai dimensi, antara lain usaha penjualan sarana produksi pertanian, penjualan hasil usahatani, kegiatan usahatani dan usaha-usaha lain yang mendukung usahatani seperti perbengkelan alat mesin pertanian, (2) Eksistensi dan keberhasilan UMKM sektor pertanian dipengaruhi tidak hanya oleh ketersediaan permodalan, akan tetapi juga dipengaruhi inovasi teknologi, yang mampu menciptakan nilai tambah ekonomi, tidak rumit, cocok dengan kebiasaan atau budaya UMKM, bisa diterapkan dengan risiko minimal dan hasilnya segera terlihat, (3) Adopsi inovasi teknologi dalam UMKM akan mendorong pencapaian produktivitas optimal, dan meningkatkan pendapatan sehingga dapat memberikan sumbangan dalam memperkuat ekonomi rumah tangga yang pada gilirannya akan mampu mendukung ketahanan pangan yang tangguh, (4) Untuk dapat menggunakan inovasi teknologi yang optimal pada UMKM sektor pertanian, dalam prakteknya diperlukan pendampingan dan monitoring secara berkala dan berkesinambungan.
- ItemStrategi Optimalisasi Inovasi Kelembagaan Dalam Mewujudkan Ketahanan Pangan Daerah(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2007) Hendayana, Rahmat; Alfons, Janes Berthy; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuKajian optimalisasi inovasi kelembagaan dalam mewujudkan ketahanan pangan daerah, merupakan hasil telaahan mendalam terhadap data dan informasi sekunder dari berbagai sumber yang relevan, tahun 2007. Tujuan yang ingin dicapai adalah mengetahui kondisi eksisting dan indikator kelembagaan pangan yang optimal, sehingga dapat disusun strategi pencapaian kelembagaan ketahanan pangan yang optimal di daerah. Sumber data dan informasi utama dalam bahasan ini adalah publikasi hasil kajian ketahanan pangan yang tersedia di pustaka maupun hasil penelusuran (surfing) internet. Melalui interpretasi dan telaah kualitatif yang dilakukan dalam pembahasan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: (a) Keberhasilan ketahanan pangan, tidak hanya ditentukan oleh ketersediaan teknologi semata, akan tetapi juga dientukan oleh unsur kelembagaan pendukungnya, baik yang bersifat formal maupun non formal. Teknologi menjadi syarat keharusan sedangkan kelembagaan merupakan syarat kecukupan; (b) Keberadaan kelembagaan formal maupun non formal memiliki peran strategis dan krusial dalam mewujudkan ketahanan pangan di level nasional maupun daerah dalam perannya memfasilitasi akses terhadap teknologi yang telah tersedia maupun teknologi yang diperlukan tetapi belum tersedia, menyediakan kebutuhan petani, fasilitasi modal kerja dan pemasaran; (c) Kelembagaan ketahanan pangan yang optimal dicirikan oleh konsistensinya dalam menerapkan prinsip-prinsip kelembagaan yang mencakup prinsip kebutuhan, efektivitas, efisiensi, fleksibilitas, manfaat, pemerataan dan keberlanjutan, (d) Untuk mencapai kondisi kelembagaan ketahanan pangan yang optimal diperlukan strategi diawali dengan melakukan inventarisasi elemen lembaga yang sudah ada kemudian menumbuhkan elemen lembaga yang dibutuhkan tetapi belum tersedia dan atau menumbuhkan elemen lembaga yang sudah ada tetapi belum berfungsi efektif dan efisien dalam pengelolaan pangan di daerah; dan terakhir menumbuhkan keterkaitan yang harmonis secara fungsional dan secara institusional antar elemen kelembagaan ketahanan pangan.