Browsing by Author "Susilawati"
Now showing 1 - 17 of 17
Results Per Page
Sort Options
- ItemAdaptasi dan Preferensi Petani Terhadap Varietas Unggul Baru Spesifik Lokasi(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)/BBSIP Padi, 2015-08-06) Susilawati; SuparmanLebih dari 20 varietas unggul baru yang dihasilkan Balitbangtan telah diadaptasikan dan didisplay di berbagai agroekosistem di Kalimatan Tengah, baik lahan pasang surut, tadah hujan maupun lahan kering. Masing-masing varietas yang diadaptasikan memiliki keunggulan yang berbeda-beda, seperti varietas Inpara yang diketahui memiliki kemampuan terhadap kondisi lahan masam, genangan, dll. Demikian juga dengan varietas Inpari yang memiliki tekstur dan bentuk gabah yang disukai di Kalimantan Tengah. Tulisan ini merupakan review dari pelaksanaan kegiatan pendampingan SLPTT, GPPTT dan UPBS yang dilaksanakan di Kalimantan Tengah, dari tahun 2011-2015. Tujuan kegiatan untuk mengetahui adaptasi dan preferensi masyarakat terhadap varietas-varietas unggul baru yang diadaptasikan dan didisplay di beberapa agroekosistem Kalimantan Tengah. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa terdapat sembilan varietas unggul baru yang hingga saat ini beradaptasi dengan baik dan sangat disukai petani di beberapa wilayah di Kalimantan Tengan, yaitu varietas Inpara 2, 3, 4, Inpari 9, 10, 14, 20, 23 dan Inpari 30. Pilihan ini tidak hanya sekedar kemampuan masingmasing varietas beradaptasi baik secara spesifik lokasi, tetapi juga berproduksi tinggi dan adaptif serta disukai dan diusahakan untuk memenuhi konsumsi. Selain itu mampu menumbuhkan sistem perbenihan yang dinaungi oleh Unit Pengelola Benih Sumber.
- ItemBeberapa Hama Penyakit Tanaman Kedelai dan Jagung(BPTP Kalteng, 2000-02-13) Surnardi; Susilawati; Rukayah; BPTP KaltengSalah satu kendala didalam meningkatkan produksi kedele dan jagung adalah adanya gangguan hama dan penyakit yang dapat menimbulkan kerusakan tanaman, menurunkan hasil bahkan gagal panen apabila tidak ada tindakan pengendalian. Sehingga organisme pengganggu tanaman (OPT) atau yang dikenal dengan hama dan penyakit tidak boleh dianggap sepele.
- ItemBuku Teknis Budidaya Kedelai di Kalimantan Tengah(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Tengah, 2020-03) Susilawati; Liana, Ywenty; Tunisa, Hijrah; Purwandari, Sintha Eliestya; Tridamayanti, Hia Cinta
- ItemEvaluasi Penerapan Inovasi Cara Tanam Jarwo Pada Pengembangan Kawasan Nasional Padi di Lahan Pasang Surut Kalteng(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2015-08-06) Susilawati; Balai Besar Penelitian Tanaman PadiKawasan nasional tanaman pangan (padi) Kalimantan Tengah, di kabupaten Pulang Pisau, dengan agroekosistem utama lahan pasang surut. Sebanyak 2.500 ha diantaranya merupakan program Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu (GP-PTT) padi yang mendapat bantuan biaya dari pemerintah. Penggunaan benih bersertifikasi, pemupukan, dan cara tanam jajar legowo (Jarwo) merupakan komponen utama PTT yang diharuskan pada program GP-PTT padi. Cara tanam Jarwo diakui dapat meningkatkan produksi hingga 20%, namun cara tanam eksisting di lokasi kegiatan (Pulang Pisau) adalah tabur benih langsung (hambur/brodcast) dengan kebutuhan benih sekitar 75 kg/ha. Inovasi yang dilakukan dalam pendampingan GP-PTT padi adalah aplikasi cara tanam Jarwo dengan tiga cara dan menggunakan varietas Inpari 9, yaitu : (a) penggunaan Jarwo Rice Transplanter, (b) cara tanam pindah jarwo 2:1 dan 4:1, dan (c) penggunaan alat tanam benih jarwo Trans Seeder (karya petani). Tulisan ini review dari hasil beberapa kegiatan BPTP Kalimantan Tengah termasuk pendampingan kawasan tanaman pangan, dengan tujuan mengetahui respon dan perubahan sikap petani serta tingkat produktivitas dan keuntungan cara tanam jajar legowo, dengan berbagai inovasi. Hasil evaluasi sekitar 4.4% dari petani tertarik mengaplikasikan cara tanam Jarwo 2:1 secara manual. Sebanyak 6.7% petani memilih cara tanam Jarwo dengan Rice Transplanter apabila alat tersedia. Sebanyak 88.9% petani tertarik dan akan merubah cara tanam hambur menjadi menggunakan alat tanam benih Jarwo Trans Seeder (atabela jarwo/karya petani). Cara tanam atabela jarwo (Trans Seeder) diminati karena dapat mengatasi tenaga kerja yang terbatas dan menekan kebutuhan benih dari sekitar 75 kg/ha menjadi 35-40 kg/ha. Tingkat produktivitas yang dihasilkan padi varietas Inpari 9 sekitar 4,7-5,1 t/ha atau lebih tinggi dibandingkan kebiasaan petani, dan terjadi kenaikan sekitar 13-23%
- ItemHAMA PADA BUAH MAKADAMIA (Macadamia integrifolia)(2018-12) Susilawati; Indriati, GustiMakadamia (Macadamia integrifolia) merupakan tanaman industri yang dalam buahnya terdapat kacang yang terbungkus dalam tempurung. Kacang makadamia memiliki nilai ekonomi dan nilai ekologi yang tinggi. Gangguan hama yang menyerang tanaman ini umumnya berasal dari ordo Coleoptera, Hemiptera, dan Lepidoptera. Beberapa jenis diantaranya adalah Hypothenemus obscurus Fabricius (Coleoptera: Scolytidae), Nezara viridula (L.) (Hemiptera: Pentatomidae), Cryptophlebia ombrodelta (Lepidoptera: Tortricidae), Cryptophlebia illepida (Lepidoptera: Tortricidae), Cryptophlebia batrachopa, ngengat codling palsu (Cryptophlebia leucotreta), ngengat litchi (Cryptophlebia peltastica), ngengat carob (Spectrobates ceratoniae). Amblypelta lutescens lutescens (Hemiptera: Coreidae), Bathycoelia natalicola (Distant), Riococcus ironsidei (Williams) (Hemiptera: Eriococcidae), Pseudotheraptus wayi Brown dan nut stemborer (Paranepsia amydra).
- ItemIMPLEMENTASI INOVASI TEKNOLOGI BUDIDAYA SAPI POTONG DALAM MENDUKUNG MODEL PERTANIAN BIOINDUSTRI PADI DAN PENGEMBANGAN KAWASAN TANAMAN PANGAN Di Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah(BPTP Kalteng, 2017-09-11) adrial; Hariato, Bambang; Susilawati; BPTP KaltengPermasalahan pakan merupakan kendala utama dalam pengembangan sapi potong. Salah satu strategi yang bisa diterapkan untuk mengatasi hal ini adalah mendekatkan sapi potong dengan sumber pakannya.. Sumber pakan ini bisa berada di daerah pengembangan pertanian seperti kawasan perkebunan atau kawasan pertanian tanaman pangan, dengan cara ini ternak sapi bisa terpenuhi kebutuhan pakannya dan tanaman bisa mendapatkan pupuk dari limbah ternak.
- ItemInventarisasi Sumberdaya Genetik Padi Lokal Spesifik Kalimantan Tengah(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2015-10) Susilawati; Mokhtar, Saleh; Elistya, Sintha; Agustini, Sri; Suparman; Balai Besar Penelitian Tanaman PadiKalimantan Tengah adalah salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki sumberdaya genetik (SDG) padi yang sangat banyak dan bermanfaat bagi kehidupan. SDG padi dapat dimanfaatkan secara langsung atau tidak langsung untuk mendukung ketahanan pangan secara berkelanjutan, baik terhadap upaya memurnikannya, mendaftarkannya maupun memanfaatkan sebagai sumber tetua dalam program pemulian. Tujuan kegiatan adalah melakukan inventarisasi dan menyusun database sumberdaya genetik padi lokal spesifi k Kalimantan Tengah. Kegiatan dilaksanakan di tujuh kabupaten/kota, dengan agroekosistem lahan rawa, baik pasang surut, lebak, maupun gambut dan lahan kering, dari Januari-Desember 2013. Metode kegiatan adalah survey ke semua kab/kota. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive sampling), dengan memilih 3 kecamatan di setiap kabupaten/kota, dan dalam setiap kecamatan dipilih 3 desa yang penduduknya masih menanam padi lokal yang beragam. Data yang dikumpulkan berupa data paspor dan data pendukung lainnya. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa tingkat keragaman SDG padi lokal di setiap kabupaten/kota di Kalimantan Tengah cukup tinggi. Ditemukan lebih dari lima jenis padi lokal yang ditanam petani di setiap kabupaten/kota. Terdapat sebanyak 43 jenis padi lokal yang terdapat di Kalimantan Tengah, baik yang ditanam di lahan rawa seperti pasang surut, lebak dan gambut maupun di lahan kering.
- ItemKarakter morfologi dan potensi produksi padi lokal “sekonyer”asal kabupaten Kotawaringin Barat(BB Biogen, 2013-12) Susilawati; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianKalimantan Tengah merupakan salah satu provinsi yang memiliki wilayah cukup luas dan memiliki keanekaragaman hayati yang sangat banyak. Sekitar 15.000 jenis tumbuhan berbunga termasuk padi ditemukan di Kalimantan. Beberapa laporan menyebutkan terdapat jenis padi lokal yang ditemukan di Kalimantan Tengah, yang umumnya sangat disukai masyarakat yang sebagian besar suku Dayak dan Banjar, seperti Siam Unus, Siam Adil, Siam Kuning, Siam Lantik, Siam Mutiara, dll.Semua jenis tersebut sebagian besar sangat populer di wilayah tengah dari provinsi Kalimantan Tengan, yaitu di kabuptaen Kapuas, Pulang Pisau, dan Katingan. Terdapat jenis padilokal lain yang sangat popular di wilayah barat Kalimantan Tengah, yaitu padi lokal “Sekonyer” yang sangat disukai di kabupaten Kotawarigin Barat, Lamandau dan Sukamara.Untuk mengetahui keunggulan padi lokal “Sekonyer” dilakukanlah kegiatan yang berujuan untuk mengetahui karakter morfologi dan potensi produksi padi lokal “Sekonyer” yang ditanam di lahan pasang surut desa Kumai Seberang, Kabupaten Kotawaringin Barat. Secara umum hasil kajian menunjukkan bahwa karakter morfologi padi “Sekonyer” mirip dengan karakter padi unggul nasional, seper titinggi tanaman yang sedang, bentuk daun yang tegak, jumlah anakan sedang, warna batang hijau kecoklatan, dll. Selain itu terdapat keunggulan lain yaitu tahan terhadap genangan air pasang hingga1-2 hari, produksi sekitar 3,0-3,5 t/ha GKG dan lebih tinggi dibandingkan padi lokal lainnya.
- ItemKarakterisasi sumber daya genetik sayuran lokal Kalimantan Tengah(IAARD Press, 2015-06) Susilawati; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianKalimantan Tengah memiliki sumber daya genetik (SDG) sayuran yang unik dan berisiko terancam punah kalau tidak segera dikelola. Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan karakterisasi morfologi tiga jenis SDG sayuran unik spesifik Kalimantan Tengah. Kegiatan dilaksanakan di laboratorium dan rumah kaca BPTP Kalimantan Tengah, dari Januari-April 2014. Metode kegiatan adalah survey dan eksplorasi untuk mendapatkan jenis-jenis sayuran spesifik Kalimantan Tengah, serta melakukan karakterisasi untuk mengetahui karakter morfologi SDG sayuran. Hasil survei dan eksplorasi terdapat lebih dari 15 jenis sayuran lokal yang tersebar di delapan kabupaten/kota di Kalimantan Tengah. Tiga diantaranya memiliki keunikan, seperti ukuran yang sangat kecil dan berbeda dengan jenis yang sudah diketahui, ditemukan secara liar dengan bentuk dan warna yang menarik, dan diyakini sebagai obat dan memiliki manfaat lainnya. Jenis SDG sayuran “Unik” tersebut adalah Kanjat (Gymnopetalum cochinchinense Lour), Pare Awei (Momordica muricata Willd), dan Parawit (Capsicum annuum L. var. frutescens (L.) Kuntze).
- ItemMEWASPADAI SERANGAN PENYAKIT PADA TANAMAN PISANG DI PRIMA TANI LAHAN PASANG SURUT DESA PETAK BATUMI (DADAHUP A2), KECAMATAN KAPUAS MURUNG, KABUPATEN KAPUAS(Balai Pengujian Standar Instrumen Pertanian Lahan Rawa, 2007) Dedy Irwandi; Susilawati; ElizaPertanaman pisang di desa Prima Tani Iahan rawa pasang surut Petak Batuah umumnya ditanam pada galangan atau pematang sawah. Varietas pisang yang banyak ditanam adalah varietas Kepok, pisang Muli dan Ambon. Sebagian besar pertanian adalah daerah pengembangan pisang baru yang merupakan daerah program pengembangan pisang oleh pemerintah setempat. Budidaya tanaman pisang yang baik dan sehat hampir tidak pernah dilakukan oleh petani, mulai dari cara penanaman, mengatur jarak tanam, pemeliharaan, dan pengelolaan tandan buah pisang, sehingga kualitas buah dan jumlah produksi yang dihasilkan tidak optimal. Kontribusi pisang terhadap perekonomian masyarakat setempat menempati urutan kedua setelah padi. Rata-rata hasil penjualan pisang dapat menambah pendapatan petani RP. 200.000/bulan, bahkan ada beberapa petani yang memperoleh keuntungan hingga RP. 400.000/bulan. Umumnya hasil produksi pisang ini dijual kepada pedagang pengumpul. Akan tetapi saat ini pendapatan petani dari hasil pisang menurun dengan drastis karena adanya serangan penyakit layu. Penyakit ini umumnya menyerang pisang varietas kepok. Gejala penyakit layu yang dijumpai adalah pengeringan jantung pisang, daging buah berwarna coklat sampai coklat kehitaman, pencoklatan pada daging buah disebabkan karena adanya proses pembusukan. Gejala penguningan daun dijumpai setelah jantung pisang bahkan buah pisang mengering. Pada tangkai tandan pisang dijumpai garis berwarna coklat muda sampai coklat tua, garis coklat ini juga dijumpai pada batang semu dan empulur pisang. Dilihat dari gejala yang terdapat pada pisang yang terserang penyakit dapat disimpulkan bahwa pisang tersebut terserang penyakit layu bakteri (penyakit darah) yang disebabkan oleh bakteri Ralstonia solanacearum. Penularan penyakit dapat terjadi melalui bibit, tanah, air irigasi, alat-alat pertanian dan serangga serta dapat bertahan paling singkat I tahun dalam tanah tanpa kehilangan virulensinya. Upaya pengendalian yang dapat dilakukan adalah: penggunaan bibit bebas penyakit, budidaya tanaman sehat, pemanfaatan agen pengendali hayati, pembungkusan tandan buah dan pernotongan bunga jantan, pengendalian serangga vektor, eradikasi, menghindarkan pemindahan bahan-bahan tanaman terinfeksi dari daerah endemis ke daerah non endemis, pengembangan sistem pola tanam pisang multi varietas, dan melakukan sosialisasi pengendalian ke semua pihak yang terlibat dalam pengembangan komoditas pisang.
- ItemPanduan Teknologi Budidaya Padi Salibu(Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2015) Abdulrachman, Sarian; Suhartatik, Endang; Erdiman; Susilawati; Zaini, Zulkifli; Jamil, Ali; Mejaya, Made J.; Sasmita, Priatna; Abdullah, Buang; Suwarno; Baliadi, Yuliantoro; Dhalimi, Azmi; Sujinah; Suharna; Ningrum, Elis SeptiaKebutuhan beras akan tenjs meningkat seiring dengan laju pertumbuhan penduduk. Berdasarkan realisasi produksi padi dalam 5 tahun terakhir, terindikasi bahwa laju pertumbuhan produksi padi makin menurun dan biaya produksi per satuan kias lahan makin meningkat. Oleh karena itu pencapaian target produksi padi ke depan akan semakin sulit. Untuk mengatasi permasalahan ini Pemerintah mencanangkan peningkatan produksi padi nasional sebesar 1,5% per tahun. Dalam konteks ini diperlukan berbagai terobosan peningkatan produksi padi. Mengingat f니ngsi dan peran penting padi tersebut, Pemerintah berupaya untuk mewujudkan peningkatan produksi padi pada tahun 2015 melalui Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu (GP-PTT) dan Upaya Khusus (Upsus) lainnya. Sehubungan dengan hal tersebut, pelaksana program di lapangan memerlukan panduan untuk berbagai teknologi budidaya padi yang sudah dikembangkan di Indonesia.
- ItemPengkajian Sistim Usahatani Terpadu Padi-Kedelai / Sayuran-Ternak Di Lahan Pasang Surut(BPTP Jambi, 2005) Susilawati; M. Sabran; Rahmadi Ramli; Dedy Djauhari; Rukayah; Koesrini; BPTP JambiDalam rangka mendukung program pembangunan pertanian di Kabupaten Kapuas yaitu program pengembangan kawasan pertanian terpadu melalui pemberdayaan lahan dan petani serta menumbuhkan pasar rakyat untuk meningkatkan pendapatan petani, maka perlu dilakukan suatu pengkajian yang dapat membantu petani dalam mengelola lahannya sehingga sesuai dengan potensi lahan yang ada dan sumberdaya yang tersedia. Pengkajian usahatani terpadu padi kedelai/sayuran-ternak di lahan pasang surut tipe luapan B-C merupakan kegiatan lanjutan (tahun III), yang dilaksanakan di Desa Bungai Jaya, Kecamatan Basarang Kabupaten Kapuas, dengan luas arel 13 ha dan melibatkan 20 orang petani kooperator. Tujuan pengajian ini adalah (1) melakukan karakterisasi wilayah, petani dan sistem usahatani, (2) melakukan analisis terhadap kinerja teknologi usahatani, (3) melakukan analisis usahatani, (4) mempelajari struktur pendapatan usahatani terpadu, dan (5) melakukan analisis adopsi teknologi introduksi. Pendekatan pengkajian dilakukan secara on-farm research, dengan metode perbandingan berpasangan (pairly comparison) yaitu membandingkan model usahatani introduksi dengan model usahatani ditingkat petani. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa sesuai dengan karakteristik lahan dan petaninya, lahan pasang surut tipe B-C sebaiknya diusahakan secara terpadu dengan sistem surjan dengan pola tanam padi-palawija pada MH dan kedelai-sayuran pada MK serta ternak di perkarangan, Hasil analisa vinansial teknologi yang diintroduksikan, dapat meningkatkan kinerja usahatani dan memberikan tambahan pendapatan sebesar Rp. 9.873.500 pada MK dan Rp. 8.887.000 pada MH, lebih besar dari pendapatan petani non kooperator, Rata-rata R/C semua komoditas yang diusahakan > 2,5, sehingga teknologi ini layak dikembangkan. Dengan rata-rata luas kepimilikan lahan yang sama, teknologi introduksi dapat meningkatkan luas garapan dan frekuensi usahatani, sehingga struktur pendapatan rumah tangga petani kooperator lebih besar dari pada petani non kooperator. Bila petani kooperator dapat mengadopsi teknologi yang dianjurkan 100% maka pendapatan petani akan merata dan meningkat.
- ItemPotensi Modal Sosial dalam Kelompok Tani Sampoerna dan Implikasinya terhadap Perilaku Petani di dalam Budidaya Jagung Hibrida(IAARD Press, 2019) Honorita, Bunaiyah; Herwenita; Susilawati; Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianBerbagai program strategis dalam rangka peningkatan produktivitas tanaman jagung telah diprogramkan oleh Kementerian Pertanian. Program tersebut diperlukan agar dapat mempercepat implementasi teknologi spesifik lokasi kepada petani atau pengguna yang pada akhirnya merubah perilaku petani serta meningkatkan produksi dan pendapatan petani. Dalam proses mencapai tujuan tersebut, peran modal sosial seperti budaya, adat-istiadat, norma, kepercayaan, dan jejaring kerjasama dipandang strategis dan penting. Kajian ini bertujuan untuk: (1) menginventarisasi modal sosial petani dan (2) menganalisis peran modal sosial terhadap perilaku petani dalam budidaya jagung hibrida. Pengkajian dilaksanakan pada bulan Mei – September 2017 di Desa Campang Tiga Ulu Kecamatan Cempaka Kabupaten OKU Timur dengan responden adalah anggota Kelompok Tani Sampoerna sebanyak 24 orang. Jenis data yang dikumpulkan merupakan data primer dengan menggunakan kuesioner bagi responden dan pedoman wawancara bagi informan kunci. Item-item pernyataan dirancang berdasarkan skala model Likert yang bersifat ordinal. Teknik analisa data yang digunakan adalah metode analisa kualitatif dan uji statistik analisa jalur (path analysis). Hasil kajian memperlihatkan terdapat 8 (delapan) modal sosial eksisting yang melekat dalam kelompok, yaitu (1) Kepercayaan; (2) Norma sosial; (3) Solidaritas; (4) Partisipatif; (5) Keharmonisan; (6) Kepadatan dan karakteristik kelompok; (7) Jaringan; dan (8) Tindakan kolektif. Kondisi modal sosial yang ada tersebut tergolong tinggi dan dalam kondisi baik. Modal sosial (1) norma sosial, (2) solidaritas, (3) kepadatan dan karakteristik petani, (4) jaringan dan (5) tindakan kolektif berpengaruh sifnifikan dan positif terhadap perilaku petani. Semakin tinggi kelima modal sosial tersebut, semakin tinggi pula perilaku petani di dalam budidaya jagung hibrida. Besar kontribusi modal sosial terhadap perilaku petani di dalam budidaya jagung adalah sebesar 86,1%, sedangkan sisanya sebanyak 13,9% variansi perilaku petani dipengaruhi oleh faktor lain di luar variabel modal sosia. Modal sosial menjadi salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam diseminasi inovasi teknologi pertanian dan pemberdayaan petani.
- ItemSelamatkan Rawa Sejahterakan Petani(BPTP Kalteng, 2019-01-01) Susilawati; BPTP Kalteng
- ItemSumber Daya Genetik Tanaman Nusantara Spesifik Kalteng(BPTP Kalteng, 2014-08-14) Susilawati; BPTP KaltengKalimantan Tengah merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki wilayah cukup luas dan sumber daya genetik (SDG) yang sangat banyak. Plasma nutfah atau SDG adalah bahan dari tumbuhan, hewan, dan/atau jasad renik, yang merupakan bahan dasar untuk merakit varietas unggul yang mempunyal sifat-sifat tertentu, seperti produktivitas tinggi, tahan hama-penyakit, mutu yang sesuai dengan selera masyarakat, dll.
- ItemTeknologi Jarwo Super Di Lahan Pasang Surut(BPTP Kalteng, 2018-01-04) Susilawati; BPTP Kalteng
- ItemTeknologi Pengendalian Hama Pada Sayuran Dataran Rendah Yang Ramah Lingkungan(BPTP Kalimantan Tengah, 2003) Susilawati; BPTP Kalimantan TengahSayuran dataran rendah merupakan komoditi utama setelah pangan. Hingga tahun 2002 luas panen sayuran di Kalimantan Tengah baru mencapai 9.247 ha dengan produksi sekitar 43.366 ton. Salah satu penyebab rendahnya produksi sayuran adalah akibat serangan hama dengan intensitas yang beragam. Upaya pengendalian yang dilakukan selama ini dengan menggunakan pestisida, sehingga dapat menimbulkan resisten-si, resurjensi, peledakan hama sekunder serta pencemaran lingkungan. Untuk mengatasi masalah ini, maka pengendalian yang harus dilakukan adalah pengendalian berdasarkan konsep PHT.