Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Berwawasan Agribisnis Mendukung Pembangunan Pertanian Wilayah Kepulauan
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Berwawasan Agribisnis Mendukung Pembangunan Pertanian Wilayah Kepulauan by Author "Hurasan, M Saleh"
Now showing 1 - 6 of 6
Results Per Page
Sort Options
- ItemKajian Perkembangan dan Teknologi Penangkapan pada Perikanan Tuna Rakyat di Maluku(Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2005-11-22) Hurasan, M Saleh; Sui, La; Mahu, Hamid; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuDari sector perikanan, ikan tuna merupakan salah satu sumber utama untuk PAD setelah udang dan mutiara. Ketika konflik social produksi tuna/cakalaang mengalami penurunan sekitar 40% dari sebelumnya. Penulisan ini bertujuan untuk menganalisa perkembangan perikanan tuna pasca konflik dan uji bed hasil tangkapan berdasarkan perlakuan. Pengkajian ini di lakukan di Banda, Waprea dan Wamlana dari bulan Juni s/d bulan September 2003. Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan dalam bentuk observasi langsung ke lokasi dan uji coba penangkapan (eksperimen fishing). Data yang dikumpulkan meliputi data primer berupa log book nelayan, wawancara, diskusi dan data hasil uji penangkapan. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait dan studi literature lainnya. Hasil analisis menunjukkan bahwa produksi perikanan tuna mengalami penurunan sebesar 52,42% pada saat terjadi konflik (tahun 200-2001) dengan CPUE berkisar antara 53,33 kg – 135 kg/hari, kemudian menunjukkan kenaikan sebesar 28,86% saat kondisi mulai membaik (kondusif) (2002-2003) dengan CPUE antara 90 kg – 200 kg/hari. Penggunaan ukuran mata pancing (no. 3, 4 dan 5) pada ukuran tali pancing yang berbeda (800, 1000 dan tali domi) tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap hasil tangkapan, sementara penggunaan jenis ikan umpan (hidup dan mati) pada ukuran mata pancing memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap hasil tangkapan dimana umpan hidup memberikan hasil yang lebih baik
- ItemKetahanan Sosial Ekonomi Nelayan pada Usaha Perikanan Tuna Rakyat di Maluku(Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 5-11-22) Hurasan, M Saleh; Edrus, Isa N; Sui, La; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuKetahanan social dan ekonomi dalam era globalisasi diperlukan selain peningkatan efisiensi usaha perikanan dengan memasukan teknologi maju dan peningkatan deverisfikasi usaha serta pengembangan agribisnis komoditas unggulan secara kompetatif sehingga dapat meningkatkan pendapatan nelayan. Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui sejauh mana perilaku dan tingkat keuntungan ekonomi yang diperoleh nelayan tuna yang selanjutnya direkomendasikan dalam dokumen paket teknologi sebagai informasi yang strategis dalam pengelolaan selanjutnya. Data dan informasi diperoleh dari pengkajian yang dilakukan di Kecamatan Banda, Leihitu (Ureng dan Asilulu) Kecamatan Amahai (Aira, Haruo dan Tanjung) Kabupaten Maluku Tengah dan Woprea dan Wamlana Kabupaten Buru dalam bentuk observasi langsung ke lokasi dari bulan Juni s/d Oktober 2004. Data primer dihimpun dari lapangan hasil wawancara berstruktur, diskusi dan dengar pendapat serta data harian nelayan (lock book) dan data sekunder dari instansi lainnya. Pada perikanan tuna rakyat alat tangkap yang digunakan adalah pancing tonda dan umpan sebagai factor pembatas, sementara besaran armada penangkapan (GT) terdiri atas 1 GT, 2GT, 2,5 GT dan 3 GT dengan system motorisasi. Produksi tangkapan tuna yang dihasilkan dengan armada 3 GT adalah 10,25 % lebih tinggi dari ukuran lainnya dengan rata-rata per bulan 4,615 kg. terlihat kesadaran pentingnya pendidikan nelayan cukup tinggi (rata-rata 12 tahun mengikuti pendidikan), sementara kelompok usia nelayan 81,42 % adalah usia produktif (20-50 tahun) dan berdasarkan jumlah anggota keluarga nelayan lebih dominan pada keluarga sedang (4-5 orang). Hasil analisis selanjutnya menunjukkan bahwa sebanyak 75,45 % nelayan lebih mandiri dalam mengatasi keterbatasan biaya operasional dan memiliki sifat usaha sendiri (81,32%) dengan investasi terbesar pada pengadaan mesin temple (33,60%) dari totalnya. Harga ikan tuna hasil tangkapan nelayan sangat ditentukan dari daya awet hasil kisaran harga per kg ikan berkisar antara Rp. 3000 – Rp. 7.500. penggunaan armada 3 GT memberikan pendapatan 12,18 % lebih tinggi dari ukuran armada lainnya. Pendapatan bersih nelayan adalah Rp. 25.491.850 (ketinting) Rp. 32.861.614 (2 GT). Rp. 40.023.430 (2,5 GT) dan Rp. 44.969,86 93 GT). Ratio penerimaan dan biaya-biaya menunjukkan nilai yang fleksibel dan layak untuk dikembangkan pada semua jenis armada (RC-ratio >1) dengan waktu pengembalian modal usaha berkisar antara 0,53 tahun – 0,91 tahun, sementara keuntungan yang didapat dari modal yang diinverstasikan (ROI) arat-rata antara Rp. 69 – Rp. 142 dengan nilai tertinggi pada ukuran armada 2,5 GT
- ItemLaju Pancing dan Pengaruh Beberapa Faktor Pembatas (Pancing, Waktu dan Umpan) terhadap Hasil Tangkapan Rawai Dasar di Sekitar Peraira Seram Barat(Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2005-11-22) Hurasan, M Saleh; Sui, La; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuPenelitian laju pancing dan pengaruh factor pembatas (ukuran pancing, umpan dan waktu) terhadap hasil tangkapan di lakukan di sekitar perairan Seram Barat pada bulan Oktober s/d bulan Desember 2001 selama 40 trip dalam bentuk uji coba pengkapan. Rancangan acak lengkap digunakan dalam menganalisa pengaruh factor pembatas dan nilai laju pancing mengacu pada rumus laju pancing yang digunakan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Ukuran pancing nomor 4, 6 dan 8, jenis umpan selar, kembung dan laying serta waktu sore dan pagi hari merupakan bahan analisis dalam tulisan ini. Hasil analisis menunjukkan bahwa ukuran mata pancing berpengaruh nyata terhadap hasil tangkapan dimana ukuran pancing nomor 6 memberikan hasil yang lebih baik disbanding dengan nomor 4 dan 8 sementara waktu dan jenis umpan tidak berpengaruh nyata. Nilai laju pancing (hook rate) menunjukkan produktivitas alat cukup tinggi dn layak untuk dikembangkan (> 2%)
- ItemMenginisiasi Adopsi Teknologi Anjuran Melalui Partisipasi Masyarakat Pesisir dalam Budidaya Rumput Laut: (Studi Kasus di Pesisir Teluk Banten)(Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2005-11-22) Susilowati, Tuti; Hurasan, M Saleh; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuRumput laut, sea-weed merupakan salah satu kekayaan sumberdaya hayati Indonesia yang pemanfaatanya belum dilakukan dengan optimal. Dari sejumlah jenis yang ada jenis Euchema dan Gracilaria kini sudah banyak dibudidayakan oleh penduduk di wilayah pesisir Indonesia. Melalui pengembangan tehnologi pengolahan yang tepat guna kini rumput laut telah dibuat ekstrak berupa agar dan keragenan dan alginate yang kelak dapat dimanfaatkan untuk beragam produk lanjutan (pangan dan non-pangan). Beberapa Negara konsumen rumput laut dari Indonesia meliputi : Hongkong. Amerika Serikat, Prancis, Jepang dan Denmark. Pada tahun 1999, produksi rumput laut Indonesia baru mencapai 20.000 ton untuk jenis Euchema spp dan sebanyak 6.000 ton untuk jenis Gracilaria sp. Padahal permintaan pasar saat itu sudah mencapai 35.000 ton/tahun. Sejalan dengan aplikasi tehnologi yang digunakan kini (2003) dari hasil kegiatan budidaya telah dapat dirasakan komoditas rumput laut kering sebesar : 16 ton per hektar/tahun. Dalam upaya mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya pesisir, usaha budidaya rumput laut mempunyai prospek baik dimasa datang. Kegiatan budidaya ini dapat menjadi prioritas utama bagi terciptanya peluang berusaha dan peluang bekerja yang dapat diandalkan bagi usaha peningkatan pendapatan rumahtangga penduduk wilayah pesisir
- ItemUji Caba Rawai Dasar untuk Penangkapan Ikan Kakap (Lutjanus spp.) di Maluku(Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2005-11-22) Sui, la; Hurasan, M Saleh; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuIkan kakap (Lutjanus spp) merupakan salah satu jenis ikan demersal dari famili Lutjanidae yang mempunyai nilai ekonomis penting sebagai komoditas ekspor. Permintaa aka komoditi ini dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Di Maluku ketersediaan sumberdaya ikan kakap cukup potensial, akan tetapi pengusahaannya pada tingkat nelayan masih sangat terbatas. Introduksi alat tangkap ikan kakap telah dilkukan di perairan Maluku dengan tujuan untuk meningkatkan produktivitas usaha perikanan tersebut. Unit rawai hasil modifikasi digunakan dalam uji coba penangkapan, dilengkapi dengan alat bantu penarik tali rawai (line houller) untuk peningkatan efisiensi penangkapan. Hasil uji coba menunjukkan bahwa laju pancing (hook rate) rawai dasar berkisar 6,0 – 11,0 dengan nilai rata-rata 8,0. Jenis ikan yang tertangkap adalah jenis kakap (Prestipomoide multidens, P. typus dan Eteiis sp) dengan ukuran berat antara 2-7 kg, kerapu (Ephinephelus spp), cucut (Cacharhinus spp), remang (Muraenocidae) dan pari (Dasyaticae). Ikan kakap banyak tertangkap pada pancing ukuran no. 6 dan ikan umpan jenis lema/kembung (Raastreliger koonagurta)
- ItemUji coba penggunaan jaring insang cakalang dan hasil tangkapannya di perairan Maluku Tengah(Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2005-11-22) Sui, La; Hurasan, M Saleh; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuUji coba penggunaan laju jarring insang cakalang telah dilakukan dari bulan Oktober sampai dengan Desember 1998 di perairan Maluku Tengah. Tujuan dari pengkajian ini adalah untuk melihat produktivitas jarring insang cakalang terhadap spesies targetnya (tuna dan cakalang) sehingga dapat dikembangkan sebagai alat tangkap alternative pada saat kapal cakalang sulit memperoleh ikan umpan. Data diperoleh dari hasil tangkapan pengoperasian jarring meliputi : metode pengoperasian jaring komposisi hasil tangkapan ukuran berat dan jumlahnya. Selain itu juga diambil data-data mengenai kapal dan jarring. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penebaran jarring dilakukan pada waktu sore hari dengan menggunakan tenaga dorong angin (posisi mesindimatikan) dan diangkat pada waktu besok pagi. Hasil tangkapan yang diperoleh adalah berbagai jenis ikan permukaan (pelagis) yang berukuran besar dan didominasi oleh ikan spesies target (tuna dan cakalang yaitu 42,6% dari hasil tangkapan yang diperoleh. Dengan demikian jarring insang ini dapat dikembangkan sebagai alat tangkap alternative pengganti di saat alat tangkap utama (huhate dan pancing lain) sulit memperoleh umpan