Pola Tindak Petani Lahan Kering Kabupaten Blora, Jawa Tengah Dalam Menerapkan Teknologi Usahatani Padi Sawah

dc.contributor.authorWasito
dc.contributor.authorHandoko, Dody D.
dc.contributor.authorAnanto, E. Eko
dc.date.accessioned2025-08-28T04:23:25Z
dc.date.available2025-08-28T04:23:25Z
dc.date.issued2010-11-18
dc.description15 p.; ills.; tab.
dc.description.abstractAbstract Farmers Perception in Adopting Lowland Rice Technologies in Dry Land Ecosystem in Blora District, Central Java Province. Surveys to evaluate and understand the adoption of lowland rice technologies by the farmers in the dry land ecosystem have been carried out in 16 villages of 4 sub-districts, in the District of Blora, during the year of 2007 and 2008. The surveys were started by observing, discussing, and interviewing directly to a total of 96 farmers as respondents. Results of this survey revealed that the wet land in Todanan and Tunjungan Villages were commonly cropped with rice two times per year (CI 200), while in Cepu and Kedungtuban Villages, some parts were commonly cropped with rice three times per year (CI 300) and the others were two times per year (CI 200). Among the rice production technologies have commonly been practiced were the new high yielding varieties and the complete land preparation. While the certified rice seeds, crop rotation, amounts of seeds of 25 kg/ha, young seedling of <25 days old, planting of 1-3 seedlings/hole, and the integrated pest management were still not commonly practiced by the farmers in those areas. Abstrak Isu kejenuhan produksi padi belum teratasi, dan harus menjadi tantangan bagi Badan Litbang Pertanian sebagai institusi penghasil teknologi usahatani padi di Indoesia. Untuk memahami pola tindak petani lahan kering dalam menerapkan inovasi usahatani padi sawah, kajian telah dilakukan di 16 desa dalam wilayah 4 kecamatan, di Kabupaten Blora pada tahun 2007 dan 2008. Kajian diawali dengan pengamatan, diskusi, dan wawancara langsung 96 petani responden. Hasil kajian menunjukkan bahwa, lahan sawah di Desa Tunjungan dan Todanan memiliki indeks pertanaman (IP) padi 200, sedangkan di Cepu dan Kedungtuban sebagian memiliki IP padi 300, dan sebagian yang lain memiliki IP padi 200. Dua teknologi produksi yang telah biasa dterapkan oleh petani adalah varietas unggul baru (VUB) dan pengolahan lahan maksimal. Sementara pergiliran vrietas, benih berlabel, jumlah benih 25 kg/ha, benih muda (umur <21 hari), tanam 1-3 bibit/lubang, dan pengendalian hama terpadu (PHT) merupakan teknologi produksi yang belum menjadi kebiasaan bertindak bagi petani.
dc.identifier.isbn978-979-540-054-7
dc.identifier.urihttps://repository.pertanian.go.id/handle/123456789/26010
dc.language.isoid
dc.publisherBalai Besar Penelitian Tanaman Padi
dc.titlePola Tindak Petani Lahan Kering Kabupaten Blora, Jawa Tengah Dalam Menerapkan Teknologi Usahatani Padi Sawah
dc.title.alternativeProsiding Seminar Nasional Hasil Penelitian Padi 2009. Buku 3
dc.typeArticle
Files
Original bundle
Now showing 1 - 1 of 1
Loading...
Thumbnail Image
Name:
25. Pola Tindak Petani Lahan Kering Kabupaten Blora, Jawa Tengah Dalam Menerapkan Teknologi Usahatani Padi Sawah - Wasito, Dody D. Handoko, E. Eko Ananto.pdf
Size:
693.65 KB
Format:
Adobe Portable Document Format
Description:
License bundle
Now showing 1 - 1 of 1
Loading...
Thumbnail Image
Name:
license.txt
Size:
1.77 KB
Format:
Item-specific license agreed upon to submission
Description: