Institutional Support and Role in Increasing The Interdependence of Cocoa Farmers in Central Sulawesi Province
No Thumbnail Available
Date
Journal Title
Journal ISSN
Volume Title
Publisher
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
Abstract
Description
Indonesia is the third largest cocoa producer in the world after Ivory Coast and Ghana. Central Sulawesi is a center of Indonesian cocoa commodity, yet has low improvement. This is presumably due to the lack of support of farmer institutions that were formed not based on farmers' needs or the interests of farmers. The objectives of this study were to: (1) analyze the level of institutional support for cocoa farmers in Central Sulawesi Province, and (2) analyze the role and strategy of increasing institutional support for cocoa farmers in Central Sulawesi Province. The study was conducted in four districts in Central Sulawesi Province: Poso, Sigi, Morowali Utara and Donggala Regencies. The research sample was 380 farmers. To describe the research variables used descriptive statistical analysis in the frequency table and Duncan’s Multiple Range Test (DMRT). The results showed that most farmers (70.2%–98.7%) assessed that institutional support in the contexts of marketing, capital, processing, and technical guidance were relatively low so it tended to be less conducive to increasing farmers' independence. The institutional role of those four contexts was also low categoryzed (26.6–43.0) so that it needs serious attention in an effort to increase the weak independence of farmers.
Indonesia merupakan produsen kakao terbesar ketiga di dunia setelah Pantai Gading dan Ghana. Sulawesi Tengah merupakan sentra produksi komoditas kakao Indonesia, namun dari tahun ke tahun belum banyak mengalami peningkatan. Diduga salah satu penyebabnya adalah kurangnya dukungan kelembagaan petani karena kelembagaan dibentuk tidak didasarkan kebutuhan dan kepentingan petani. Tujuan penelitian adalah: (1) menganalisis tingkat dukungan kelembagaan dalam meningkatkan kemandirian petani kakao di Provinsi Sulawesi Tengah, dan (2) menganalisis peran dan strategi peningkatan dukungan kelembagaan petani kakao di Provinsi Sulawesi Tengah. Penelitian dilaksanakan pada empat kabupaten di Provinsi Sulawesi Tengah, yaitu: Kabupaten Poso, Sigi, Morowali Utara, dan Donggala. Sampel penelitian ditetapkan sebanyak 380 petani. Untuk mendeskripsikan peubah penelitian digunakan analisis statistik deskriptif dalam tabel frekuensi dan uji jarak berganda Duncan (DMRT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar petani (70,2%–98,7%) menilai dukungan kelembagaan dalam bidang pemasaran, modal, pengolahan, dan bimbingan teknis relatif rendah sehingga cenderung kurang kondusif bagi peningkatan kemandirian petani. Peran kelembagaan dalam keempat bidang tersebut pun termasuk kategori rendah (26,6–43,0) sehingga perlu mendapat perhatian yang serius.
Indonesia merupakan produsen kakao terbesar ketiga di dunia setelah Pantai Gading dan Ghana. Sulawesi Tengah merupakan sentra produksi komoditas kakao Indonesia, namun dari tahun ke tahun belum banyak mengalami peningkatan. Diduga salah satu penyebabnya adalah kurangnya dukungan kelembagaan petani karena kelembagaan dibentuk tidak didasarkan kebutuhan dan kepentingan petani. Tujuan penelitian adalah: (1) menganalisis tingkat dukungan kelembagaan dalam meningkatkan kemandirian petani kakao di Provinsi Sulawesi Tengah, dan (2) menganalisis peran dan strategi peningkatan dukungan kelembagaan petani kakao di Provinsi Sulawesi Tengah. Penelitian dilaksanakan pada empat kabupaten di Provinsi Sulawesi Tengah, yaitu: Kabupaten Poso, Sigi, Morowali Utara, dan Donggala. Sampel penelitian ditetapkan sebanyak 380 petani. Untuk mendeskripsikan peubah penelitian digunakan analisis statistik deskriptif dalam tabel frekuensi dan uji jarak berganda Duncan (DMRT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar petani (70,2%–98,7%) menilai dukungan kelembagaan dalam bidang pemasaran, modal, pengolahan, dan bimbingan teknis relatif rendah sehingga cenderung kurang kondusif bagi peningkatan kemandirian petani. Peran kelembagaan dalam keempat bidang tersebut pun termasuk kategori rendah (26,6–43,0) sehingga perlu mendapat perhatian yang serius.
Keywords
Cocoa; farmer; institution; role; support, S544-545.53 Agricultural extension; S560-571.5 Farm economics;, Dukungan; kakao; kelembagaan; peran; petani,