KA.Buletin No.22

dc.contributor.authorBalai Peneliti Kelapa
dc.date.accessioned2025-02-17T03:51:36Z
dc.date.available2025-02-17T03:51:36Z
dc.date.issued1994
dc.descriptionBuletin Nomor 22 ini disajikan delapan artikel yang membahas hasil penelitian tentang tanaman kelapa, yaitu terdiri dari, peranan terutama curah hujan pada pengembangan kelapa di Aceh, pengaruh dua teknik pembibitan terhadap penampilan kelapa hibrid MRD x WAT, kematian alami hama pemakan daun (Setora nitens, Walker) yang disebabkan oleh parasit. pengujian patogenisitas Metarhizium terhadap hama Brontispa longissima (Gestro), ketenagaan dan kesempatan kerja keluarga petani peserta PIR kelapa, manfaat ekonomis pengusahaan pisang gapi di antara kelapa, perubahan konsumsi kelapa segar dan minyak kelapa berdasarkan dimensi pendapatan dan waktu dan pemupukan kelapa rakyat yang rasional.
dc.description.abstractAceh mempunyai pertanaman kelapa yang cukup luas dan ditanam pada agroklimat yang beragam, dengan demikian produksi beragam pula. Faktor iklim yang dominan mempengaruhi produksi adalah curah hujan. Kajian mengenai ketersediaan air pada suatu lokasi dapat dianalisis dengan beberapa cara. Pada penelitian ini digunakan analisis frekuensi berdasarkan selang jeluk dan periode ulangnya. Dengan tujuan untuk mendapatkan peluang curah hujan yang sesuai untuk tanaman kelapa, yang dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan di dalam menentukan lokasi pengembangan kelapa selanjutnya. Dasar analisis adalah data curah hujan bulanan selama 10 tahun (1981-1990) yang diperoleh dari beberapa stasiun di D.L. Acch. Bulan kering untuk tanaman kelapa adalah Curah hujan <130 mm per bulan sedangkan bulan basah>130mm per bulan, Batas minimal persentase peluang kejadian bulan basah untuk dilampaui adalah 60 persen. Dari hasil analisis menunjukkan bahwa di Aceh terdapat perbedaan ketersediaan air antara daerah yang satu dengan yang lain. Daerah Blang Pidie, Ulee Kareng, Meulaboh, mempunyai peluang kejadian bulan basah berturut-turut 93, 83, dan 81 persen dengan periode ulang masing-masing 1 bulan sedangkan Bukit rata, Idi, dan Biruen masing-masing hanya 53, 52, dan 48 persen dengan periode ulang 2 bulan. Pengembangan kelapa hibrid di 3 lokasi yang mempunyai peluang kejadian bulan basah 80 persen disarankan menggunakan jenis kelapa hibrid yang tahan penyakit, terutama penyakit gugur buah dan busuk pucuk. Sedangkan di tiga lokasi dengan peluang 60 persen disarankan menggunakan kelapa Dalam yang tahan kekeringan atau yang telah beradaptasi dengan lingkungan yang kering
dc.identifier.urihttps://repository.pertanian.go.id/handle/123456789/24238
dc.language.isoid
dc.publisherBadan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian
dc.subjectA Agriculture/Pertanian
dc.titleKA.Buletin No.22
dc.typeBook
Files
Original bundle
Now showing 1 - 1 of 1
Loading...
Thumbnail Image
Name:
KA.Buletin No.22,1994_compressed.pdf
Size:
32.27 MB
Format:
Adobe Portable Document Format
Description:
License bundle
Now showing 1 - 1 of 1
Loading...
Thumbnail Image
Name:
license.txt
Size:
1.77 KB
Format:
Item-specific license agreed upon to submission
Description:
Collections