Seminar Hasil Penelitian Rintisan dan Bioteknologi Tanaman
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Seminar Hasil Penelitian Rintisan dan Bioteknologi Tanaman by Author "Hutami ...[at al], Sri"
Now showing 1 - 2 of 2
Results Per Page
Sort Options
- ItemPenyelamatan Embrio Hasil Persilangan Kacang Hijau dengan Kerabat Liarnya(Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, 2003-12) Hutami ...[at al], Sri; Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianKacang hijau (Vigna radiata L. Wilczek) mempunyai prospek yang baik untuk di-kembangkan antara lain di lahan kering. Dari berbagai penyakit yang banyak menyerang pertanaman kacang hijau terdapat tujuh jenis penyakit penting antara lain penyakit kudis yang disebabkan oleh cendawan Elsinoe iwatae. Sampai saat ini, belum ada varietas unggul kacang hijau tahan penyakit kudis. Sifat tahan terhadap penyakit kudis terdapat pada kerabat liarnya, kacang hitam (Vigna mungo (L) Hepper). Namun demikian, persilangan antara keduanya ter-dapat inkompatibilitas. Persilangan antara V. radiata dan V. mungo menghasil-kan biji yang morfologinya tidak normal, persentase perkecambahan biji yang rendah serta F1 yang diperoleh selalu steril. Untuk meningkatkan keberhasilan perkecambahan dan fertilitas tanaman F1 maka dilakukan penyelamatan em-brio pada tingkatan umur yang lebih dini, serta penggandaan kromosom pada biakan F1. Kultur in vitro telah banyak dimanfaatkan untuk menyelamatkan em-brio atau biji hasil persilangan seksual dengan cara mengkulturkannya pada medium tumbuh. Pada penelitian ini empat varietas kacang hijau ditanam di ru-mah kaca, yaitu varietas Walet sebagai Vigna radiata, sedangkan Vigna mungo ada tiga jenis, yaitu VR-34, VR-35, dan No. 19/1. Perlakuan yang diuji ada tiga, yaitu (1) tetua betina kacang hitam, (2) umur biji muda setelah persilangan, dan (3) formulasi medium. Setelah tanaman berbunga dilakukan persilangan antara V. radiata dan V. mungo maupun resiprokalnya. Dari polong yang terbentuk se-telah umur 1, 2, dan 3 minggu setelah persilangan embrionya dikulturkan secara in vitro pada beberapa medium, yaitu (1) MS + kinetin 0,2 mg/l + IAA 1 mg/l + kasein hidrolisat 0,5 g/l; (2) Knudson; (3) Knudson C; (4) Knudson + BA 1 mg/l; (5) Knudson C + BA 1 mg/l. Parameter yang diamati, yaitu persentase keber-hasilan persilangan embrio/biji muda yang berkecambah, jumlah tunas dan pe-nampakan biakan secara visual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persen-tase keberhasilan tertinggi didapatkan pada persilangan antara kacang hijau varietas Walet dengan kacang hitam No. 19/1. Keberhasilan perkecambahan embrio hasil persilangan dengan kacang hijau sebagai tetua betina akan me-ningkat dengan meningkatnya umur embrio. Embrio dapat berkecambah pada seluruh medium dasar yang digunakan dan akan meningkat apabila ditambah-kan BA 1 mg/l. Sampai akhir pengamatan embrio hasil persilangan dengan tetua betina kacang hitam belum dapat berkecambah.
- ItemRegenerasi Massa Sel Embrionik Tanaman Kedelai setelah Diseleksi dengan Al dan pH Rendah(Balai Penelitian Bioteknologi TanamanPangan, 2001) Hutami ...[at al], Sri; Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianVarietas kedelai yang adaptif terhadap lahan masam jumlahnya terbatas. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mendapatkan genotipe baru yang toleran lahan masam ialah melalui seleksi in vitro. Massa sel yang dihasilkan dari eksplan (kotiledon atau embrio zigotik muda) diseleksi dengan AlCl3.6H2O (0-500 ppm) dan pH 4. Varietas yang digunakan adalah Wilis, Sindoro, dan Slamet. Media Murashige dan Skoog dimodifikasi, yaitu konsentrasi beberapa garam makro diturunkan dan Fe yang digunakan tidak dichelate. Untuk lebih meningkatkan keragaman genetik, eksplan diradiasi (0-400 rad) kemudian di-ulang kembali dengan dosis yang ditingkatkan, yaitu 5 dan 10 krad. Hasil peneli-tian menunjukkan bahwa varietas Willis yang diradiasi 400 rad setelah diseleksi dengan Al dan pH rendah menghasilkan benih somatik paling banyak (69) di-ikuti varietas Sindoro (55). Varietas Slamet yang diradiasi 400 rad kemudian di-seleksi dengan Al dan pH rendah membentuk benih somatik paling sedikit (13). Dosis radiasi yang tinggi menyebabkan kematian pada massa sel yang diselek-si. Proses pendewasaan dan perkecambahan tidak terbentuk secara serempak.