Penyelamatan Embrio Hasil Persilangan Kacang Hijau dengan Kerabat Liarnya
dc.contributor.author | Hutami ...[at al], Sri | |
dc.contributor.other | Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian | en_US |
dc.date.accessioned | 2021-03-26T01:33:07Z | |
dc.date.available | 2021-03-26T01:33:07Z | |
dc.date.issued | 2003-12 | |
dc.description.abstract | Kacang hijau (Vigna radiata L. Wilczek) mempunyai prospek yang baik untuk di-kembangkan antara lain di lahan kering. Dari berbagai penyakit yang banyak menyerang pertanaman kacang hijau terdapat tujuh jenis penyakit penting antara lain penyakit kudis yang disebabkan oleh cendawan Elsinoe iwatae. Sampai saat ini, belum ada varietas unggul kacang hijau tahan penyakit kudis. Sifat tahan terhadap penyakit kudis terdapat pada kerabat liarnya, kacang hitam (Vigna mungo (L) Hepper). Namun demikian, persilangan antara keduanya ter-dapat inkompatibilitas. Persilangan antara V. radiata dan V. mungo menghasil-kan biji yang morfologinya tidak normal, persentase perkecambahan biji yang rendah serta F1 yang diperoleh selalu steril. Untuk meningkatkan keberhasilan perkecambahan dan fertilitas tanaman F1 maka dilakukan penyelamatan em-brio pada tingkatan umur yang lebih dini, serta penggandaan kromosom pada biakan F1. Kultur in vitro telah banyak dimanfaatkan untuk menyelamatkan em-brio atau biji hasil persilangan seksual dengan cara mengkulturkannya pada medium tumbuh. Pada penelitian ini empat varietas kacang hijau ditanam di ru-mah kaca, yaitu varietas Walet sebagai Vigna radiata, sedangkan Vigna mungo ada tiga jenis, yaitu VR-34, VR-35, dan No. 19/1. Perlakuan yang diuji ada tiga, yaitu (1) tetua betina kacang hitam, (2) umur biji muda setelah persilangan, dan (3) formulasi medium. Setelah tanaman berbunga dilakukan persilangan antara V. radiata dan V. mungo maupun resiprokalnya. Dari polong yang terbentuk se-telah umur 1, 2, dan 3 minggu setelah persilangan embrionya dikulturkan secara in vitro pada beberapa medium, yaitu (1) MS + kinetin 0,2 mg/l + IAA 1 mg/l + kasein hidrolisat 0,5 g/l; (2) Knudson; (3) Knudson C; (4) Knudson + BA 1 mg/l; (5) Knudson C + BA 1 mg/l. Parameter yang diamati, yaitu persentase keber-hasilan persilangan embrio/biji muda yang berkecambah, jumlah tunas dan pe-nampakan biakan secara visual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persen-tase keberhasilan tertinggi didapatkan pada persilangan antara kacang hijau varietas Walet dengan kacang hitam No. 19/1. Keberhasilan perkecambahan embrio hasil persilangan dengan kacang hijau sebagai tetua betina akan me-ningkat dengan meningkatnya umur embrio. Embrio dapat berkecambah pada seluruh medium dasar yang digunakan dan akan meningkat apabila ditambah-kan BA 1 mg/l. Sampai akhir pengamatan embrio hasil persilangan dengan tetua betina kacang hitam belum dapat berkecambah. | en_US |
dc.identifier.isbn | 979-3919-00-0 | |
dc.identifier.uri | https://repository.pertanian.go.id/handle/123456789/12268 | |
dc.language.iso | id | en_US |
dc.publisher | Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian | en_US |
dc.subject | Kacang hijau, pemyelamatan embrio, persilangan | en_US |
dc.title | Penyelamatan Embrio Hasil Persilangan Kacang Hijau dengan Kerabat Liarnya | en_US |
dc.type | Article | en_US |