Tikus Sawah

dc.contributor.authorSudarmaji
dc.contributor.authorI Nyoman Widiarta
dc.contributor.authorHermanto
dc.date.accessioned2025-07-21T01:22:45Z
dc.date.available2025-07-21T01:22:45Z
dc.date.issued2018-12-21
dc.description.abstractHingga saat ini tikus sawah Rattus argentiventer masih menjadi hama utama tanaman padi yang merupakan makanan pokok penduduk Indonesia. Kenyataan di lapang menunjukkan tingkat kerusakan tanaman padi akibat serangan tikus sawah bervariasi dari ringan sampai berat dan bahkan dapat menyebabkan puso atau gagal panen, bergantung pada populasinya di suatu wilayah. Dalam periode 2011-2015, serangan hama tikus pada tanaman padi di Indonesia rata-rata 161.000 ha per tahun. Angka ini setara dengan kehilangan 620 juta kg beras, cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan lebih dari 6 juta penduduk selama satu tahun. Di Asia Tenggara, kehilangan produksi padi akibat serangan tikus sawah diperkirakan mencapai 5-10% per tahun dan diperkirakan meningkat dalam beberapa dekade terakhir jika dikaitkan dengan upaya peningkatan indeks pertanaman dari satu kali menjadi dua atau tiga kali tanam padi dalam satu tahun Tikus sawah juga menularkan berbagai penyakit yang berbahaya bagi manusia dan ternak, di antaranya leptospirosis. Di Indonesia, kasus leptospirosis sering terjadi dan di beberapa daerah merupakan kejadian luar biasa (KLB). Penyakit ini tersebar luas di seluruh dunia, terutama di daerah tropis, termasuk Indonesia. Penyebab leptospirosis adalah urin hewan terinfeksi Leptospira yang mencemari lingkungan. Gejala klinis penyakit ini sangat bervariasi dari ringan hingga berat, bahkan dapat menyebabkan kematian. Oleh karena itu, tikus sawah vi 2 perlu dikendalikan dengan seksama agar tidak menimbulkan kerugian, baik pada pertanaman padi maupun kesehatan manusia dan ternak. Upaya pengendalian hama tikus pada lahan sawah belum menunjukkan hasil yang optimal dan tidak konsisten karena masih banyak petani yang belum memahami cara pengendalian yang efektif, efisien, dan ramah lingkungan. Penelitian tikus sawah dari berbagai aspek, terutama aspek biologi dan ekologi, berperan penting untuk dijadikan dasar dalam menetapkan strategi pengendalian hama tikus secara terpadu. Berdasarkan penelitian secara komprehensif dan dalam jangka panjang telah dihasilkan inovasi teknologi pengendalian tikus sawah pada pertanaman padi. Teknologi ini telah berkembang di beberapa sentra produksi padi dan telah menjadi bagian dari program nasional Pengendalian Hama Tikus secara Terpadu (PHTT). Dalam hal ini, perangkap bubu tikus atau Trap Barrier System (TBS) dan perangkap linear bubu tikus atau Linear Trap Barrier System (LTBS) adalah teknologi sentral dari strategi pengendalian tikus sawah secara terpadu, yang diintegrasikan dengan teknologi konvensional seperti tanam serempak, sanitasi habitat, gropyokan massal, fumigasi sarang tikus, penggunaan rodentisida secara benar, serta pelestariaan musuh alami tikus sawah Buku ini adalah sintesis informasi hasil penelitian hama tikus sawah berdasarkan biologi, ekologi, dan kaitannya dengan upaya pengendalian yang efektif, efisien, dan berwawasan lingkungan. Semoga buku ini dapat menjadi salah satu acuan dalam upaya pengendalian hama tikus pada pertanaman padi
dc.identifier.isbn978-602-344-212-6
dc.identifier.urihttps://repository.pertanian.go.id/handle/123456789/25692
dc.language.isoid
dc.publisherBadan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
dc.titleTikus Sawah
dc.title.alternativeBioekologi dan Pengendalian
dc.typeBook
Files
Original bundle
Now showing 1 - 1 of 1
Loading...
Thumbnail Image
Name:
Buku Tikus Bioekologi dan Pengendalian.pdf
Size:
3.99 MB
Format:
Adobe Portable Document Format
Description:
License bundle
Now showing 1 - 1 of 1
Loading...
Thumbnail Image
Name:
license.txt
Size:
1.77 KB
Format:
Item-specific license agreed upon to submission
Description: