Perbedaan Populasi dan Kerusakan Tanaman Pada Kluster PHT dan Non PHT dalam Kegiatan Sistem Informasi PTT Padi
No Thumbnail Available
Date
2015-10
Authors
Journal Title
Journal ISSN
Volume Title
Publisher
Balai Besar Penelitian Tanaman Padi
Abstract
Kegiatan Sistem Informasi Pengelolaan dan Sumberdaya Tanaman Terpadu
(PTT) padi sawah telah dilaksanakan di Desa Bojongjaya, Kecamatan Pusaka
Jaya, kabupaten Subang. Kegiatan dimulai pada bulan Juni sampai dengan
Desember 2014. Perlakuan yang diuji terdiri dari dua bagian yaitu pengujian
pupuk Cara Petani (CP) dan Pemupukan Hara Spesifi k Lokasi (PHSL) dengan
cara mengakses ke http://webapps.irri.org/nm/draft/id., dari 2 kegiatan tersebut
dibagi menjadi 2 kluster yaitu kluster yang menggunakan perlakuan Pengendalian
Hama Terpadu (PHT) dan perlakuan Non PHT masing-masing kluster melibatkan
10 orang petani. Perlakuan PHT menggunakan cara 30 hari setelah tanam tanpa
pegendalian, sedangkan yang Non PHT dikendalikan sesuai kebiasaan petani.
Perlakuan PHT, setelah umur 20 HST dipasang Light traps memonitor populasi
organisme pengganggu tanaman (OPT) dan untuk mengendalikan penggerek
batang padi. Pemupukan berdasarkan PHSL menggunakan dosis dan waktu
pemberian untuk pertumbuhan awal (0-14 HST) Phonska 3kg, fase anakan aktif
(28-32 HST) 4 kg urea dan fase primordia (43-47 HST) urea 5 kg. Sedangkan (CP)
dosis per ha adalah sebagai berikut : Phonska 143 kg, SP-36 : 143 kg dan Urea
357 kg. Cara pemberiannya yaitu urea 100 kg diberikan satu Hari SebelumTanam
sebagai pupuk dasar, pupuk lainnya diberikan sebanyak 4 kali selanjutnya pada
umur 21 HST, pemberian SP-36 sebanyak 1 kuintal saat umur 30 HST, pemberian
NPK Mutiara 61,67 kg pada 50 HST, varietas yang digunakan adalah Mekongga.
Hasil pengkajian pada kluster PHT populasi dan tingkat kerusakan lebih ringan
bila dibandingkan dengan Non PHT. Rendahnya populasi opt pada kluster PHT
karena selalu terkontrol oleh light trap, dan penggerek batang dapat dikendalikan
oleh perangkap sex feromon. Dari pantauan light trap populasi opt wereng hijau
meningkat pada bulan Juli 2013 hingga 3.000 ekor dan menurun kembali setelah
dilakukan pengendalian. Pada kluster non PHT kerusakan lebih parah yaitu 20%
akibat wereng hijau dengan populasi rata-rata 17 ekor/rumpun. Penggerek batang
meningkat pada bulan Agustus 2013, dari hasil tangkapan sex feromonrata-rata
70ekor/perangkap dan menurun kembali pada September 2013 hingga menjadi
hanya 2 ekor/perangkap. Analisis ekonomi menunjukkan, bahwa kluster PHTbiayanya lebih efi sien Rp. 1.500.000,-bila dibandingkan dengan kluster Non PHT
(pengendalian cara petani), terutama dalam pembelian pestisida
Description
11 hlm.; 6 ills.; 3 tabel
Keywords
PHT, NON PHT, PTT PADI SAWAH, PHSL