Kualitas Sumber Daya Air di Pantai Utara Wilayah Pengairan Jatiluhur

dc.contributor.authorAchmad M. Fagi
dc.date.accessioned2025-09-03T08:11:33Z
dc.date.available2025-09-03T08:11:33Z
dc.date.issued2006
dc.descriptionbuletin Iptek Tanaman Pangan dituntut untuk terbit secara teratur dan sinambung karena merupakan prasyarat penting dalam pengajuan akreditasi
dc.description.abstractIntensifikasi padi sawah mendorong pemakaian pupuk buatan dan insektisida yang dikhawatirkan mencemari air limbah sawah di sungai-sungai dan tambaktambak. Contoh air limbah dari sembilan desa di Kabupaten Karawang dan tiga desa di Kabupaten Bekasi yang potensial bagi budi daya udang windu dianalisis selama Mei-Oktober 1985. Contoh-contoh air tersebut diambil dari laut, muara sungai, saluran air, sungai, dan/atau tambak. Semuanya menunjukkan konsentrasi residu insektisida pada tingkat yang aman. Suhu air, pH, kandungan oksigen, salinitas, NO2 , NO3 , dan NO4 cukup baik untuk pertambakan udang windu. Mulai tahun 1987, pemakaian 57 jenis insektisida untuk padi sawah dilarang, kemudian diikuti oleh pencabutan subsidi insektisida. Pelarangan itu pasti membuat konsentrasi residu insektisida di air sawah saat ini jauh lebih rendah daripada saat analisis pada tahun 1985. Jika konsentrasi residu insektisida akan dipantau terus disarankan agar contoh air dimasukkan ke dalam botol gelas dan disimpan dalam ice box sebelum dan pada saat dibawa ke laboratorium untuk analisis. I ntensifikasi padi sawah telah berhasil meningkatkan produksi padi nasional sampai tingkat swasembada beras. Akan tetapi penerapan teknologi intensif itu telah mendorong kenaikan konsumsi pupuk buatan dan insektisida. Dikhawatirkan, penggunaan insektisida secara berlebihan, selain akan membunuh musuh alami hama dan menyebabkan kekebalan hama, juga akan mencemari air limbah sawah.Air limbah sawah yang tercemar itu akan tercampur di sungai-sungai, tertuang di saluran pembuangan dan ada pula yang tertampung di sumur-sumur dan kolam-kolam ikan air tawar. Kekhawatiran komunitas internasional terhadap penggunaan insektisida secara berlebihan diujudkan dengan dicanangkannya konsep pengendalian hama terpadu (PHT) pada tahun 1976. Di Indonesia konsep PHT mulai diperkenalkan pada tahun 1979 (Fagi et al. 2000). Bersamaan dengan penelitian-penelitian tentang komponen PHT, International Rice Research Institute (IRRI) pada tahun 1970-an dan 1980-an menginisiasi jaringan penelitian kerja sama internasional berjudul INFER
dc.identifier.issn1907-4263
dc.identifier.urihttps://repository.pertanian.go.id/handle/123456789/26039
dc.language.isoid
dc.publisherPusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan
dc.relation.ispartofseriesVolume 1; No 2
dc.titleKualitas Sumber Daya Air di Pantai Utara Wilayah Pengairan Jatiluhur
dc.typeArticle
Files
Original bundle
Now showing 1 - 1 of 1
Loading...
Thumbnail Image
Name:
02-AMFagi.pdf
Size:
240.38 KB
Format:
Adobe Portable Document Format
Description:
License bundle
Now showing 1 - 1 of 1
Loading...
Thumbnail Image
Name:
license.txt
Size:
1.77 KB
Format:
Item-specific license agreed upon to submission
Description:
Collections