ANALISIS EKONOMI USAHATANI SERAI WANGI (Studi Kasus Kecamatan Gunung Halu, Kabupaten Bandung Selatan)
No Thumbnail Available
Date
2007
Authors
Journal Title
Journal ISSN
Volume Title
Publisher
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
Abstract
Description
Serai wangi (Cymbopogon nardus L) merupakan salah satu jenis tanaman minyak atsiri, yang tergolong sudah berkembang. Ko-moditas ini berperan sangat besar terhadap sumber devisa dan pendapatan petani serta pe-nyerapan tenaga kerja. Permasalahan yang di-hadapi Indonesia dalam pengembangan serai wangi mencakup pengadaan bahan baku, pe-nanganan pasca panen, proses produksi, tata-niaga, teknologi pengolahan dan peralatan pe-nyulingan. Penggunaan varietas unggul serai wangi seperti G1, G2, G3, G115, G127 dan G135 dapat menghasilkan minyak atsiri dengan kandungan geraniol dan sitronellal yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis usahatani serai wangi yang dikaji dari aspek ekonomi dan respon petani terhadap pola usahatani yang direkomendasikan. Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Gunung Halu Januari 2005 sampai Desember 2006, dengan metode survey kepada petani serai wangi sebanyak 45 (empat puluh lima) responden yang diambil secara acak (random sampling). Analisis menggunakan metode Korelasi Spe-arman dan analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pendapatan usahatani serai wangi pada panen ke 4 (empat) sebesar Rp 10.500.000,- dengan tingkat kela-yakan B/C ratio 1,75. Keuntungan maksimum pabrik penyulingan dipengaruhi secara nyata oleh kapital tanah, pabrik, tenaga kerja, dan alat bangunan pada tingkat kepercayaan 95 %. Elastisitas keuntungan maksimum terhadap pe-rubahan tenaga kerja, kapital tanah pabrik dan alat bangunan bersifat inelastis. Peningkatan produksi serai wangi dipengaruhi secara nyata oleh pendapatan petani, tenaga kerja dan pen-didikan formal. Elastisitas produksi serai wangi terhadap perubahan pendapatan, tenaga kerja dan pendidikan formal bersifat inelastis. Ting-kat respon petani memberikan angka koefisien korelasi sebesar 1,5 untuk pendidikan dan 1,4 untuk pendapatan. Artinya kedua variabel ini menentukan tingkat respon petani.