Seminar Hasil Penelitian Rintisan dan Bioteknologi Tanaman
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Seminar Hasil Penelitian Rintisan dan Bioteknologi Tanaman by Author "Budiarti ...[at al], Sri G."
Now showing 1 - 3 of 3
Results Per Page
Sort Options
- ItemEvaluasi Ketahanan Plasma Nutfah Tanaman Pangan terhadap Hama(Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, 2002-11) Budiarti ...[at al], Sri G.; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianWereng batang coklat (WBC), Nilaparvata lugens Stål yang menyerang per-tanaman padi, dan lalat bibit Atherigona exigua yang menyerang pertanaman jagung, keduanya merupakan hama penting yang menyebabkan kehilangan hasil cukup besar. Cara yang dianggap mudah, murah, dan aman untuk meng-atasi masalah hama tersebut adalah dengan menggunakan varietas yang ta-han. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat ketahanan aksesi plasma nutfah padi dan jagung yang telah dikoleksi di Laboratorium Bank Gen Balitbio. Penelitian tingkat ketahanan plasma nutfah padi terhadap WBC dilakukan di rumah kaca Balitbio Bogor dari bulan Juni 2001-Februari 2002. Sebanyak 500 aksesi plasma nutfah padi diuji ketahanannya terhadap WBC populasi IR42 dan IR46. Nimfa WBC instar 2-3 populasi IR42 dan IR64 digunakan sebagai penguji. Sebanyak 15-20 biji padi per aksesi ditanam per baris pada bak kayu, dengan jarak tanam +2,5 cm. Setelah benih berumur 7 hari diinfeksi dengan nimfa instar, kemudian dikurung dengan kurungan plastik berkasa. Skoring dilakukan setelah varietas IR42 atau IR64 menunjukkan gejala 90% tanaman mati dengan skor 7-9, pada seluruh varietas uji. Penilaian didasarkan pada sistem standar evaluasi IRRI. Penelitian tingkat ketahanan plasma nutfah jagung terhadap hama lalat bibit dilakukan di Inlitbio Cikeumeuh, dari November 2001-Januari 2002. Sebanyak 75 aksesi, diuji dengan rancangan acak kelompok dengan dua ulangan. Vaietas yang digunakan adalah kontrol rentan (Arjuna) dan kontrol tahan (Sadewa). Luas petak 1 m x 5 m (jarak tanam 25 cm x 20 cm (4 baris) per aksesi. Hasil penelitian dari 500 aksesi plasma nutfah padi yang diuji tingkat ketahanannya terhadap WBC populasi IR42 diperoleh 54 aksesi tahan dengan skor 2-3, hanya IR64 yang mempunyai skor 2. Adapun hasil uji tingkat ketahan-annya terhadap WBC populasi IR64 hanya diperoleh 6 aksesi yang tahan (skor 3-0). Dari 75 aksesi plasma nutfah jagung yang diuji ketahanannya terhadap lalat bibit A. exigua Stein. diperoleh 12 aksesi bereaksi tahan, di antaranya yang mempunyai intensitas terendah adalah Pena Mais (Reg. 1621), yang tertinggi adalah kapas (Reg. 2000), dan Doke (Reg. 2001).
- ItemEvaluasi Toleransi Plasma Nutfah Padi, Jagung, dan Kedelai terhadap Lahan Bermasalah (Lahan Masam, Keracunan Al, dan Fe)(Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, 2003-12) Budiarti ...[at al], Sri G.; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianPenelitian ini bertujuan mencari genotip padi toleran terhadap keracunan Al dan Fe, serta sifat-sifat penting lainnya (morfologi dan fisiologi) dan mencari genotip jagung dan kedelai terhadap keracunan Al serta sifat-sifat penting lainnya (morfologi dan fisiologi). Kegiatan evaluasi plasma nutfah padi, jagung, dan kedelai terhadap keracunan Al serta evaluasi plasma nutfah padi terhadap keracunan Fe telah selesai dilaksanakan di Instalasi Penelitian Tamanbogo Lampung pada MH 2002. Jumlah aksesi yang diuji terhadap keracunan Al adalah 200 aksesi padi, 100 aksesi jagung, dan 100 aksesi kedelai. Jumlah aksesi yang diuji terhadap keracunan Fe adalah 200 aksesi padi. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok dengan 3 ulangan, kecuali kedelai hanya 2 ulangan. Hasil uji plasma nutfah padi terhadap keracunan Al diperoleh 23 aksesi yang toleran dengan skor 1-3 di antaranya yang mempunyai skor 1, yaitu Tayan (No. reg. 21228) dan Segeret (No. reg. 21230). Uji toleransi keracunan Al pada jagung diperoleh 10 aksesi yang tingkat toleransinya toleran-moderat dengan skor 2-3. Di antara 10 aksesi tersebut, 3 aksesi mempunyai skor Al 2,2-2,3, yaitu Kelinci (No. reg. 2006), Leha-leha (No. reg. 2026), dan Lokal Anyar (No. reg. 3176). Selanjutnya uji toleransi terhadap Al pada kedelai diperoleh 13 aksesi toleran, beberapa di antaranya adalah kedelai Kecipir Putih (No. reg. 3233), Mlg 2593 (No. reg. B3567), Lokal Pasuruan (No. reg. 2665). Evaluasi plasma nutfah padi terhadap keracunan Fe terpilih 16 aksesi yang toleran dengan skor 1-3 pada pengamatan 8 MST, yaitu Randah Padang K. (No. reg. 4323), Pulu Denni b (No. reg. 4372), Getik (No. reg. 5643), Mendalet (No. reg. 5657), Menta (No. reg. 5758), Rojolele (No. reg. 5813), Ritgen (No. reg. 6550), Jedah (No. reg. 6601, Ketan (No. reg. 6856), Sampang K (No. reg. 6857), Komas A (No. reg. 6877A), Komas B (No. reg. 6877b), Sipulo (No. reg. 8025), Genjah Mada (No. reg. 5856), Pudak Kuning (No. reg. 6204), dan Cere Bandung (No. reg. 6858).
- ItemPembentukan dan Evaluasi Inbrida Jagung Tahan Penyakit Bulai(Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, 2002-11) Budiarti ...[at al], Sri G.; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianVarietas hibrida yang tahan penyakit bulai merupakan salah satu cara untuk meningkatkan produksi jagung di Indonesia. Gen pool 4 dan gen pool 5 yang telah dibentuk serta koleksi plasma nutfah dapat dimanfaatkan untuk mencari bahan pemuliaan dengan tujuan spesifik termasuk tahan penyakit bulai. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan sifat ketahanan terhadap penyakit bulai dengan seleksi galur. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan tahun 2000. Dari hasil penggaluran (selfing) terhadap 60 galur, diperoleh 200 tongkol (galur baru) yang diuji ketahanannya terhadap bulai pada MH 2001 di Inlitbio Cikeumeuh. Rancangan yang digunakan adalah acak kelompok dengan 2 ulangan. Sebelum tanam galur yang diuji, ditanam lebih dahulu varietas yang peka terhadap penyakit bulai (Antasena) di sekeliling petak percobaan sebagai sumber inokulum. Galur yang diuji ditanam setelah varietas Antasena terserang penyaklit bulai +70% dan berumur 3 minggu. Empat hari setelah tanaman yang diuji tumbuh, diinokulasi dengan suspensi spora. Masing-masing galur ditanam dengan jarak tanam 70 cm x 20 cm (25 tanaman/baris). Varietas baku tahan (Arjuna TB) dan Antasena (peka) ditanam pada setiap 25 galur yang diuji. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan melakukan selfing terhadap tanaman sehat pada saat pengujian bulai dapat memperbaiki ketahanan terhadap penya-kit bulai. Diperoleh 34 galur inbrida sangat tahan dan 31 galur tahan terhadap penyakit bulai. Galur-galur inbrida yang tahan dan sangat tahan terhadap penyakit bulai perlu dilestarikan sebagai sumber gen tahan.