Budidaya Jahe, Kencur,kunyit dan temulawak
dc.contributor.author | Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik | |
dc.date.accessioned | 2025-02-05T03:56:07Z | |
dc.date.available | 2025-02-05T03:56:07Z | |
dc.date.issued | 2010 | |
dc.description | Sumber bahan baku tanaman obat di Indonesia belum terjamin kemantapan atau keajegan kualitas, kuantitas, dan kontinuitasnya. Salah satu permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan industri Obat Tradisional (OT) untuk memperoleh produk yang bermutu tinggi adalah kurang tersedianya bahan baku terstandar yang akan menjamin mutu produk farmasi yang dihasilkan. Bahan baku terstandar dapat dihasilkan melalui penanganan yang tepat dengan menerapkan praktek pertanian yang baik Good Agriculturral Practices (GAP) terdiri dari beberapa Standar Prosedur Operasional (SPO), mulai dari pemilihan jenis/varietas yang unggul, teknologi budidaya (penyediaan bahan tanaman, pemilihan dan penyiapan lahan, cara tanam, pemupukan, pemeliharaan, pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), waktu dan cara panen, hingga penanganan pasca panen. Dengan penerapan GAP semua kegiatan praktek pertanian akan tercatat dengan baik dan dapat dirunut kembali riwayat bahan baku, termasuk kondisi petaninya. Selain terjamin mutunya, produk bahan baku TO yang berlabel GAP juga memiliki potensi untuk berkompetisi di pasar global. Produk bahan baku TO berlabel GAP sudah membudaya di Uni Eropa, dan kini sedang digalakkan di beberapa negara Asia antara lain China dan Jepang. Indonesia sudah harus menerapkan cara ini jika ingin bersaing di pasar global. | |
dc.description.abstract | Jahe (Zingiber officinale Rosc.; Ginger) merupakan salah satu komoditas ekspor rempah-rempah Indonesia. Disamping itu, jahe juga menjadi bahan baku obat tradisional maupun fitofarmaka, yang memberikan peranan cukup berarti dalam penyerapan tenaga kerja dan penerimaan devisa negara. Sebagai komoditas ekspor, produk dikemas berupa jahe segar, asinan (jahe putih besar), jahe kering (jahe putih besar, kecil dan jahe merah), maupun minyak atsiri dari jahe putih kecil (jahe emprit) dan jahe merah. Volume permintaan terhadap produk jahe terus meningkat seiring dengan naiknya permintaan dunia dan berkembangnya industri makanan dan minuman di dalam negeri yang menggunakan bahan baku jahe. Pada tahun 1998, ekspor jahe Indonesia mencapai 32.807 ton dengan nilai nominal US $ 9.286.161, namun pada tahun 2003 ekspor jahe hanya sekitar 7.470 ton dengan nilai US $ 3.930.317, karena mutu yang tidak memenuhi standar. Permintaan jahe terus mengalami peningkatan setiap tahun. Di Indonesia, kondisi ini direspon dengan makin berkembangnya areal penanaman dan munculnya berbagai produk jahe. | |
dc.identifier.uri | https://repository.pertanian.go.id/handle/123456789/24133 | |
dc.language.iso | id | |
dc.publisher | Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian | |
dc.relation.ispartofseries | No. 16 | |
dc.subject | A Agriculture/Pertanian | |
dc.title | Budidaya Jahe, Kencur,kunyit dan temulawak | |
dc.type | Book |
Files
Original bundle
1 - 1 of 1
Loading...
- Name:
- Budidaya Jahe,kencur,temulawak,kunyit No.16, 2009_compressed.pdf
- Size:
- 13.68 MB
- Format:
- Adobe Portable Document Format
- Description:
License bundle
1 - 1 of 1
Loading...
- Name:
- license.txt
- Size:
- 1.77 KB
- Format:
- Item-specific license agreed upon to submission
- Description: