MEWASPADAI SERANGAN PENYAKIT PADA TANAMAN PISANG DI PRIMA TANI LAHAN PASANG SURUT DESA PETAK BATUMI (DADAHUP A2), KECAMATAN KAPUAS MURUNG, KABUPATEN KAPUAS

Loading...
Thumbnail Image
Date
2007
Journal Title
Journal ISSN
Volume Title
Publisher
Balai Pengujian Standar Instrumen Pertanian Lahan Rawa
Abstract
Pertanaman pisang di desa Prima Tani Iahan rawa pasang surut Petak Batuah umumnya ditanam pada galangan atau pematang sawah. Varietas pisang yang banyak ditanam adalah varietas Kepok, pisang Muli dan Ambon. Sebagian besar pertanian adalah daerah pengembangan pisang baru yang merupakan daerah program pengembangan pisang oleh pemerintah setempat. Budidaya tanaman pisang yang baik dan sehat hampir tidak pernah dilakukan oleh petani, mulai dari cara penanaman, mengatur jarak tanam, pemeliharaan, dan pengelolaan tandan buah pisang, sehingga kualitas buah dan jumlah produksi yang dihasilkan tidak optimal. Kontribusi pisang terhadap perekonomian masyarakat setempat menempati urutan kedua setelah padi. Rata-rata hasil penjualan pisang dapat menambah pendapatan petani RP. 200.000/bulan, bahkan ada beberapa petani yang memperoleh keuntungan hingga RP. 400.000/bulan. Umumnya hasil produksi pisang ini dijual kepada pedagang pengumpul. Akan tetapi saat ini pendapatan petani dari hasil pisang menurun dengan drastis karena adanya serangan penyakit layu. Penyakit ini umumnya menyerang pisang varietas kepok. Gejala penyakit layu yang dijumpai adalah pengeringan jantung pisang, daging buah berwarna coklat sampai coklat kehitaman, pencoklatan pada daging buah disebabkan karena adanya proses pembusukan. Gejala penguningan daun dijumpai setelah jantung pisang bahkan buah pisang mengering. Pada tangkai tandan pisang dijumpai garis berwarna coklat muda sampai coklat tua, garis coklat ini juga dijumpai pada batang semu dan empulur pisang. Dilihat dari gejala yang terdapat pada pisang yang terserang penyakit dapat disimpulkan bahwa pisang tersebut terserang penyakit layu bakteri (penyakit darah) yang disebabkan oleh bakteri Ralstonia solanacearum. Penularan penyakit dapat terjadi melalui bibit, tanah, air irigasi, alat-alat pertanian dan serangga serta dapat bertahan paling singkat I tahun dalam tanah tanpa kehilangan virulensinya. Upaya pengendalian yang dapat dilakukan adalah: penggunaan bibit bebas penyakit, budidaya tanaman sehat, pemanfaatan agen pengendali hayati, pembungkusan tandan buah dan pernotongan bunga jantan, pengendalian serangga vektor, eradikasi, menghindarkan pemindahan bahan-bahan tanaman terinfeksi dari daerah endemis ke daerah non endemis, pengembangan sistem pola tanam pisang multi varietas, dan melakukan sosialisasi pengendalian ke semua pihak yang terlibat dalam pengembangan komoditas pisang.
Description
Keywords
Citation