Prosiding Seminar dan Kongres Sumber Daya Genetik
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Prosiding Seminar dan Kongres Sumber Daya Genetik by Author "Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian"
Now showing 1 - 20 of 65
Results Per Page
Sort Options
- ItemAdaptasi beberapa galur padi gogo terhadap ketinggian tempat(BB Biogen, 2013-12) Musfal; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianKetinggian tempat sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil padi gogo. Ketinggian lebih dari 1000 m diatas permukaan laut dapat menyebabkan proses pembentukan gabah terganggu. Tanaman padi akan tumbuh baik pada ketinggian dibawah 700 m diatas permukaan laut. Pemanfaatan lahan baik pada dataran tinggi atau rendah untuk pengembangan padi gogo cukup terbuka luas untuk peningkatan hasil padi secara nasional. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus hingga Desember 2011 pada dataran rendah (66,5 MDPL) di Desa Pekan Sawah Kab. Langkat dan dataran tinggi (1125 MDPL) di Desa Raya Bayu Kab. Simalungun Provinsi Sumatera Utara. Perlakuan terdiri dari 8 galur harapan dan 2 varietas padi gogo sebagai pembanding. Pertumbuhan vegetatif cukup baik pada kedua lokasi penelitian. Sedangkan terhadap pertumbuhan generatif seperti jumlah anakan produktif dan hasil gabah sangat baik pada dataran rendah. Pada dataran tinggi dari sejumlah perlakuan yang diuji hanya 50% saja yang menghasilkan gabah, sisanya gabah yang dihasilkan dalam bentuk hampa. Pada dataran rendah Desa Pekan Sawah (66,5 MDPL) hasil terbanyak 4117 kg/ha diperoleh dari galur no.4. Sedangkan pada dataran tinggi Desa Raya Bayu (1125 MDPL) hasil tertinggi 329 kg/ha juga diperoleh dari galur yang sama.
- ItemAdaptasi beberapa varietas unggul padi sawah di Nanowa kecamatan teluk dalam, Nias Selatan(BB Biogen, 2013-12) Sebayang ...[at al], Lukas; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianNias Selatan merupakan kabupaten baru yang memiliki potensi pengembangan pertanian yang cukup tinggi, khususnya padi sawah. Sejauh ini, usahatani padi sawah di wilayah Nias Selatan masih menggunakan varietas lokal dengan produktivitas yang masih rendah yaitu sekitar 3,2 t/ha. Dengan kondisi demikian, daerah ini belum mampu memenuhi kebutuhan pangan sendiri dimana sampai saat ini sekitar 60% kebutuhan beras didatangkan dari daratan Sumatera. Oleh karena itu perlu dilakukan penyebarluasan inovasi teknologi yang dapat meningkatkan produktivitas padi sawah, termasuk introduksi varietas unggul baru yang mempunyai potensi hasil tinggi melalui uji adaptasi. Kegiatan ini bertujuan untuk melihat daya adaptasi beberapa varietas unggul padi sawah dan dilakukan di Desa Nanowa, Kecamatan Teluk Dalam, Kabupaten Nias Selatan. Varietas yang diuji adalah Ciherang, Sunggal, Kapuas, Cilosari dan Banyuasin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas Ciherang memberikan hasil 6,7 t/ha, Sunggal 6,1 t/ha, Kapuas 5,9 t/ha, Cilosari 5,8 t/ha dan Banyuasin 5,6 t/ha; dibandingkan varietas lokal Sabuso 3,2 t/ha
- ItemDaya Regenerasi Dua Genotipe Padi Hasil Kultur Antera(BB Biogen, 2013-12) Dalimunthe ...[at al], Sri Romaito; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianPerakitan varietas padi memerlukan waktu dan dana yang relatif besar. Pembentukan galur homozigot dapat dipercepat dengan teknik kultur anter yang dapat menghasilkan galur-galur murni dalam satu generasi. Kemampuan regenerasi setiap kultivar padi berbeda. Permasalahan dalam penerapan kultur anter pada padi adalah rendahnya regenerasi tanaman hijau, karena terjadinya regenerasi tanaman albino atau tidak terjadinya regenerasi tanaman. Percobaan bertujuan untuk mengetahui ukuran dan tipe kalus yang tepat untuk meningkatkan daya regenerasi kalus dalam menghasilkan tanaman hijau pada dua kombinasi persilangan padi yang berbeda. Percobaan dilakukan di laboratorium Kultur Jaringan BB Biogen Cimanggu Bogor, mulai bulan Oktober-Desember 2008. Genotipe yang digunakan adalah FM1 dan FM1R, dimana FM1R merupakan hasil persilangan resiprok dari FM1. Percobaan dilakukan menggunakan Rancangan Acak Lengkap. Perlakuan terdiri atas 4 tipe kalus berbeda, yaitu (P1) kalus berukuran 1 mm dan belum terdiferensiasi, (P2) kalus berukuran 2 mm dan belum terdiferensiasi, (P3) kalus berukuran 3 mm dan belum terdiferensiasi dan (P4) kalus berukuran 2 mm dan sudah berdiferensiasi. Masing-masing perlakuan ditanam 3 kalus. Setiap genotipe di tanam sebanyak 5 botol dan digunakan sebagai ulangan. Efisiensi pembentukan plantlet hijau tertinggi pada genotipe FM1 adalah pada perlakuan P4 (30,77%), yaitu ukuran kalus >2 mm dan sudah mulai terjadi diferensiasi saat di media induksi kalus. Efisiensi pembentukan plantlet tertinggi genotipe FM1R ditunjukkan oleh perlakuan P1, yaitu ukuran kalus 1 mm, yaitu sebesar 37,50%. Pertumbuhan plantlet terbaik pada genotipe FM1 ditunjukkan oleh P4, sedangkan pada genotipe FM1R adalah P1, dengan ukuran kalus yang lebih kecil. Pada percobaan ini, pembentukan plantlet albino lebih banyak daripada plantlet hijau. Secara visual, respon kalus terhadap media regenerasi adalah: pembesaran kalus, perubahan warna kalus menjadi hijau cerah, tumbuhnya tunas dan akar serta pertambahan tinggi tunas yang cepat.
- ItemDukungan sumber daya genetik varietas lokal ubi kayu terhadap ketahanan pangan di Sumatera Utara(BB Biogen, 2013-12) Jonharnas ...[at al]; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianLuas panen ubi kayu di Sumatera Utara sekitar 38.611 ha dengan produksi 1.007.284 ton atau produktivitas 26,1 t/h. Produktivitas ubi kayu di Sumatera Utara peringkat kedua tertinggi setelah Jawa Timur. Varietas lokal ubi kayu yang ada di Sumatera Utara adalah Ubi Lokal, Ubi Lampung, Ubi Roti, Ubi Ketan, Ubi Kuning, Ubi Pahit dan Ubi Maretha. Dari ketujuh varietas yang ada di Sumatera Utara, varietas lokal merupakan jenis yang terluas ditanam petani sekitar 70%. Produksi ubi kayu di Sumatera Utara tahun 2009 mencapai 1.007.284 ton produksi ini dukungannya terhadap ketahanan pangan di Sumatera Utara sangat besar dan bila dikalikan dengan harga ubi kayu Rp 800 per kilogram maka konstribusinya terhadap pendapatan petani di Sumatera Utara sebesar Rp 805.827.200.000. Dukungan ini masih bisa ditingkatkan dengan perbaikan cara budidaya yang tepat sesuai dengan spesifik lokasi dimana ubi kayu ditanam.
- ItemEfisiensi pemupukan fosfor dan varietas terhadap pertumbuhan dan serapan hara padi lokal(BB Biogen, 2013-12) Bustami ...[at al]; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianPemupukan merupakan salah satu kegiatan yang penting dalam budidaya untuk meningkatkan produktivitas tanaman. Pemberian pupuk kedalam tanah bertujuan untuk menambah atau mempertahankan kesuburan tanah, kesuburan tanah dinilai berdasarkan ketersediaan unsur hara di dalam tanah, baik hara makro maupun hara mikro secara berkecukupan dan berimbang. Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui pengaruh dosis pemupukan dan varietas terhadap pertumbuhan, serapan hara dan efisiensi pemupukan pada tanaman padi lokal. Pelaksanaan penelitian lapangan dilakukan di Desa Aneuk Glee Kecamatan Indrapuri Kabupaten Aceh Besar dan analisis serapan fosfor tanaman padi dilaksanakan di Laboratorium Balai Penelitian Tanah, Bogor. Rancangan percobaan yang digunakan adalah petak terpisah (split plot design) dengan tiga ulangan. Perlakuan terdiri atas dosis pemupukan fosfor (0 kg/ha, 50 kg/ha dan 100 kg/ha) sebagai petak utama dan varietas (50 varietas) sebagai anak petak. Pengamatan dilakukan terhadap tinggi tanaman, jumlah anakan, serapan hara dan efisiensi pemupukan. Hasil penelitian menunjukkan dosis pemupukan fosfor berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman umur, jumlah anakan umur 20, 23 dan 26 HST, berat berangkasan kering, serapan hara dan efisiensi pemupukan serta berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan umur 14 HST dan berat berangkasan basah. Varietas berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah anakan, berat berangkasan basah, dan berat berangkasan kering. Tidak terdapat interaksi yang nyata antara dosis pemupukan fosfor dan varietas terhadap terhadap semua peubah yang diamati.
- ItemEfisiensi pemupukan padi sawah (oryza sativa) menurut rekomendasi puts(BB Biogen, 2013-12) Musfal; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianPenelitian dilaksanakan di Desa Pasar Miring Kecamatan Pagar Marbau Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara pada bulan April hingga Agustus 2012. Untuk melihat tingkat efisiensi pupuk percobaan disusun menurut rancangan acak kelompok dalam lima taraf pemberian pupuk mulai dari 0%, 25%, 50%, 75%, dan 100% dari dosis rekomendasi dengan tiga ulangan. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa pertumbuhan tanaman dan hasil gabah meningkat sejalan dengan meningkatnya dosis pupuk. Sedangkan efisiensi tertinggi diberikan oleh pemberian pupuk Urea:SP-36:KCl masing-masing sebanyak 100:50:25 kg/ha atau setara dengan 50% dari dosis rekomendasi.
- ItemEksplorasi bakteri pseudomonads pendarfluor sebagai agensia pengendalian hayati penyakit layu fusarium(BB Biogen, 2013-12) Hasanuddin; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianEksplorasi bakteri pendarfluor sebagai agens hayati pengendalian penyakit tumbuhan telah dilakukan. Isolasi bakteri menggunakan medium S1 telah mendapatkan tujuh isolat bakteri pendarfluor. Bakteri terisolasi ini kemudian diuji kemampuan antagonisnya terhadap Fusarium sp. penyebab penyakit layu pada tada tanaman markisa asam di cawan petri. Hasilnya menunjukkan bahwa ke tujuh bakteri pendarfluor tersebut bersifat antagonis terhadap Fusarium sp. Dengan metode Microbact 12A + 12B, ketujuh bakteri teridentifikasi sebagai Pseudomonas fluoresecent dan P. aeruginosa. Hasil eksplorasi ini menunjukkan bahwa Indonesia masih merupakan wilayah yang kaya akan sumber daya genetik mikroba antagonis yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai agensia hayati pengendalian penyakit tumbuhan untuk pertanian berkelanjutan.
- ItemEksplorasi dan karakterisasi plasma nutfah padi di provinsi Banten(BB Biogen, 2013-12) Saryoko ...[at al], Andy; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianProvinsi Banten sebagai salah satu sentra produksi padi masih memiliki potensi plsama nutfah ditengah gencarnya penggunaan varietas unggul. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan karakterisasi plasma nutfah padi asal Provinsi Banten. Karakterisasi 51 aksesi hasil eksplorasi dilakukan di KP Singamerta BPTP Banten sejak Bulan Juli hingga November 2012. Data yang dikumpulkan meliputi karakter kuantitatif dan kualitatif dari karakter agronomi dan morfologi, berpedoman pada Panduan Sistem Karakterisasi dan Evaluasi Tanaman Padi. Hasil penelitian menunjukkan: 1) Aksesi yang berhasil dikoleksi berjumlah 51, yang berasal dari Kabupaten Lebak (22 aksesi), Pandeglang (22 aksesi) dan Serang (7 aksesi); 2) Hasil analisis gerombol menunjukkan adanya 5 kelompok, dengan tingkat kemiripan sebesar 81,66%. Kelompok I teridiri atas 15 aksesi, kelompok II terdiri atas 9 aksesi, kelompok III terdiri atas 16 aksesi, kelompok IV terdiri atas 10 aksesi dan kelompok V terdiri atas 1 aksesi, 3) Aksesi dari kelompok V (Ketan Bebek) memiliki kemiripan paling rendah yaitu sebesar 61,23% dengan aksesi dari kelompok 4. Aksesi dengan tingkat kemiripan tertinggi adalah Ketan Putridan Capung dengan tingkat kemiripan 97,13%.
- ItemEksplorasi dan karakteristik padi lokal kamba di Sulawesi Tengah(BB Biogen, 2013-12) Padang ...[at al], Irwan S.; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianKamba merupakan salah satu plasma nutfah padi yang dimiliki oleh Sulawesi Tengah. Padi ini memiliki aroma wangi dan pulen sehingga tetap dibudidayakan oleh masyarakat. Jenis tanaman ini telah lama diusahakan oleh petani di daerahdaerah yang terisolir yakni di daerah Lindu, Dataran Lore dan Bada’ Sulawesi Tengah dan menjadi bahan makanan pokok masyarakat setempat, namun produksinya masih rendah (<1,5 t/ha GKP). Hal ini disebabkan oleh cara budidaya yang dilakukan masih bersifat konvensional. Selain itu juga diduga keberadaan padi ini sudah langka sehingga diperlukan usaha eksplorasi dan kajian karateristik agar diperoleh informasi lokasi keberadaan varietas lokal ini dan karakteristik yang dimilikinya. Metode yang digunakan adalah survey dan wawancara. Survey dilakukan pada dua kabupaten, yaitu Kabupaten Sigi dan Poso. Hasil eksplorasi dn karakteristik yang diperoleh Hasil eksplorasi dan karakterisasi padi lokal Kamba menunjukkan bahwa padi jenis ini masih dibudidayakan di dua kabupaten, yaitu Kabupaten Sigi (Kecamatan Lindu) dan Kabupaten Poso (Kecamatan Lore Utara, Lore Barat, Lore Selatan dan Lore Tengah). Karena memiliki umur yang relatif panjang (5-6 bulan), menyebabkan padi lokal Kamba keberadaannya hamper punah. Padi lokal Kamba memiliki karakter morfologi yang spesifik, mulai dari daun, batang, malai hingga gabah dengan rasa nasi pulan dan wangi.
- ItemIdentifikasi dan Karakterisasi Sumber Daya Genetik di Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau(BB Biogen, 2013-12) Jamil ...[at al], Ali; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianProvinsi Riau memiliki agroekosistem yang cukup beragam, kondisi ini memungkinkan untuk berkembangnya sumber daya genetik yang jika dilestarikan dan dikelola dengan baik akan mendukung pembangunan pertanian. Terkait dengan hal tersebut di atas pemerintah daerah Kabupaten Rokan Hulu memandang perlu untuk mengidentifikasi dan mengkarakteristisasi kembali potensi sumber daya genetik yang ada di daerah ini. Adapun maksud dan tujuan penelitian ini adalah untuk mendukung pengembangan Unit Penelitian Terpadu Spesifik Lokasi di Kabupaten Rokan Hulu. Kegiatan dilakukan di 16 Kecamatan (seluruh kecamatan) di lingkup Kabupaten Rokan Hulu pada tanggal 23 hingga 26 Nopember 2009. Pelaksanaan identifikasi dan karakterisasi di lapangan dilakukan dengan menggunakan metode survey yang melibatkan petugas di lapangan (PPL) dan para penduduk kunci (orang tua maupun tokoh masyarakat) di setiap lokasi. Berdasar-kan kegiatan yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan : Berhasil diidentifikasi 35 jenis tanaman di Kabupaen Rokan Hulu dengan status masih ada, jarang dan genting (hampir punah), 23 jenis unggas, 4 mamalia dan 3 ruminansia kecil, dan 8 jenis ikan.
- ItemInventarisasi sapi kembar di kabupaten Langkat sebagai sumber daya genetik(BB Biogen, 2013-12) Khairiah; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianTulisan ini bertujuan untuk menginventarisasi sapi kembar sebagai sumber daya genetik, yang dilaksanakan pada bulan Januari 2011 di Kabupaten Langkat. Pengambilan sample dengan cara Purposive sampling dilakukan secara hierarkis dari Provinsi, Kabupaten, Kecamatan, Desa. Pengumpulan data sapi kembar kelahiran tahun 2009 dan 2010 dilakukan dengan menggunakan observasi dan wawancara mendalam. Data yang dikumpulkan diinterperstasikan sesuai dengan tujuan kajian. Analisis data dilakukan secara deskriptif. Hasil kajian menunjukkan bahwa sebaran sapi beranak kembar di Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara terdapat 37 sapi beranak kembar, dengan umur induk 3 sampai dengan 9,5 tahun. Bangsa induk Simental, Brahman, Limosin, dan Lokal dari hasil Inseminasi Buatan (81%).
- ItemKajian adaptasi varietas unggul baru padi sawah yang ditanam pada lahan sawah tadah hujan di Papua(BB Biogen, 2013-12) Djufry, Fadjry; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianKajian adaptasi varietas unggul baru padi sawah pada berbagai kondisi lingkungan dan waktu tanam merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengetahui potensi produksi padi. Beberapa varietas unggul baru padi memberikan hasil tinggi pada musim tanam hujan, sedangkan beberapa varietas yang lain mempunyai hasil yang tinggi bila di tanam pada musim kemarau. Penelitianini bertujuan untuk mengetahui tingkat adaptasi varietas unggul baru padi potensi hasil tinggi yang dapat ditanam pada musim kemarau di kabupaten Merauke. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juni sampai Oktober 2010 di desa Sumber Harapan, Kecamatan Tanah Miring, Kabupaten Merauke Provinsi Papua. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 3 ulangan. Sebelas varietas, yaitu Inpari 1, Inpari 2, Inpari 3, Inpari 4, Inpari 5 Merawu, Inpari 6 Jete, Inpari 7 Lanrang, Inpari 8, Inpari 9 Elo, Inpari 10 Laeya, dan varietas Ciherang sebagai pembanding. Peubah yang diamati meliputi tinggi tanaman maksimum, jumlah anakan produktif per rumpun, , panjang malai, persentase gabah isi (%), bobot 1.000 butir gabah (g), jumlah gabah per malai dan, produksi (t/ha). Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas Inpari 7, dan Inpari 9 sesuai untuk dikembangkan pada musim tanam II (musim kemarau) di Kabupaten Merauke yang merupakan daerah endemik Tungro. Adaptasi varietas Inpari 7 dan 9 yang telah dikaji memperlihatkan penampilan pertumbuhan dan hasil yang baik. Produksi rata-rata yang diperoleh dari kedua varietas tersebut yang ditanam pada musim kemarau berkisar antara 6,67-6,85 t/ha GKG. Kedua varietas ini tahan penyakit tungro sehingga direkomendasikan untuk dikembangkan di daerah Merauke.
- ItemKajian dampak sosio ekonomi pelestarian sumber daya genetik lokal di provinsi Riau(BB Biogen, 2013-12) Anggraini ...[at al], Rizqi Sari; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianSalah satu basis pertumbuhan ekonomi di Provinsi Riau adalah sektor pertanian, yang melibatkan mayoritas penduduk. Satu hal yang cukup disayangkan, Provinsi Riau sebagai pusat keragaman hayati dunia bergeser menjadi wilayah yang paling agresif pemusnahan Sumber Daya Genetiknya. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui dampak sosio ekonomi terkait usaha pelestarian Sumber Daya Genetik Lokal di Provinsi Riau. Metode yang digunakan adalah deskriptif dan study perpustakaan. Berdasarkan analisa yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan Kegiatan pelesatarian Sumber Daya Genetik di Provinsi Riau tidak lepas dari usaha pemerintah daerah untuk menyelenggarakan pembangunan yang berkelanjutan, berdaya saing dan mewujudkan lingkungan yang lestari. Walaupun belum memberikan hasil yang memadai bagi pengendalian dan penanggulangan kerusakan dan penurunan kualitas lingkungan, namun dapat dicatat telah dilakukan berbagai upaya menuju terwujudnya kualitas lingkungan yang lebih baik di Provinsi Riau. Beberapa upaya ke arah lingkungan yang lestari antara lain dilaksanakan melalui pengelolaan tata guna lahan dan tata guna air; pengendalian pencemaran terhadap badan perairan; peningkatan kesadaran dan peran serta masyarakat dan dunia usaha dalam menjaga kelestarian lingkungan; serta peningkatan kapasitas kelembagaan pengelolaan lingkungan hidup.
- ItemKajian Keragaman Plasma Nutfah Keladi (Xanthosoma Spp. & Colocasia Spp.) di Beberapa Kabupaten di Provinsi Maluku(BB Biogen, 2013-12) Alfons ...[at al], J.B.; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianCocoyams (Colocasia spp. dan Xanthosoma spp.) telah digunakan oleh masyarakat di Maluku sebagai sumber utama makanan pokok oleh berbagai generasi. Tanaman ini memiliki potensi yang besar untuk mendukung ketahanan pangan di pulaupulau. Namun, sampai saat ini informasi plasma nutfah talas yang terdokumentasi yang berasal dari daerah-daerah di Maluku sangat sedikit. Suatu studi lapangan telah dilakukan untuk mengumpulkan dan mengidentifikasi sejumlah plasma nutfah cocoyams di Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Maluku Tenggara, dan Maluku Tengah dari bulan September sampai dengan Oktober 2007. Survey ini mencatat bahwa di Maluku Tenggara Barat dijumpai 4 aksesi cocoyams. Di Maluku Tengah terdapat 6 aksesi cocoyams. Hasil karakterisasi awal menunjukkan bahwa aksesi cocoyams memiliki keragaman yang cukup besar dalam warna, bentuk dan ukuran umbi. Setelah itu, plasma nutfah talas tersebut disimpan di Kebun Percobaan Makariki, Maluku Tengah untuk karakterisasi, seleksi dan evaluasi lebih lanjut.
- ItemKajian pengendalian hama spodoptera exigua pada tanaman bawang merah dengan agensia hayati(BB Biogen, 2013-12) Winarto, Loso; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianKajian pengendalian hama spodoptera exigua pada tanaman bawang merah dengan agensia hayati di Kebun fisitor BPTP Sumatera Utara. Agensia hayati yang digunakan adalah: 1) Beauveria bassiana kerapatan konidia 108, 2). Metarrhizium anisopliae kerparatan konidia 108, 3).Ekstrak daun mimba 200 g/l air, 4).Ekstrak daun mindi 200 g/l air 5). Ekstrak daun tembakau 50 g/l air. 6). Kontrol (tanpa perlakuan) dan disusun pada rancangan acak kelompok (RAK).sertiap perlakuan di ulang 4 kali. Bawang merah yang di tanam varietas kuning yang di tanam pada bedengan berukuran 1,2 x 4 cm, jarak tanam 20 x 20 cmjarak antar perlakuan 50 cm, jarak antar ulangan 100 cm, tinggi bedengan 40 cm. Untuk pemeliharaan tanaman di berikan pupuk kadang 20 t/ha, pupuk 400 kg TSP/ha, 200 kg Urea/ha, 200 kg KCl/ha. Urea diberikan 2 kali pemebrian pertama 10 hst, yang kedua 25 hst. Parameter yang diamati 1).Presentase serangan Spodoptera exigua dan 2) Produksi. Hasil dari pengkajian ini adalah. Agensia hayati entomopatogen Jamur Beauvaria bassiana dan M. anisopliae efektif untuk mengendalikan hama spoptera exiguan pada bawang merah. Sedangkan agensia hayati yang berasal dari ekstrak Nabati yang efektif adalah Daun Mimba kemudian disusul oleh daun mindi. Produksi tertinggi terdapat pada perlakuan jamur Beauveria bassiana dan M. Anisopliae.
- ItemKambing gembrong: sumber daya genetik kambing di Indonesia dengan status endangereed (terancam punah)(BB Biogen, 2013-12) Pamungkas ...[at al], Fitra Aji; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianKambing Gembrong merupakan salah satu jenis kambing yang memiliki penampilan yang spesifik dan di Indonesia hanya terdapat di Bali terutama di Kabupaten Karangasem dengan status endangered (terancam punah). Dengan mempertimbangkan kekhasan karakteristik, performan produksi dan reproduksi serta keunggulan yang dimiliki oleh kambing Gembrong, maka sudah selayaknya kambing Gembrong ditetapkan secara resmi sebagai rumpun kambing Gembrong Indonesia. Penetapan rumpun kambing Gembrong Indonesia dapat dijadikan dasar dalam mengamankan aset kekayaan sumber daya genetik SDG ternak yang dimiliki Indonesia sekaligus untuk mengembangkan mutu genetiknya.
- ItemKambing kacang, salah satu sumber daya genetik kambing lokal (potensi dan cara peningkatan produksi)(BB Biogen, 2013-12) Elieser, Simon; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianKeanekaragaman sumberdaya genetik (plasma nutfah) kambing merupakan aset besar bagi negara Indonesia. Berbagai rumpun (bangsa) kambing lokal spesifik lokasi dapat ditemukan disetiap propinsi yang mempunyai keunggulan komparatif dibanding dengan ternak impor antara lain daya adaptasi yang baik terhadap lingkungan tropis dengan sifat reproduksi yang baik sebagai akibat seleksi alami. Saat ini kegunaan plasma nutfah sulit untuk dipahami apalagi bila dikaitkan dengan usaha pembibitan, karena pemanfaatan gen-gen produktif kambing impor (eksotik) akan lebih cepat dan efisien dalam meningkatkan produksi menghadapi persaingan bebas akibat globalisasi.Kambing Kacang merupakan salah satu sumberdaya genetik kambing lokal memiliki potensi yang cukup besar untuk dikembangkan. Explorasi potensi genetik kambing Kacang belum banyak terungkap sedangkan usaha pelestarian dan pemanfatan baru sebatas wacana. Saat ini erosi dan pencemaran plasma nutfah kambing Kacang terus terjadi dan semakin masif melalui persilangan dengan kambing impor (eksotik) yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas kambing Kacang yang dianggap kurang memiliki nilai ekonomis. Persilangan yang tidak terkendali akan dapat mengakibatkan punah dan hilangnya plasma nutfah kambing Kacang. Apabila terjadi maka plasma nutfah tak dapat dibentuk kembali padahalpotensi genetik unik yang dikandungnya belum diketahui. Ancaman akanplasma nutfah semakin bertambah dengan kemajuan bioteknologi sehingga hanya dengan transfer gen dari jaringan tubuh sudah dapat dijadikan sumber gen bagi perkembangan genetik kambing. Oleh karenanya keunggulan genetik plasma nutfah kambing nasional perlu dipertahankan.
- ItemKarakter morfologi dan potensi produksi padi lokal “sekonyer”asal kabupaten Kotawaringin Barat(BB Biogen, 2013-12) Susilawati; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianKalimantan Tengah merupakan salah satu provinsi yang memiliki wilayah cukup luas dan memiliki keanekaragaman hayati yang sangat banyak. Sekitar 15.000 jenis tumbuhan berbunga termasuk padi ditemukan di Kalimantan. Beberapa laporan menyebutkan terdapat jenis padi lokal yang ditemukan di Kalimantan Tengah, yang umumnya sangat disukai masyarakat yang sebagian besar suku Dayak dan Banjar, seperti Siam Unus, Siam Adil, Siam Kuning, Siam Lantik, Siam Mutiara, dll.Semua jenis tersebut sebagian besar sangat populer di wilayah tengah dari provinsi Kalimantan Tengan, yaitu di kabuptaen Kapuas, Pulang Pisau, dan Katingan. Terdapat jenis padilokal lain yang sangat popular di wilayah barat Kalimantan Tengah, yaitu padi lokal “Sekonyer” yang sangat disukai di kabupaten Kotawarigin Barat, Lamandau dan Sukamara.Untuk mengetahui keunggulan padi lokal “Sekonyer” dilakukanlah kegiatan yang berujuan untuk mengetahui karakter morfologi dan potensi produksi padi lokal “Sekonyer” yang ditanam di lahan pasang surut desa Kumai Seberang, Kabupaten Kotawaringin Barat. Secara umum hasil kajian menunjukkan bahwa karakter morfologi padi “Sekonyer” mirip dengan karakter padi unggul nasional, seper titinggi tanaman yang sedang, bentuk daun yang tegak, jumlah anakan sedang, warna batang hijau kecoklatan, dll. Selain itu terdapat keunggulan lain yaitu tahan terhadap genangan air pasang hingga1-2 hari, produksi sekitar 3,0-3,5 t/ha GKG dan lebih tinggi dibandingkan padi lokal lainnya.
- ItemKarakterisasi dan pengelompokkan padi lokal Pandeglang berdasarkan sifat morfologi(BB Biogen, 2012-12) Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianKeanekaragaman genetik tanaman sangat diperlukan dalam perakitan varietas tanaman. Padi lokal banyak memiliki karakter unggul yang diperlukan untuk memperbaiki varietas tanaman. Pengelompokan padi lokal perlu diketahui untuk mengetahui jarak kekerabatan antar varietasnya. Uji karakterisasi morfologi 18 padi lokal Pandeglang menggunakan analisis kluster skala 0,75 diperoleh 9 kelompok padi lokal yang memiliki sifat berbeda satu sama lainnya. Berdasarkan analisis jarak rata-rata hubungan kekerabatan, padi lokal yang memiliki tingkat ketidaksamaan tertinggi adalah padi lokal Ketan Nangka dengan Gebang disusul dengan Pendok dengan Lempuk. Sedangkan yang memiliki kemiripan tertinggi adalah Tambleg dengan Padi Paray.
- ItemKarakterisasi fenotipik sebagai langkah awal pemurnian padi lokal unggulan Karawang(BB Biogen, 2013-12) Ishaq ...[at al], Iskandar; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianBerbagai varietas padi unggul yang telah dihasilkan Badan Litbang Pertanian telah banyak ditanam dan berkembang di Kabupaten Karawang. Namun demikian, disinyalir terdapat beberapa varietas padi yang ditanam dan berkembang dengan penamaan varietas sesuai sebutan petani setempat. Varietas yang telah berkembang tersebut diduga memiliki kesamaan dengan varietas yang telah dirilis oleh Menteri Pertanian. Oleh karena itu dilakukan karakterisasi untuk mengetahui karakteristik agronomis masing-masing varietas tersebut. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi karakteristik fenotipik melalui pengamatan sifat agronomis terhadap 3 (tiga) varietas lokal unggulan Kabupaten Karawang (Denok, Bima dan Sogun). Dilaksanakan pada MT-2/MK-1 2011 di Desa Pagadungan, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Karawang. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak kelompok dengan 5 ulangan. Perlakuan terdiri atas 4 (empat) varietas yaitu Denok, Sogun, Bima, dan Inpari 13 sebagai pembanding. Hasil karakterisasi menunjukkan bahwa diantara tiga varietas lokal tersebut memiliki perbedaan pada karakter posisi daun bendera dan bentuk gabah, tetapi memiliki karakter komponen hasil (jumlah anakan produktif, panjang malai, jumlah gabah isi/malai, jumlah gabah hampa/malai, dan bobot 1000 butir) dan hasil yang tidak berbeda secara nyata. Varietas Denok, Bima dan Sogun berbeda secara nyata dengan varietas Inpari 13 (Pembanding) terutama pada karakter posisi daun bendera dan umur panen.