Induksi Perakaran dan Aklimatisasi Tanaman Tabat Barito Setelah Konservasi In Vitro Jangka Panjang
No Thumbnail Available
Date
2012
Journal Title
Journal ISSN
Volume Title
Publisher
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
Abstract
Description
Tabat barito (Ficus deltoidea Jack.) merupakan tanaman obat langka dikenal sebagai afrodisiak untuk wanita, mampu menghambat pertumbuhan sel tumor. Konservasi secara in vitro telah dilakukan dengan mengkulturkan eksplan tabat barito dalam media MS + BA 1 mg/l + NAA 0,1 mg/l. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon eksplan terha-dap zat pengatur tumbuh penginduksi perakaran (IAA dan IBA) serta kandung-an bahan aktifnya setelah periode kultur panjang. Untuk menginduksi perakaran, eksplan tabat barito yang telah disub-kultur selama dua tahun dimasukkan pada media IAA (0,1, 0,2, dan 0,3) mg/l dan IBA (0,1, 0,2, dan 0,3) mg/l. Penelitian disusun dalam Rancangan acak lengkap (RAL), dengan 10 ulangan. Parameter pengamatan adalah tinggi tunas, jumlah tunas, jumlah daun, jumlah akar dan panjang akar. Pada tahap aklimatisasi, plantlet ditanam dalam gelas plastik berisi tanah dan pupuk kandang yang telah disterilkan. Setelah 2 bulan tahap aklimatisasi, benih dipindahkan ke dalam polibag berukuran 20 cm x 20 cm dan ditanam pada kondisi lapang dengan pencahayaan 50%. Analisis fitokimia dilakukan berdasarkan Harbone (1987). Analisis kandungan quersetin dilakukan dengan menghitung total flavonoid sebagai quersetin. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pem-berian IAA maupun IBA pada konsentrasi 0,1-0,3 mg/l menginduksi akar dengan baik dengan keberhasilan aklimatisasi 70-100%. Pertumbuhan di lapang memper-lihatkan semua taraf konsentrasi IAA dan IBA memperlihatkan respon berbeda, baik terhadap tinggi, jumlah cabang dan jumlah daun. Tabat barito yang ditanam di lapang, baik induk maupun hasil in vitro kandungan fitokimianya beda. Per-bedaan terlihat pada tanaman tabat barito yang ditumbuhkan di rumah kaca. Kandungan alkaloid, tanin, fenolik, flavonoid dan triterpenoid tanaman hasil in vitro berbeda dengan induknya, Sementara komponen lain seperti sapo-nin, steroid sama. Kandungan bahan aktif quersetin tabat barito induk berbeda 0,08% lebih tinggi dari hasil kultur in vitro.