PEMBUKAAN DAN PENYIAPAN LAHAN UNTUK BUDI DAYA KEDELAI DI LAHAN RAWA PASANG SURUT
dc.contributor.author | R. Smith Simatupang | |
dc.contributor.author | Muhammad Alwi | |
dc.date.accessioned | 2023-11-13T02:49:28Z | |
dc.date.available | 2023-11-13T02:49:28Z | |
dc.date.issued | 2014 | |
dc.description.abstract | embukaan lahan pada kawasan lahan rawa pasang surut selalu diikut dengan reklamasi lahan. Reklamasi dilakukan dengan membangun saluran saluran, yakni saluran primer, sekunder, dan tersier oleh Kementerian PU dengan beberapa sistem yakni sistem handil, anjir, garpu, dan siir Pengelolaan air dibagi dalam skala makro dan skala mikro. Pada sistem pertanian, kegiatan paling awal adalah pembersihan lahan (land clearing dilanjutkan dengan kegiatan penyiapan lahan (land preparation). Pembukaan lahan gambut/bergambut, potensial dan sulfat masam pada prinsipnya hampir sama yakni melakukan penebangan hutan kayu, pembersihan lahan dan pembuatan saluran. Hanya saja pada lahan gambut karena sifatnya rapuh dan rentan terhadap kebakaran maka perlu kehati-hatian agar lahan tidak mengalami degradasi. Hal yang sama juga untuk tanah sulfat masam karena adanya lapisan pirit (FeS) pada bagian lapisan bawah. Pembuka lahan harus dilakukan mengacu kepada konservasi sumber daya lahan untuk menghindari degradasi lahan. Tereksposenya pirit ke permukaan tanah akan mengakibatkan oksidasi pirit yang menghasilkan senyawa racun dan memasamkan tanah sehingga produktivitas lahan menjadi turun. Penyiapan lahan pada lahan bukaan baru maupun lahan yang telah lama dimanfaatkan harus mengacu kepada konservasi tanah. Hal ini bertujuan untuk menjamin keberlanjutan sistem budi daya yang dikembangkan pada kawasan tersebut Pada lahan gambut/bergambut, penerapan sistem olah tanah konservasi dapat mengendalikan subsidensi dan menunjukkan kinerja lebih baik dibanding dengan sistem olah tanah intensif (OTI). Pada lahan mineral khususnya lahan sulfat masam, sistem penyiapan lahan harus memperhatikan keberadaan pintu di dalam tanah. Olah tanah intensif bisa dilakukan tetapi kedalamannya tidak lebih dari 20 cm. Penerapan sistem olah tanah konservasi, yakni olah tanah minimum (OTM), olah tanah bermulsa (OTB) dan tanpa olah tanah (TOT) dengan menggunakan herbisida merupakan inovasi teknologi yang bisa dikembangkan dalam menyiapkan lahan untuk tanaman kedelai | |
dc.identifier.isbn | 978-602-344-004-7 | |
dc.identifier.uri | https://repository.pertanian.go.id/handle/123456789/21544 | |
dc.language.iso | id | |
dc.publisher | Balai Pengunjian Standar Instrumen Pertanian Lahan Rawa | |
dc.title | PEMBUKAAN DAN PENYIAPAN LAHAN UNTUK BUDI DAYA KEDELAI DI LAHAN RAWA PASANG SURUT | |
dc.type | Article |