PENGARUH ZAT PENGATUR TUMBUH GIBERELIN (GA3) TERHADAP AKLIMATISASI TANAMAN ANGGREK Dendrobium DI BALAI BESAR PELATIHAN PERTANIAN (BBPP) LEMBANG
No Thumbnail Available
Date
2025-09-30
Authors
Journal Title
Journal ISSN
Volume Title
Publisher
Abstract
Anggrek merupakan tanaman hias yang banyak digemari masyarakat karena keindahan dan keunikan bunganya. Salah satu jenis anggrek yang paling populer adalah anggrek Dendrobium karena ragam warna dan bentuk bunganya. Anggrek genus tersebut juga dinilai memiliki ketahanan yang baik dalam menghadapi kondisi lingkungan seperti panas dan dingin, selain itu daunnya yang tidak mudah rontok juga disukai oleh pembudidaya anggrek karena memudahkan dalam proses pengemasan bunga yang akan dikirim pada konsumen (Tikasari et al., 2023).
Description
Data dari Badan Pusat Statistik menyatakan bahwa produksi anggrek nasional mencapai 21.514.789 tangkai di tahun 2015 dan tahun 2019 turun menjadi 18.608.657 tangkai bunga segar. Pada tahun 2023, produksi anggrek menurun kembali, yaitu 2.522.933 tangkai (BPS, 2023). Penurunan produksi anggrek per tangkai diduga terjadi karena permintaan pasar tidak diimbangi dengan ketersediaan lahan panen, sehingga produksi terus mengalami penurunan. Budidaya anggrek sendiri menghadapi tantangan utama pada aspek perbanyakan tanaman. Umumnya, anggrek sulit diperbanyak secara generatif dikarenakan memiliki biji tanpa endosperm yang berukuran sangat kecil (Sumarta et al., 2021) dan waktu perkecambahan yang lama (Ardiyanti & Nuraini, 2024). Kemajuan teknologi dalam budidaya anggrek memungkinkan pengembangan secara lebih luas, yaitu melalui kultur jaringan. Teknologi tersebut turut mendorong munculnya berbagai varietas anggrek baru hasil persilangan yang dilakukan oleh para petani anggrek di Indonesia (Liferdi et al., 2020). Salah satu tahap penting dalam budidaya anggrek melalui kultur jaringan adalah aklimatisasi planlet dari botol, yaitu pemindahan bibit dari kondisi in vitro ke kondisi in vivo. Pada tahap aklimatisasi, tingkat keberhasilan hidup sangat ditentukan oleh kemampuan tanaman beradaptasi dengan lingkungan luar. Planlet hasil kultur in vitro umumnya memiliki akar yang lemah sehingga rentan dan tidak berfungsi optimal ketika dipindahkan ke kondisi in vivo. Keadaan ini dapat menghambat penyerapan serta distribusi air dan hara, yang pada akhirnya memperlambat perkembangan anggrek. Untuk mendukung proses pertumbuhan tersebut, diperlukan penambahan zat pengatur tumbuh (ZPT) yang berfungsi merangsang pertumbuhan tanaman (Nuzullah & Firgiyanto, 2021). Salah satu jenis zat pengatur tumbuh yang berperan penting dalam mendorong pertumbuhan tanaman adalah giberelin (GA₃). Penelitian Swandari & Faisal (2023) menunjukkan bahwa aplikasi GA₃ pada tahap aklimatisasi anggrek Dendrobium sylvanum memberikan hasil lebih baik dibandingkan ZPT lain, ditinjau dari parameter tinggi tanaman, lebar daun, dan jumlah akar. Hasil serupa juga dilaporkan oleh Thamrin & Hasanuddin (2021), yang menyatakan bahwa GA₃ berpengaruh nyata terhadap peningkatan tinggi tanaman, jumlah daun dan luas daun anggrek.