Perbedaan Populasi dan Kerusakan Tanaman Pada Kluster PHT dan Non PHT dalam Kegiatan Sistem Informasi PTT Padi

Abstract
Kegiatan Sistem Informasi Pengelolaan dan Sumberdaya Tanaman Terpadu (PTT) padi sawah telah dilaksanakan di Desa Bojongjaya, Kecamatan Pusaka Jaya, kabupaten Subang. Kegiatan dimulai pada bulan Juni sampai dengan Desember 2014. Perlakuan yang diuji terdiri dari dua bagian yaitu pengujian pupuk Cara Petani (CP) dan Pemupukan Hara Spesifi k Lokasi (PHSL) dengan cara mengakses ke http://webapps.irri.org/nm/draft/id., dari 2 kegiatan tersebut dibagi menjadi 2 kluster yaitu kluster yang menggunakan perlakuan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) dan perlakuan Non PHT masing-masing kluster melibatkan 10 orang petani. Perlakuan PHT menggunakan cara 30 hari setelah tanam tanpa pegendalian, sedangkan yang Non PHT dikendalikan sesuai kebiasaan petani. Perlakuan PHT, setelah umur 20 HST dipasang Light traps memonitor populasi organisme pengganggu tanaman (OPT) dan untuk mengendalikan penggerek batang padi. Pemupukan berdasarkan PHSL menggunakan dosis dan waktu pemberian untuk pertumbuhan awal (0-14 HST) Phonska 3kg, fase anakan aktif (28-32 HST) 4 kg urea dan fase primordia (43-47 HST) urea 5 kg. Sedangkan (CP) dosis per ha adalah sebagai berikut : Phonska 143 kg, SP-36 : 143 kg dan Urea 357 kg. Cara pemberiannya yaitu urea 100 kg diberikan satu Hari SebelumTanam sebagai pupuk dasar, pupuk lainnya diberikan sebanyak 4 kali selanjutnya pada umur 21 HST, pemberian SP-36 sebanyak 1 kuintal saat umur 30 HST, pemberian NPK Mutiara 61,67 kg pada 50 HST, varietas yang digunakan adalah Mekongga. Hasil pengkajian pada kluster PHT populasi dan tingkat kerusakan lebih ringan bila dibandingkan dengan Non PHT. Rendahnya populasi opt pada kluster PHT karena selalu terkontrol oleh light trap, dan penggerek batang dapat dikendalikan oleh perangkap sex feromon. Dari pantauan light trap populasi opt wereng hijau meningkat pada bulan Juli 2013 hingga 3.000 ekor dan menurun kembali setelah dilakukan pengendalian. Pada kluster non PHT kerusakan lebih parah yaitu 20% akibat wereng hijau dengan populasi rata-rata 17 ekor/rumpun. Penggerek batang meningkat pada bulan Agustus 2013, dari hasil tangkapan sex feromonrata-rata 70ekor/perangkap dan menurun kembali pada September 2013 hingga menjadi hanya 2 ekor/perangkap. Analisis ekonomi menunjukkan, bahwa kluster PHTbiayanya lebih efi sien Rp. 1.500.000,-bila dibandingkan dengan kluster Non PHT (pengendalian cara petani), terutama dalam pembelian pestisida
Description
11 hlm.; 6 ills.; 3 tabel
Keywords
PHT, NON PHT, PTT PADI SAWAH, PHSL
Citation