Pemantapan Model Pengembangan Kawasan Agribisnis Sayuran Sumatera (KASS)
Loading...
Date
2005-07
Journal Title
Journal ISSN
Volume Title
Publisher
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian
Abstract
Description
Globalisasi ekonomi yang ditandai dengan semakin terbukanya perdagangan dan investasi mendorong pasar komoditas hortikulturasayuran semakin terintegrasi baik antar daerah, antar pulau, dan antar negara. Baik dari aspek permintaan pasar maupun potensi produksi maka pengembangan agribisnis sayuran di Kawasan Agribisnis Sayuran/Hortikultura Sumatera (KASS/KAHS) strategis untuk mendapatkan prioritas pengembangannya. Sejalan dengan kondisi di atas, dalam tahun anggaran 2004 Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian melakukan penelitian ”Pemantapan Model Pengembangan Kawasan Agribisnis Sayuran Sumatera (KASS)”, yang dicetak dalam bentuk buku. Peta permintaan sayuran untuk kebutuhan domestik memberikan beberapa gambaran sebagai berikut: (1) Sebagian sayuran yang dihasilkan di daerah sentra produksi di Sumatera Utara dan Sumatera Barat sebagian besar (92-95%) untuk konsumsi rumah tangga, yang mereka akses lewat pasar-pasar tradisional, dan hanya sebagian kecil yang melalui pasar swalayan. Untuk Provinsi Riau yang merupakan sentra konsumsi banyak mendatangkan sayuran dari Sumatera Daratan sebagian ada yang diperdagangkan untuk domestik (60 - 70%) dan ekspor (30 - 40%). Untuk provinsi sentra produksi seperti Sumatera Utara dan Sumatera Barat peran konsumen institusi seperti hotel, restoran, rumah makan, serta rumah sakit ternyata relatif kecil (2 – 8%), sementara di daerah tujuan pasar Provinsi Riau peran konsumen institusi diperkirakan bisa mencapai 2 - 3 kali lipat (5 – 20%), karena banyaknya jumlah hotel, restoran, rumah makan, serta rumah sakit. Produksi sayuran Kawasan KASS/KAHS terkonsentrasi pada sayuran dataran tinggi di kawasan Bukit Barisan, seperti di Sumatera Utara terkonsentrasi di Karo, Deli Serdang, dan Simalungun, sedangkan Sumatera Barat terkonsentrasi di Kabupaten Solok, Tanah Datar, serta Agam. Sementara itu, Provinsi Riau hanya menghasilkan sayuran dataran rendah, khususnya sayuran berdaun lebar. Untuk total luas tanaman sayuran Kabupaten Karo, Rejang Lebong, Simalungun dan Deli Serdang berturut-turut menduduki peringkat 1 sampai 4. Meskipun Kabupaten Karo menduduki peringkat pertama, pertumbuhan luas tanaman sayuran di kabupaten ini hanya 3,3 persen/tahun, jauh di bawah pertumbuhan luas sayuran di Rejang Lebong (26,6%/th) dan Simalungun (52,35%/th). Besar kemungkinan posisi Kabupaten Karo sebagai daerah sentra produksi utama sayuran tergeser oleh Rejang Lebong dan Simalungun. Dari sisi efisiensi produksi nampaknya Sumatera Utara memiliki keunggulan baik terhadap Sumatera Barat maupun terhadap Riau. Namun Sumatera Barat secara sporadis masih memiliki potensi keunggulan untuk menghasilkan cabe merah, tomat, kubis lokal (Kubis Singgalang), serta kentang lokal (Batang Hitam). Sementara itu, Provinsi Riau memiliki keunggulan dalam menghasilkan cabe merah dan sayuran berdaun lebar, karena aksesnya yang lebih dekat dengan tujuan pasar ekspor Singapura dan Malaysia. Pemantapan Model Kelembagaan Forum KASS/KAHS dapat dilakukan sebagai Lembaga Fasilitasi, Mediasi, dan Sumber Rujukan. Di samping itu, model pengembangan agribisnis sayuran di Kawasan KASS/KAHS ke depan dapat dilakukan dengan pengintegrasian antara kelembagaan KASS/KAHS dengan Program Agropolitan dengan mendudukkan peran dan fungsi kelembagaan komunitas lokal-kelompok tani, kelembagaan ekonomi-pelaku agribisnis, dan kelembagaan pemerintah melalui sistem koordinasi yang harmonis melalui kelembagaan Forum KASS/KAHS. Dengan selesainya buku ini, kami menyampaikan terima kasih kepada jajaran Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Riau; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian di tiga provinsi contoh; Dinas Pertanian, Dinas Kesehatan, dan Dinas Pariwisata di kabupaten/ kota contoh; serta pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian ini secara khusus kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Elianor Sembiring yang telah mendampingi kami dalam pelaksanaan penelitian. Semoga buku ini bermanfaat bagi Pengambil Kebijakan, khususnya Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil dan Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura; para pelaku agribisnis, serta semua pihak yang berkepentingan.
Keywords
Research Subject Categories::E Economics, development, and rural sociology/Ekonomi, Pembangunan dan Sosiologi Pedesaan