Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Lahan dan Tanaman Terpadu (PLTT) dan Hasil-hasil Penelitian/Pengkajian Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Lahan dan Tanaman Terpadu (PLTT) dan Hasil-hasil Penelitian/Pengkajian Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi by Author "B. Prayudi"
Now showing 1 - 3 of 3
Results Per Page
Sort Options
- ItemIdentifikasi Organisme Penganggu Tanaman Sayuran Dan Eksplorasi Agensia Pengendaliannya Di Lahan Gambut Dangkal(BPTP Jambi, 2005) B. Prayudi; M. Thamrin; S. Asikin; BPTP JambiAgribisnis sayuran perlu ditangani secara profesional. Dalam upaya peningkatan produksi sayuran, banyak masalah yang harus dihadapi, diantaranya adalah gangguan oleh organisme pengganggu tanman (OPT). Kehilangan hasil pada berbagai jenis sayuran yang diakibatkan oleh OPT berkiar antara 34-95%. Upaya petani dalam menanggulangi OPT tersebut umumnya masih mengandalkan pestisida karena memberikan hasil pengendalian yang cepat. Akan tetapi penggunaan pestisida dalam jangka waktu lama dan diaplikasikan secara tidak bijaksana akan berdampak negatif terhadap lingkungan. Oleh karena itu strategi pengendalian OPT sayuran adalah menerapkan strategi pengelolaan hama terpadu (PHT).
- ItemKendala Dan Teknologi Peningkatan Produktivitas Lahan Dan Tanaman Padi Di Lahan Bergambut Provinsi Jambi(BPTP Jambi, 2005) Jumakir; B. Prayudi; BPTP JambiProvinsi Jambi diperkirakan memiliki lahan rawa seluas 684.000 ha, berpotensi untuk pengembangan pertanian 246.481 ha terdiri dari lahan pasang surut 206.832 ha dan lahan non pasang surut atau rawa 40.521 ha. Lahan pasang surut merupakan lahan yang berpotensi untuk pengembangan lahan pertanian.
- ItemKlinik Teknologi Sebagai Wadah Konsultasi Dan Alih Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi(BPTP Jambi, 2005) Endrizal; Adri; Julistia Bobihoe; B. Prayudi; BPTP JambiBadan Penelitian dan Pengembangan telah banyak menghasilkan dan merekomendasikan paket teknologi pertanian spesifik lokasi, namun tingkat adopsi paket teknologi oleh petani masih rendah. Kurang atau tidak diadopsinya teknologi pertanian disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya karakteristik teknologi, keterbatasan SDM (penyuluh pertanian), permohonan, kualifikasi penerima teknologi itu sendiri dan proses diseminasi. Kenyataan dilapangan keberhasilan penerapan/adopsi teknologi pertanian spesifik lokasi masih rendah. Untuk itu inovasi dan alih teknologi pertanian harus terus dikembangkan untuk merespon kebutuhan petani yang terus meningkat baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Suatu konsep untuk mempercepat alih teknologi pertanian yang mobilitasnya diterapkan oleh petani (telah berhasil dikembangkan oleh BPTP Sulawesi Utara) yang kemudian dikenal dengan KLINIK TEKNOLOGI PERTANIAN (KLITAN). KLITAN adalah suatu wadah yang dapat menampung serta memberikan solusi secara bertahap dan cepat suatu masalah yang dihadapi oleh petani atau pengguna lainnya dalam pengelolaan sistem usahatani.