Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pertanian Kesiapan Sumber Daya Pertanian dan Inovasi Spesifik Lokasi Memasuki Era Industri 4.0
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pertanian Kesiapan Sumber Daya Pertanian dan Inovasi Spesifik Lokasi Memasuki Era Industri 4.0 by Subject "Benih"
Now showing 1 - 4 of 4
Results Per Page
Sort Options
- ItemKeragaan Benih Induk Jagung Hibrida Silang Tiga Jalur untuk Menghasilkan Benih Jagung Hibrida Bima URI 20(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2020) Jauhari, Sodiq; Samijan; Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi PertanianProduksi benih jagung hibrida Bima URI 20 menggunakan tetua hasil persilangan tiga jalur tetua varietas Bima 4 Asal persilangan G180//Mr14 sebagai tetua betina dengan galur murni Nei9008P sebagai tetua jantan (G180/Mr14 x Nei 9008P) dilaksanakan di Desa Wirosari Kecamatan Patean Kabupaten Kendal MK-1. Pada tahun 2018. Tujuan pengkajian adalah untuk mengetahui keragaan produksi benih jagung hibrida Bima URI 20 dengan tetua silang tiga jalur. pengkajian dilakukan menggunakan pendekatan OFCOR (On Farm Client Orientid Research) dengan partisipatif aktif dari petani pelaksana. Petani kooprator yang terlibat sebanyak 7 orang sebagai ulangan. Bahan induk tetua yang digunakan adalah hasil persilangan galur sistem tiga jalur yang di hasilkan oleh pemulia Balitserial Maros untuk menghasilkan benih jagung hibrida F1 Bima URI 20. Parameter yang diamati meliputi keragaan pertumbuhan tanaman dan produksi. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif (tabulasi, kisaran dan rata-rata). Benih jagung ditanam dengan jarak 70 cm x 40cm, dua tanaman/lubang. Tanaman induk betina adalah hibrida silang tunggal varietas Bima 4 dengan induk jantan (G180/Mr14 x Nei 9008P). Komposisi tanaman jantan dan betina adalah 1 : 4. Pupuk diberikan 350 kg Ponska/ha ditambah 300 Urea/ha, dilaksanakan pada 7– 10 hari setelah tanam (HST), dan 30–35 HST. Pupuk organik diberikan 2 t/ha, pada saat tanam sebagai penutup benih setelah dimasukkan ke lubang tanam. Hasil pengkajian menunjukan Tampilan faktor ginetik dan lingkungan tumbuh memberikan tampilan beragam terhadap keragaan daya tumbuh masing-masing tetua, yaitu 98% untuk tetua jantan dan 78% tetua betina, dengan tampilan tinggi tanaman maksimal 194 cm untuk tetua betina dan 141 cm tetua jantan, serta letak tinggi tongkol untuk tetua betina 73,8cm dan tetua jantan 59,2 cm. Produksi calon benih F1 Bima URI 20 dengan silang silang tiga jalur dapat menghasilkan calon benih sejumlah 2,21 t/ ha sedangkan tetua jantan menghasilkan 0,78 t/ha.
- ItemKinerja Hasil Perbenihan Kopi Robusta di Provinsi Bengkulu(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2020) Rosmanah, Siti; Artanti, Hertina; Yuliasari, Shannora; Kosmana, Engkos; Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi PertanianPenggunaan benih yang bermutu dan unggul pada budidaya kopi robusta merupakan faktor penentu keberhasilan pengembangan kopi. Stek berakar merupakan salah satu teknik perbanyakan secara vegetatif kopi robusta yang direkomendasikan karena hasilnya sesuai induknya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja hasil perbenihan kopi robusta yang dilakukan di Provinsi Bengkulu. Pelaksanaan penelitian dilakukan di Desa Ujan Mas Bawah, Kecamatan Ujan Mas, Kabupaten Kepahiang pada Mei-Desember 2019. Benih yang digunakan merupakan hasil perbanyakan melalui stek berakar sebanyak 18.000 batang yang terdiri dari klon BP 358, BP 409, BP 534, BP 936, BP 939 dan SA 237. Klon yang digunakan diperoleh dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Jember. Pemeliharaan benih dilakukan selama 5 bulan dengan menggunakan polybag yang berukuran 15 x 20 cm. Pemeliharaan benih selama di pembibitan terdiri dari penyiraman, pemupukan, pengendalian gulma dan pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) berdasarkan gejala serangan. Parameter yang diukur adalah jumlah benih yang tersertifikasi, jumlah petani penerima benih dan tujuan penanaman. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Berdasarkan hasil, jumlah benih yang lolos sertifikasi sebanyak 16.822 batang, sedangkan sisanya sebanyak 1.178 batang (6,54%) tidak lolos sertifikasi yang disebabkan pertumbuhanya tidak tidak normal, terserang OPT dan mati. Benih didistribusikan kepada 27 orang petani di Provinsi Bengkulu. Sebanyak 24 orang petani (88,89%) menggunakan benih tersebut untuk menyulam tanaman yang mati pada kebun kopi yang telah berumur diatas 10-15 tahun sedangkan sebanyak 3 orang (11,11%) digunakan sebagai bahan tanam pada lahan bukaan baru.
- ItemPengaruh Perlakuan Benih Terhadap Mutu Fisiologis Benih dan Pertumbuhan Bibit Padi(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2020) Wahyuni, S.; Susanti, Z.; Yajid, A.; Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi PertanianPenelitian yang bertujuan untuk mendapatkan perlakuan benih terbaik dalam meningkatkan mutu fisiologi benih dan pertumbuhan bibit padi telah dilaksanakan di Balai Besar Penelitai Tanaman Padi pada tahun 2019. Benih yang digunakan dalam penelitian ini adalah Inpari 32. Sembilan perlakuan benih yang diuji adalah: (A1) Propiconazole 250 EC 2 mg/kg benih, (A2) Thiram 2 g/kg benih, (A3) Streptomycin sulfate 0,04% + benomyl 0,01%, (A4) Calcium hypoclorit 15 ppm, (A5) GA3 10 ppm dan kinetin 15 ppm, (A6) Agrimeth 20 g/kg benih, (A7) Agrice 8 g/kg benih, (A8) Perendaman dengan air (eksisting), dan (A9) Tanpa perlakuan apapun. Perlakuan disusun dalam rancangan acak kelompok dengan 4 ulangan. Tujuh variabel mutu benih yang diamati di Laboratorium meliputi: daya berkecambah, keserempakan tumbuh, kecepatan tumbuh benih, panjang akar dan batang kecambah, serta berat kering akar dan batang kecambah pada 11 hari setelah tabur, sedangkan lima variabel yang diamati di rumah kaca meliputi: daya tumbuh, panjang akar dan batang bibit, serta berat kering akar dan batang bibit umur 18 HST. Perlakuan benih A5 (GA3 10 ppm + kinetin 15 ppm) menunjukkan perlakuan benih terbaik untuk memperoleh daya berkecambah, vigor, pertumbuhan bibit, serta daya tumbuh yang tingi, kecuali panjang akar bibit. Perlakuan benih terbaik kedua adalah A2 (Thiram 2g/kg benih). Perlakuan benih A5 dan A2 dapat direkomendasikan sebagai perlakuan benih untuk meningkatakan mutu fisiologis benih, daya tumbuh benih di lapangan, dan pertumbuhan bibit.
- ItemPenyediaan Benih Kedelai Melalui Sekolah Lapang Mandiri Benih Kedelai (SL-MBK) di Kabupaten Purworejo(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2020) Jatuningtyas, Ratih Kurnia; Kurniyati, Elly; Triastono, Joko; Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi PertanianSalah satu strategi yang ditempuh dalam upaya mencapai swasembada kedelai adalah melalui penyediaan benih bermutu varietas unggul baru yang sesuai preferensi konsumen. Untuk membantu petani dalam mengakses dan memperoleh benih kedelai bermutu, serta mewujudkan Desa Mandiri Benih Kedelai, diperlukan inovasi teknologi dan kelembagaan dengan menggunakan pendekatan Sekolah Lapang (SL). Pada tahun 2018, BPTP Jawa Tengah melaksanakan kegiatan Sekolah Lapang Mandiri Benih Kedelai (SL-MBK), dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan petani/kelompok tani dalam memproduksi benih kedelai. Kegiatan dilaksanakan pada Kelompok Tani Sri Makmur, Desa Tersidilor, Kecamatan Pituruh, Kabupaten Purworejo. Kegiatan SL-MBK dilaksanakan melalui demontrasi plot sebagai laboratorium lapang (LL) dan bimbingan teknis (bimtek) perbenihan kedelai. Pelaksanaan kegiatan SL-MBK melibatkan beberapa instansi/kelembagaan yang peranannya sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing. Kegiatan Bimtek dapat meningkatkan pengetahuan petani sebesar 25 %. Proses produksi benih seluas 12 ha menghasilkan benih kedelai kelas ES/BR sebanyak 4.000 kg, yang dipasarkan melalui kerjasama dengan Produsen Benih Swasta. SL-MBK yang terintegrasi lokasi Desa Mandiri Benih (DMB) Kedelai dapat direkomendasikan untuk dikembangkan lebih luas, karena dapat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petani/kelompok tani tentang produksi benih kedelai dan dapat menumbuhkan produsen benih kedelai, sehingga Kelompok Tani dapat berkontribusi dalam penyediaan benih kedelai untuk mendukung swasembada kedelai.